The Alchemists: Cinta Abadi

Perkelahian Remaja



Perkelahian Remaja

0Keesokan harinya setelah selesai  mengajar di universitas, Nicolae pergi ke sekolah Altair dan Vega. Mereka bersekolah di SMA George Washington, sebuah sekolah swasta di dekat universitas.     

Ia harus menemui Miss Haney, wali kelas Altair yang kemarin meneleponnya dan memintanya untuk datang ke sekolah untuk membicarakan pertikaian antara Altair dan seorang anak kelas 3.     

Charles Gilbert sudah menunggu bersama ayahnya di ruang kepala sekolah. Laki-laki setengah baya itu tampak mengintimidasi dengan wajah ketus, penampilan jas mahal dan jam tangan bermerek.     

Kebalikannya dengan Nicolae yang hanya mengenakan kemeja seadanya dengan rambut sebahu yang diikat dengan pita merah seperti biasa. Kali ini ia tidak mengenakan jeans sobek, tetapi jeans rapi, sepatu boot dan dasinya yang telah dilepas membuatnya terlihat sangat santai, tidak seperti ayah Charles.     

Ketika ia mengetuk pintu ruangan, Ron Gilbert mengira pemuda itu adalah seorang mahasiswa yang sedang ada perlu dengan kepala sekolah.     

"Cari siapa?" tanya lelaki separuh baya itu sambil mengerutkan keningnya.     

"Miss Haney menyuruhku datang kemari. Aku akan duduk saja di sini," kata Nicolae sambil menaruh pantatnya di salah satu kursi yang tersedia di ruangan itu. Ia sudah beberapa kali ke sini sehingga cukup familiar dengan situasinya.     

Biasanya Miss Haney akan meminta keterangan dari kedua belah pihak, dan memberikan peringatan kepada masing-masing orang tua agar menasihati anak-anaknya dan mendidik mereka lebih baik lagi.     

Nicolae biasanya hanya mengiyakan, tetapi ia menolak menghukum Altair kalau ia berkelahi karena membela diri. Biasanya pertengkaran di antara para remaja itu berakhir dengan sendirinya, apalagi kalau pemicunya adalah masalah perempuan.     

Yang sering terjadi adalah ada kakak kelas yang menyukai seorang gadis dan ketika menyatakan cinta, si gadis menolak karena mengatakan bahwa ia sudah menyukai Altair. Si kakak kelas yang ditolak cintanya kemudian akan marah dan berusaha menghadang Altair sepulang sekolah atau di waktu istirahat dan berusaha menghajarnya.     

Altair biasanya dapat mempertahankan diri dengan baik karena ia diajari bela diri oleh ayahnya dan beberapa pengawal pribadi keluarganya. Ia tidak pernah dikalahkan dalam perkelahian.     

Siswa yang pulang ke rumah dengan wajah bengkak dan memar akan menimbulkan pertanyaan dari orang tua mereka yang mengira anaknya dihajar atau ditindas seorang pembully.     

Ketika semua pihak dihadapkan di kantor kepala sekolah, biasanya pihak orang yang memulai perkelahian akan pulang dengan malu karena mengetahui bahwa anaknyalah yang bersalah. Masalah biasanya tidak akan diperpanjang. Apalagi jika kemudian Altair terang-terangan tidak menerima cinta gadis yang menjadi sumber masalah.     

Nicolae sudah siap dengan skenario serupa hari ini, sehingga ia tidak terlalu kuatir. Ia mengerling ke arah Charles yang wajahnya tampak mulai lebam-lebam dan sudut bibirnya masih berdarah, duduk di kursinya dengan ekspresi kecut.     

Ron Gilbert memperhatikannya dengan mata menyelidik, seolah bertanya-tanya kenapa lelaki muda ini duduk seenaknya di kantor kepala sekolah. Ia baru hendak menanyakan kepentingan Nicolae di situ ketika Miss Haney tiba. Wanita berusia 40-an berkacamata kotak itu menghela napas saat ia menutup pintu di belakangnya.     

"Selamat siang, Bapak-bapak. Maaf sudah mengambil waktu Anda yang berharga." Ia duduk di kursi di seberang ketiga orang itu. Sebelum ia melanjutkan bicaranya, terdengar ketukan di pintu. "Silakan masuk."     

"Selamat siang, Miss Haney," Altair yang membuka pintu menyapa wali kelasnya dan menutup pintu di belakangnya. "Maaf, aku terlambat, tadi baru membantu Miss Collins membawakan buku-buku dari kelas ke kantor guru. Selamat siang, Papa..."     

Ron Gilbert dan anaknya tampak terkejut mendengar kata-kata Altair. Mereka serentak menoleh ke arah Nicolae yang duduk di sebelah Miss Haney.     

Papa? Apakah pria itu ayah Altair? pikir mereka keheranan. Nicolae bukan hanya terlihat muda, tetapi juga sangat tampan. Tetapi saat keduanya menoleh ke arah Altair dan Nicolae bergantian, mereka menyadari bahwa penampilan kedua orang itu sangat mirip.     

Ah, ya.. pasti mereka memang ayah dan anak. Wajah mereka sangat mirip, bahkan rambutnya sama-sama panjang dan kedua pasang mata mereka terlihat begitu serupa.      

"Duduklah, Altair. Pak Gilbert datang ke mari bersama Charles karena perkelahian kemarin," Miss Haney menjelaskan. Ia mempersilakan Altair duduk di sampingnya.     

Remaja itu tampak acuh saja mendengar kata-kata wali kelasnya. Ia tahu dirinya tidak bersalah dan tidak merasa perlu kuatir akan apa pun. Ia tahu Nicolae akan membelanya kalau ia memang tidak bersalah.     

"Kau ayah anak brengsek ini???" tanya Ron Gilbert dengan gusar. Wajahnya seketika memerah karena marah. "Ia menghajar anakku dan mengakibatkan dia luka-luka. Aku akan memastikan anakmu dikeluarkan dari sekolah dan masuk penjara karena penyerangan!!"     

"Eh.. kau gila, ya?" tanya Nicolae dengan gusar. "Itu satu lawan satu dan anakmulah yang memulai perkelahian."     

"Charles diperlakukan dengan tidak adil. Ia dikeroyok dan anakmulah biang keladi semuanya. Aku ke sini hanya untuk memberitahumu bahwa aku akan melaporkan anakmu ke polisi. Anak kurang ajar seperti itu sudah terlibat banyak perkelahian tetapi sekolah masih selalu melindunginya demi menjaga reputasi. Ini tidak bisa dibiarkan..." Ron Gilbert menggertakkan gigi. "Kau tahu siapa aku???"     

"Waduh, Pak Gilbert... mohon jangan emosi dulu. Ini hanya perkelahian di antara remaja biasa. Masalahnya bisa diselesaikan baik-baik," kata Miss Haney buru-buru. "Saya meminjam ruangan kepala sekolah dengan tujuan untuk membicarakan hal ini baik-baik. Saya mohon, sebaiknya kita bicarakan dengan kepala dingin.  Sepertinya ada kesalahpahaman di sini."     

"Apanya yang salah paham? Anda tidak lihat mata anakku lebam-lebam begini?" Ron Gilbert tampak bertambah emosi. Ia menoleh kepada anaknya. "Charles, kau ingin bocah keparat itu masuk penjara, kan?"     

Charles tampak dipenuhi dendam dan mengangguk. "Dia memukuliku habis-habisan, padahal aku hanya menegurnya sedikit. Anak itu berbahaya. Sudah banyak siswa yang dihajarnya selama ini. Ayah bisa mengumpulkan saksi, aku yakin banyak yang akan bersedia."     

Altair berdecak tidak sabar. Ia merasa kesal karena dituduh sebagai penjahatnya, padahal bukan ia yang memulai perkelahian.     

"Dasar kau pembohong! Kau tidak menegurku baik-baik. Aku juga tidak punya salah apa-apa kepadamu! Kau mencegatku di lapangan olahraga dan mau memukuliku... tetapi kau kalah kuat. Jadi laki-laki jangan banci, dong!" sergahnya dengan tidak sabar dan berusaha berdiri hendak memukul Charles yang sengaja membusungkan dada untuk menantangnya.     

Untunglah Nicolae buru-buru menangkap tangan Altair dan menenangkannya.     

"Sssh.. kalau kau emosi, nanti dia bisa benar-benar melibatkan polisi dan nanti ayahmu akan mendengar semua ini," bisik Nicolae segera ke telinga Altair.     

Ia juga kesal, tetapi masih dapat menahan dirinya dengan baik. Ia sama seperti Altair tak ingin masalah ini sampai ke telinga adiknya. Ia tak dapat membayangkan apa yang akan dilakukan Alaric jika tahu anaknya diancam hendak dimasukkan ke penjara oleh seorang pengacara rendahan.     

Nicolae lebih kuatir identitas Altair dan Vega di sekolah ini akan terbongkar dan mereka tidak akan dapat hidup seperti orang biasa, seperti keinginan keduanya. Karena itulah ia bersabar.     

"Hmm... bagaimana kalau kita anggap ini kesalahpahaman saja? Altair bisa meminta maaf dan kita akan menganggap masalah ini selesai? Tolonglah, Tuan... ini urusan remaja, tidak usah melibatkan polisi. Nanti kita orang-orang tua ini yang malu karena akan dianggap tidak mampu mendidik anak," bujuk Nicolae. Ia lalu menoleh kepada Altair, "Altair, minta maaf saja kepada Charles. Biar semuanya selesai."     

Altair tampak jelas berperang dengan dirinya sendiri. Ia sebenarnya tidak mau meminta maaf, tetapi ia juga mengerti apa yang dipikirkan Nicolae. Ia menarik napas panjang dan akhirnya menggerutu pelan. "Aku minta maaf."     

"Tuh... anakku sudah meminta maaf. Semoga Charles dan Anda bisa menerima permintaan maafnya dan kita semua bisa berdamai. Aku yakin Tuan waktunya sangat berharga dan tidak pantas dihabiskan untuk urusan perkelahian remaja." Nicolae menatap pasangan ayah dan anak di depannya.     

"Tidak bisa. Anakku sudah menderita luka-luka. Ini harus diselesaikan di jalur hukum..." kata Ron Gilbert dengan keras kepala. Ia hendak mengeluarkan ponselnya dan menelepon kantor polisi ketika tiba-tiba Charles menyentuh tangannya.     

"Ayah.. aku bisa memaafkan si kunyuk ini... dengan satu syarat," kata Charles tiba-tiba.     

"Apa katamu?" tanya Ron Gilbert dengan mata mendelik.     

Nicolae dan Altair saling bertukar pandang. Apa kira-kira yang diinginkan Charles agar tidak memperpanjang masalah ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.