The Alchemists: Cinta Abadi

Ada Apa Dengan Rose?



Ada Apa Dengan Rose?

0***     

"Bagaimana pendapatmu tentang Nicolae dan Marie?" tanya Rune saat ia dan Rose berjalan kaki dengan santai dari stasiun subway menuju ke apartemen Rose.     

Suhu di akhir musim gugur ini memang sangat dingin. Walaupun Rose dan Rune sudah mengenakan sweater dan jaket, mereka tetap merasa kedinginan. Karena itulah, secara spontan Rune menggandeng Rose dan memegang tangannya begitu mereka melangkah keluar stasiun dan diterpa udara dingin.     

Rose tampak tidak keberatan dengan perlakuan itu. Bagaimanapun ia terbiasa berjalan dengan berpegangan tangan dengan teman lelaki atau perempuan.     

"Hmm...mereka terlihat muda sekali," komentar Rose kagum. "Sekarang saja mereka dan Summer terlihat seperti adik mereka."     

"Hahaha.. ya, mereka memang seperti itu. Nanti kapan-kapan kalau kita makan malam bersama Aleksis dan suaminya Alaric, kau juga bisa melihat bahwa kakakku itu terlihat sangat muda."     

Bukan saja Aleksis dan Alaric sudah memiliki dua anak laki-laki yang sudah remaja, tetapi mereka juga memiliki dua orang anak lagi yang kini sudah dewasa.     

"Rasanya akan sangat menyenangkan," kata Rose sambil tersenyum. "Kalau begitu, aku juga akan mengundangmu bertemu dengan teman-temanku. Kau masih ingat George?"     

"Hmm... temanmu yang merupakan pemiliki gedung apartemen yang kita tinggali sekarang?" tanya Rune memastikan.     

"Benar. Nah, kebetulan George sedang ada di New York. Aku akan mengundang beberapa temanku untuk makan malam bersama dan memperkenalkanmu kepada mereka," kata Rose.     

Ahhh.. Rune sangat senang mendengarnya. Ia yakin akan dapat akrab dengan teman-teman Rose.     

***     

"Kau ingin memperkenalkan Rose kepada kami?" tanya Aleksis dengan nada menyelidik. Siang itu Rune sedang berkunjung ke rumah mereka setelah ia bekerja seharian di laboratorium milik Aldebar di New Jersey. "Apakah kau sudah merasa ini waktu yang tepat?"     

"Yah.. kurasa tidak ada salahnya aku mulai memperkenalkan satu persatu anggota keluargaku kepadanya. Rose bukan gadis dari kalangan bawah yang akan terintimidasi oleh kekayaan orang lain," jawab Rune.     

"Benar juga," kata Aleksis. "Lagipula kalau ia bertanya-tanya, kau bisa bilang bahwa aku beruntung mendapatkan suami yang kaya... hehehe."     

"Benar. Aku tidak akan memperkenalkan Alaric sebagai Elios Linden. Nama suamimu akan langsung menarik perhatian," kata Rune sambil tertawa. "Aku belum mau membuka semua identitasku sebelum Rose membuka diri."     

"Hmm.. baiklah," kata Aleksis sambil mengangguk. Kalau itu yang kau mau." Wanita cantik itu tampak tercenung sebentar dan kemudian ia menyentuh lengan Rune. "Kurasa Rose adalah gadis yang baik. Aku akan senang melihatmu bahagia kalau kau menemukan orang yang kau sukai."     

Rune mengangkat sebelah alisnya dan bertanya, "Tapi?"     

Ia tahu ada sesuatu di balik sikap Aleksis yang membuat kakaknya tiba-tiba tampak prihatin. Apakah ada sesuatu yang salah dengan Rose yang diketahui oleh Aleksis tetapi tidak diketahui Rune?     

"Dia bilang apa kepadamu waktu kalian baru pertama bertemu?" Aleksis balik bertanya, bukannya menjawab pertanyaan Rune.     

"Hmm.. dia bilang banyak hal." Rune mengangkat bahu. "Aku tidak tahu apa hubungannya."     

"Bukankah dia bilang, kalau kau berhasil membuatnya jatuh cinta, dia akan menerimamu?" kata Aleksis sambil menatap Rune dalam-dalam.     

Perkataan Aleksis ini membuat Rune tercenung.     

Apakah Aleksis mengetahui sesuatu di masa lalu Rose? Apakah ini berhubungan dengan laki-laki lain? Apakah Rose pernah jatuh cinta kepada seorang lelaki dan sekarang ia berusaha melupakan orang itu dengan mencari kekasih pura-pura?     

Sebentar...     

Rose bilang ia melakukan ini untuk melindungi seseorang.     

Apakah ia ingin melindungi laki-laki itu?     

Siapa dia sebenarnya? Kenapa Rose harus melindunginya?     

Ada begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di batin Rune. Sekarang ia benar-benar tergoda ingin mengetahui siapa Rose sebenarnya.     

"Kalau kau menyelidiki Rose sekarang dan tidak memberikan kesempatan kepada gadis itu untuk membuka diri kepadamu.. kurasa kau akan menyesal, Rune," kata Aleksis dengan nada serius saat ia melihat ekspresi adiknya yang tampak sangat penasaran.     

"Kenapa kau berkata seperti itu?" tanya Rune. "Bukankah lebih baik jika aku mundur dari sekarang jika seandainya aku menilai bahwa hubunganku dengannya tidak akan pernah berhasil?"     

"Kenapa kau bisa langsung menyimpulkan bahwa hubunganmu dengan Rose tidak akan berhasil?" tanya Aleksis keheranan. "Satu-satunya alasan suatu hubungan tidak akan berhasil adalah jika salah satu dari kalian ternyata sudah menikah. Kalau itu yang terjadi, aku pasti akan melarangmu mendekati Rose. Tapi bukan itu yang terjadi. Lalu mengapa kau hendak memutuskan untuk mundur sebelum kau mencoba?"     

Aleksis belum pernah melihat adiknya jatuh cinta seperti ini. Rune terlihat sangat ceria dan bahagia setelah ia bertemu Rose. Aleksis hanya ingin Rune menemukan tambatan hatinya. Karena itulah, setelah ia menyelidiki Rose dan mengetahui latar belakang gadis itu, Aleksis memutuskan untuk mendukung hubungan mereka.     

Ia merasa Rose adalah gadis yang baik, sangat cocok dengan adiknya, dan ia akan dapat membuat Rune bahagia.     

Tapi... kalau sekarang Rune sengaja menyelidiki semua hal tentang Rose dan membuat penilaian sepihak, tanpa memberi kesempatan pada mereka berdua untuk berinteraksi lebih dekat, maka adiknya itu bisa jadi akan langsung mundur. Rasanya hal itu tidak akan adil bagi Rose.     

Ketika Aleksis menyampaikan sudut pandangnya ini, akhirnya Rune menghela napas panjang dan mengangguk.     

"Kau benar. Kurasa tidak adil kalau aku punya akses ke semua sumber informasi dan mengetahui semua tentang Rose, tetapi ia tidak memiliki akses yang sama," kata pria itu membenarkan. Ia mengetuk-ketukkan jarinya yang panjang di meja, sambil berpikir. "Rose bilang ia akan mengajakku bertemu teman-temannya akhir pekan ini, dan dua minggu lagi kami akan bertemu keluarganya. Kurasa aku akan menunggu saja hingga saat itu tiba."     

"Ide bagus," kata Aleksis sambil tersenyum lebar. "Semoga berhasil."     

"Lalu kapan sebaiknya aku mengundang Rose untuk makan malam di sini?" tanya Rune.     

"Kurasa, sebelum kalian bertemu keluarganya, kau dan Rose bisa makan malam di sini agar kami bisa saling mengenal. Bagaimana?" tanya Aleksis.     

"Ide bagus. Nanti aku akan bicara dengan Rose."     

***     

Ketika Rune pulang dari rumah Aleksis, ia menemukan Rose sedang melukis di balkon. Gadis itu sedang duduk di bangku menghadap sebuah kanvas besar dengan penyangga kanvas kayu dan tangannnya memegang kuas yang bersaputkan cat minyak berwarna biru.     

Rune tidak dapat mengenali gambar apa yang sedang dilukis Rose, karena sepertinya gadis itu telah mencorat-coret gambar di kanvasnya dengan cat biru hingga tidak berbentuk lagi.     

"Heii.. Rose, kenapa kau melukis di luar?" tanya Rune dengan kuatir. Ia berjalan menghampiri Rose dan menyentuh bahu gadis itu. "Bukankah udaranya cukup dingin?"     

Ia tersentak karena merasakan bahu Rose bergetar pelan di bawah sentuhan tangannya.     

"Kau... kenapa?"     

Ketika Rune berjalan menghadap Rose untuk melihat ekspresi gadis itu, ia tampak sangat terkejut menemukan sepasang mata indah Rose berlinang air mata.     

.     

.     

>>>>>     

Dari penulis:     

Lanjutan Cerita Vega sudah bisa dibaca mulai dari bab 929 ya. Mulai hari ini saya akan publish setiap hari sampai cerita Vega selesai. Hanya tinggal beberapa bab saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.