The Alchemists: Cinta Abadi

Caspar Menyukai Ren



Caspar Menyukai Ren

0"Sepertinya kau menyukai L?" tanya Aleksis sambil tersenyum. "Kau bisa bertemu mereka. Sebentar lagi L akan datang kemari bersama London dan Lily anak mereka."     

Wajah Vega tampak berseri-seri. Ia tidak sabar. Senyum di wajahnya dan kelegaan di wajah Alaric dan Aleksis benar-benar sangat berdampak mengubah suasana di villa yang sedari tadi dilingkupi keharuan menjadi lebih ringan dan pelan-pelan menjadi dipenuhi sukacita.     

Mereka seolah melupakan penderitaan dan kesedihan selama bertahun-tahun akibat kehilangan Vega, dan kini hanya merasakan bahagia karena ia kembali. Sebagaimana hujan sehari yang menghapus kemarau bertahun-tahun, perasaan keluarga besar Schneider-Medici menjadi dipenuhi kebahagiaan.     

Ren akhirnya masuk ke dalam villa dan menyapa mereka semua. Ia telah melihat Caspar Schneider dan Finland dan sama sekali tidak mengenali siapa mereka. Dalam hati ia berusaha menebak-nebak bahwa mereka adalah kakek dan nenek Vega seperti yang pernah diceritakan Sophia kepadanya.     

Ia ingat Sophia mengatakan bahwa Caspar Schneider sangat mirip dengan anak lelakinya, London Schneider, dan istrinya adalah wanita separuh Asia.     

"Hei.. kau sudah datang!" Vega bangkit dari sofa dan menyambut suaminya. Ia menggandeng Ren dan membawanya ikut duduk bersamanya di sofa. "Ren... ayahku bilang tadi kalian sudah bicara?"     

Ren mengangguk. Ia mengerling ke arah Alaric dan kemudian tersenyum ke arah Vega. "Aku setuju dengan rencananya. Sebaiknya kau pulang dan menghabiskan waktu bersama keluargamu. Aku akan mengurusi beberapa tanggung jawabku di Moravia dan nanti aku akan menyusulmu."     

"Hmm... baiklah," Vega tampak lega. "Uhm... ada yang ingin kuperkenalkan kepadamu. Kau sudah bertemu orang tua kandungku dan saudara-saudaraku. Sekarang, aku ingin kau bertemu.. kakek dan nenekku."     

Ren memasang wajah terkejut. "Di mana mereka?"     

Vega tersenyum geli dan menunjuk ke arah Caspar dan Finland. "Itu mereka."     

Ia berdiri dan mengajak Ren menyalami kakek dan neneknya.     

"Aku tidak mengerti," gumam Ren keheranan.     

"Uhm... ada yang belum kau ketahui," kata Vega. "Mungkin ini sulit dipercaya, tetapi ayahku sudah berusia 117 tahun. Kau bisa melihat sendiri bahwa ia masih terlihat sangat muda. Dan kakekku ini, sudah berusia empat abad. Tetapi... ia juga terlihat muda. Sebenarnya keluargaku berasal dari kaum Alchemist yang awet muda selamanya. Tadi ayah dan ibuku sudah menceritakan sedikit tentang rahasia keluarga kami. Aku juga sangat terkejut."     

"Ahaha... kau.. sedang bercanda, kan?" tanya Ren sambil menatap Vega lekat-lekat. "Aku senang karena selera humormu sudah kembali."     

"Uhm.. aku tidak bercanda." Vega tersenyum malu-malu. Ia meremas tangan Ren dan berbisik kepadanya. "Aku juga sangat terkejut, tetapi aku rasa mereka mengatakan yang sebenarnya."     

Wajah Ren tampak berubah. Ia mengerutkan keningnya dan menatap Caspar dan Alaric bergantian.     

"Apakah itu benar? Anda berdua... uhm, sudah berumur seperti yang disampaikan Vega?" tanyanya keheranan.     

Caspar menatap Ren dan tersenyum. Ia telah mendengar siapa Ren sebenarnya. Dari pertama melihat pria ini, ia telah membuat penilaian sendiri di dalam hatinya. Renald Hanenberg memiliki reputasi cemerlang di dunia, bahkan sebelum ia menjadi pangeran putra mahkota Moravia. Sebenarnya, kalau ada laki-laki yang pantas untuk cucu perempuan keluarga Schneider, Ren adalah orangnya, pikir Caspar dalam hati.     

Mereka sama sekali tidak peduli dengan kedudukannya sebagai calon raja Moravia. Toh, kalau ia menjadi seorang Alchemist, ia harus mengganti identitasnya setelah beberapa waktu karena publik akan curiga melihat Ren tidak menua kalau ia tetap tampil di muka umum sebagai raja Moravia.     

Tetapi, kecerdasannya, dan latar belakangnya yang mengesankan sebagai salah seorang petinggi SpaceLab yang genius, membuat Caspar memberikan penilaian positif kepada Ren.     

"Itu benar," kata Caspar sambil tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk menyalami Ren. "Namaku Caspar Schneider. Vega adalah cucuku. Mungkin kau pernah mendengar namaku?"     

"Tentu saja aku pernah mendengar nama Caspar Schneider, tetapi..." Ren menelan ludah dengan susah payah. "Aku tidak menyangka Anda terlihat begini muda. Ini semua sangat mengejutkan."     

"Ini memang mengejutkan." Caspar mengangguk setuju. "Siapa pun yang mendengarnya untuk pertama kali akan mengira mereka gila atau salah mendengar atau apa.. ahahaha. Tetapi ini kenyataan. Aku adalah ketua clan Alchemist dan keluargaku semuanya dapat hidup awet muda selamanya."     

"Ini memang sangat mengejutkan," kata Ren. "Aku perlu waktu memprosesnya. Maaf."     

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau sangat menyukai ilmu pengetahuan. Yah.. kami menyelidiki sedikit tentang dirimu." Caspar kembali duduk dan menyilangkan kakinya dengan anggun. "Kau pasti akan suka bertemu dengan adikku, Aldebar. Ia seorang ilmuwan. Kalian mungkin akan cocok."     

"Aku lebih menyukai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam semesta dan luar angkasa," kata Ren. "Mungkin Anda sudah tahu, aku dulu bekerja untuk SpaceLab."     

Alaric mengangguk. "Aku tahu. Aku mendirikan SpaceLab puluhan tahun lalu."     

"Aku merasa terhormat pernah bekerja untuk SpaceLab," kata Ren. "Sayangnya aku harus pulang ke Moravia."     

"Kami sudah mendengar tentang apa yang terjadi. Keluarga adalah segalanya, dan kalau harus memilih kita harus menentukan prioritas, mana yang lebih penting," kata Caspar. "Aku senang mendengar kau lebih memilih keluargamu daripada karier cemerlang di SpaceLab."     

Ren tahu semua persona yang ia tampilkan tentang dirinya di luar sana berhasil menipu semua orang. Ia pulang ke Moravia karena ia memang ingin berkuasa. Setelah berhasil membunuh sepupunya secara diam-diam, ia berhasil membuat kedudukan sebagai pewaris takhta jatuh ke tangannya.     

Tentu saja akan sangat mudah baginya kembali ke SpaceLab setelah nanti ia menguasai Moravia.     

Ahh, bahkan Vega saja sampai kini masih mengira bahwa Ren memang berencana mundur dari kedudukannya sebagai pangeran putra mahkota dan menyerahkannya kepada anak Caroline, sepupunya, agar bisa hidup menyepi bersama Vega.     

Tentu saja, kini Ren sudah tidak lagi menginginkan Moravia. Ia sudah lelah dan ingin menghentikan semua rencana balas dendamnya dan keinginan menguasai dunia.     

"Aku.. selalu menganggap keluarga adalah hal yang paling utama dalam hidup," kata Ren. Ia menarik tangan Vega ke dalam genggamannya dan meremasnya lembut. Suaranya terdengar dipenuhi kesedihan saat ia kembali teringat pada kedua anaknya yang kini telah tiada. Oh.. mengapa ia terlambat menyadari semuanya?     

Vega menatap wajah Ren dari samping dan air matanya kembali menggenang. Ia belum menceritakan kepada keluarganya apa yang terjadi, karena ia merasa belum sanggup membicarakan tragedi itu.     

Namun, kini.. saat melihat kesedihan Ren, hatinya kembali ikut merasakan duka yang sama. Sebagai orang tua, mereka berdua ternyata masih belum selesai berkabung.     

"Ada apa?" tanya Aleksis pelan. Dadanya seketika menjadi sesak ketika melihat wajah anak perempuannya dipenuhi kesedihan.     

"Tidak apa-apa..." bisik Vega. Ia masih belum mau membahas tentang kedua anaknya dan berusaha menegarkan diri. Ia takut suasana di villa yang tadi sudah mulai terasa ringan akan kembali diliputi kesedihan jika ia menceritakan apa yang terjadi. "Aku.. dan Ren hanya merasa terharu."     

.     

>>>>>     

From The Author:     

Duh, saya masih sibuk banget dengan berbagai seminar kerjaan dan kemarin tepar. Utang bab saya banyak yaaa.. Duh, maapkeun. Pasti saya balas kok. Tenaaaang. Tunggu saya publish semuanya satu persatu yaa.. Terima kasihhh karena teman-teman sudah super bersabar. #muahhh     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.