The Alchemists: Cinta Abadi

Menangkap pembunuh



Menangkap pembunuh

0Rosalind sangat terkejut saat menyadari tubuhnya seketika terasa panas dan tangan gadis yang tadi dikiranya pingsan telah menepuk tengkuknya. Selama dua detik ia menatap ke arah Marion dengan pandangan tidak percaya.     

"K .. kau .. siapa kau sebenarnya?"     

Marion hanya mendengus dan bangkit berdiri, bersamaan dengan jatuhnya tubuh Rosalind ke tanah menimpa Takeshi. Para polisi dan petugas keamanan yang mengepung mereka menjadi terkesiap. Mereka tak mengira gadis cantik yang tampak acuh tak acuh itu dengan mudah menangkap kedua pembunuh yang tadi mereka incar.     

Polisi sudah melihat betapa ganasnya Takeshi menghabisi beberapa rekan mereka tadi dengan pisaunya dan membalas tembakan mereka dengan ketrampilan yang sangat mengagumkan. Dan gadis mungil yang menjadi temannya itu, ia sungguh terlihat mengerikan dengan kata-katanya yang dingin tak berperasaan ketika menyandera anak remaja tadi.     

Siapa ketiga orang ini? Mereka bertanya-tanya dalam hati.     

"Max, aku serahkan mereka padamu untuk sementara. Tolong jangan sampai ini masuk berita." Marion menepuk bahu Max lalu memberikan berbagai instruksi untuk menahan kedua assassin itu sementara ia mencari tempat sepi dan menghubungi Endo.     

Max yang masih tidak percaya gadis muda itu bisa menangani krisis dengan sangat efisien hanya bisa mengangguk. Ia berkoordinasi dengan polisi dan petugas keamanan stadium segera melakukan perintah Marion.     

"Bagaimana keadaan Neo?" tanya Marion dengan agak cemas.     

Ia masih ingat Neo menerima semua tembakan di bahu dan punggungnya. Walaupun mereka adalah kaum alchemist yang memiliki ketahanan tubuh luar biasa, tetap saja tubuh mereka tidak dapat menahan peluru. Bila sampai salah satu peluru itu mengenai tulang belakang atau syaraf, Neo bisa lumpuh atau bahkan kehilangan nyawanya.     

"Sedang dioperasi untuk mengeluarkan pelurunya. Dokter bilang kemungkinannya bagus. Lauriel sudah dalam perjalanan ke sini. Ia akan bisa merawat Neo lebih baik dari dokter mana pun," jawab Endo. Ia buru-buru menambahkan, "Lagipula si penyanyi itu mampir ke sini, dan katanya dia akan datang lagi. Aku yakin dengan kehadirannya, Neo pasti ingin sembuh secepatnya."     

"Oh," Marion baru teringat tentang Billie. "Dia ke sana dengan siapa?"     

"Ada Jean yang menemaninya."     

"Oh, oke." Marion menutup teleponnya dan ingat tadi Jean berkali-kali mencoba menghubunginya tetapi ia malah mematikan ponselnya.     

Ia memencet nomor telepon AKTOR TAMPAN IDOLA MARION dan menunggu Jean mengangkat teleponnya.     

Satu kali. Dua kali.     

Entah kenapa saat masuk deringan kesepuluh dan Jean tidak juga mengangkat teleponnya Marion menjadi gusar dan memutus panggilan. Ughhhh... sedang apa Jean bersama Billie? Kenapa tidak mengangkat teleponku???     

Rasa cemburunya kembali meluap, tetapi Marion hanya bisa menelan kekesalannya sendiri karena ... ia kan tidak berhak untuk cemburu? Mereka bukan pasangan kekasih... setidaknya belum.     

Marion dengan kesal mengedit nama kontak Jean dan menggantinya menjadi KUNYUK.     

:speak-no-evil_monkey::see-no-evil_monkey::hear-no-evil_monkey:     

***     

Jean yang baru keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk dari pinggangnya dan rambut yang basah tidak mengetahui bahwa ada seorang gadis yang demikian kesal karena ia tidak sempat mengangkat teleponnya. Ia buru-buru memakai pakaian dan keluar membawa sebotol minuman ke lantai 90, tempat suite Billie berada.     

Gadis itu masih terpukul dan Jean ingin menemaninya malam ini dengan sebotol minuman untuk menenangkannya. Ia sama sekali tidak ingat untuk membawa ponselnya.     

Ketika Marion tiba setengah jam kemudian, gadis itu mencari-cari Jean tetapi tidak dapat menemukannya di penthouse. Ia mencoba menelepon kembali tetapi Jean tetap tidak mengangkat panggilannya.     

Dengan lesu akhirnya Marion hanya bisa terduduk di ruang tamu dan melempar ponselnya ke lantai. Ia melihat penampilannya yang berdebu akibat kerusuhan di stadium dan memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian.     

Ketika ia keluar dari kamarnya untuk mengambil ponselnya yang tadi ia banting, Jean masuk melalui pintu. Seketika langkah Marion terhenti.     

Ia ingin sekali menanyakan Jean dari mana, tetapi entah kenapa ia bisa menebak, pasti dari tempat Billie. Gadis tadi sedang terpukul akibat percobaan pembunuhan yang dialaminya, dan Jean pasti ke sana untuk menenangkan.     

Ia tak mau mendengar selebihnya. Mungkin terjadi sesuatu antara Jean dan Billie ... mungkin tidak. Kalau iya, maka Marion tidak siap mendengarnya. Tidak sekarang. Ia ingin fokus pada tugasnya dan tak ingin pikirannya dikeruhkan oleh masalah pribadi.     

"Hei ..." sapa Marion acuh tak acuh, mengambil ponselnya lalu kembali ke kamar. Jean hanya bisa memandanginya dengan tatapan rumit. Ia pun masuk ke kamarnya. Saat ia mengambil ponselnya yang tadi ketinggalan, Jean hanya bisa tertegun melihat 89 missed-call dari Marion.     

Berarti sedari tadi Marion berusaha menghubunginya, tetapi mengapa begitu mereka bertemu sikap gadis itu malah acuh sekali? Jean hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.