The Alchemists: Cinta Abadi

Berita Mengejutkan



Berita Mengejutkan

1"Kau sangat menarik perhatian," komentar Amelia sambil duduk di seberang Ren. Ia mengangkat tangannya dan memberi tanda kepada pelayan untuk membawakan menu baginya. Begitu sang pelayan tiba, Amelia menunjuk segelas Sonne yang ada di depan Ren dan meminta dibawakan yang serupa.     

Ren sama sekali tidak menghiraukan Amelia. Ia memfokuskan pandangannya pada gelas yang ada di depannya. Ia lalu mengambil gelas itu dan menyesap minumannya dengan acuh.     

Di saat seperti ini, kehadiran Amelia baginya terasa seperti nyamuk yang mengganggu. Namun demikian, ia masih punya hati dan menganggap pertemanan mereka sejak kecil, sehingga ia tidak berkata apa-apa.     

Pelayan datang membawakan segelas Sonne untuk Amelia dan gadis itu ikut menyesapnya mengikuti gaya Ren yang tidak mempedulikan sekelilingnya. Ada begitu banyak yang ingin dibicarakan Amelia kepada Ren, tetapi ia menahan diri dan tidak mengatakan apa-apa.      

Ren membuka ponselnya dan membaca pesan dari Karl yang mengatakan ia terkena macet di tengah kota akibat keramaian malam Natal dan meminta maaf atas keterlambatannya.     

"Kau tidak bersama keluargamu?" tanya Ren akhirnya tanpa menoleh ke arah Amelia.     

"Sudah... tadi kami makan malam bersama. Ibuku masih menanyakan kapan kau akan menghabiskan Natal bersama kami lagi. Aku bilang kau sangat sibuk," kata Amelia. "Ibuku merindukanmu. Ia sangat senang karena tahu ia akan bertemu denganmu di pesta tahun baru."     

Ibu Amelia adalah sahabat dari ibu kandung Ren dan ia menganggap Ren seperti anaknya sendiri. Tentu Ren tidak akan melupakan kebaikan dan perhatian beliau dan menanggapi kata-kata Amelia tentang ibunya dengan nada ketus.     

"Aku akan menyempatkan diri untuk berbicara dengannya di pesta nanti," kata Ren.     

"Terima kasih. Ibu pasti akan senang sekali," kata Amelia dengan wajah berseri-seri. Ia melihat bahwa sikap Ren menjadi melunak, dan ia memberanikan diri untuk mengajak pria itu bicara. "Kenapa kau di sini? Ini bukan seperti dirimu. Apakah kau memiliki masalah?"     

Walaupun Ren tidak menjawab, Amelia dapat menebak bahwa telah terjadi sesuatu yang besar. Ia sangat mengenal Ren dan tahu bahwa pria itu tidak akan kehilangan kendali jika masalah yang dihadapinya tidak parah.     

"Sepertinya Karl masih lama datangnya. Kau mau kuantar pulang?" tanya Amelia lagi. Ia tidak memaksa Ren untuk menjawab pertanyaannya. Ia juga melihat wajah Ren yang mulai berubah kemerahan. Sepertinya pria itu telah minum terlalu banya sonne malam ini.     

Amelia sedang menghabiskan waktu bersama keluarganya ketika ibunya membicarakan tentang Ren. Karena ia sama sekali tidak mendengar kabar dari Ren seharian, ia berasumsi Ren telah pergi ke Monaco dan bertemu Johann.     

Tetapi Amelia justru dikagetkan oleh berita yang trending di media sosial bahwa Pangeran Renald Hanenberg terlihat memasuki sebuah lounge di Hotel St. Laurent dan segera membuat pengunjung menjadi heboh.     

Dengan cepat Amelia segera pamit dari keluarganya dan bergegas kemari. Benar saja, ia menemukan Ren di sini seperti seorang laki-laki yang sangat kesepian dan membutuhkan teman bicara.     

Walaupun Ren tidak bersedia bicara kepadanya, Amelia merasa bahwa kehadirannya saja sudah cukup. Ia akan menunggu sampai Ren mau terbuka kepadanya. Tetapi setelah beberapa gelas sonne dan suasana senyap yang canggung, ia merasa sudah saatnya membawa Ren pulang.     

Ren akhirnya mengangguk. Ia sudah mendapatkan keinginannya di sini. Tidak ada lagi yang perlu ia tunggu.     

Ia memanggil manajer lounge dan membayar minumannya dan Amelia lalu berjalan keluar dengan kedua tangan di saku. Amelia berjalan anggun di sampingnya. Kedua orang itu sangat rupawan dan menarik perhatian semua orang yang ada di lounge.     

Bisik-bisik terdengar di antara mereka ketika keduanya menghilang di balik pintu. Banyak yang mengira keduanya adalah pasangan kekasih. Hal ini sudah menjadi gosip yang beredar cukup lama. Kini, kemunculan keduanya di malam Natal bersama di tempat umum seperti ini kembali mengobarkan gosip lama yang tidak pernah mati itu.     

"Tentu saja Lady Genevieve sangat cantik, pandai dan berpendidikan... ia adalah calon kuat untuk mendampingi Pangeran Renald."     

"Kudengar Lady Amelia Genevieve adalah sekretaris pangeran. Pantas saja mereka sangat banyak menghabiskan waktu bersama."     

"Bukan hanya itu. Mereka juga berteman sejak kecil."     

"Ahh... rasanya kita hanya perlu menunggu pengumuman dari istana tentang hubungan mereka. Bukankah Pangeran sudah cukup umur? Lagipula, aku mendengar gosip dari temanku yang punya hubungan dengan istana bahwa raja sudah memikirkan untuk turun takhta dan menyerahkan kedudukannya kepada Pangeran Renald."     

"Benarkah? Wahh.. itu kabar besar!!"     

***     

Fee merasa sedih sekaligus lega karena Ren sama sekali tidak mengganggunya lagi sejak saat itu. Ia lega karena itu berarti Ren sudah bisa menerima keadaan dan melepaskan Fee karena ia toh tidak dapat menerima anak dalam kandungan istrinya. Fee sudah bersikap jujur kepadanya dan Ren yang mengambil keputusan untuk pergi.     

Dengan demikian.. langkah berikutnya yang harus mereka ambil tentunya adalah mengurus perceraian karena nanti kalau Ren naik takhta, ia tidak mungkin tidak mengakui istri dan anaknya kepada publik kecuali bila mereka berpisah sebelum semua itu terjadi.     

Nanti Ren bisa mencari calon istri yang sesuai dengan kebutuhannya dan ia dapat melupakan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Fee.     

Hal ini membuat Fee sangat depresi dan sedih. Rasanya ia hanya ingin tidur dan tidak bangun lagi selama beberapa tahun, hingga hatinya sembuh dan ia dapat melupakan semua yang terjadi antara dirinya dan Ren.     

Namun, ia tahu bahwa ia harus menguatkan diri demi anak-anaknya. Ia memaksa dirinya makan, sambil bercucuran air mata dan kemudian kembali ke tempat tidur. Demikian setiap hari hingga pelan-pelan perasaannya membaik.     

"Kita akan baik-baik saja," kata Fee pada hari kelima kepada dirinya sendiri. Ia sedang menatap dirinya di cermin dan mengatakan kepada bayangannya bahwa ia akan baik-baik saja.     

Fee juga sengaja mengenakan riasan tipis pada wajahnya dan pakaian yang rapi.     

Mischa akan pulang dari liburannya sore ini dan Fee tidak ingin bosnya melihat jejak-jejak kesedihan dan air mata pada wajah gadis itu. Karena itulah ia sengaja memakai pakaian yang paling bagus dan bersikap ceria dan bahagia.     

"Bagaimana liburannya, Bos? Apakah kau membawakan hadiah untuk asistenmu yang bekerja keras ini?"     

Ia beberapa kali melatih kata-katanya agar terdengar baik-baik saja.     

Ahh.. berpura-pura itu memang melelahkan.     

Fee melihat jam tangannya dan menyadari bahwa sebentar lagi bosnya pasti akan tiba. Mischa telah mengabarinya ketika pesawatnya mendarat di Bandara Moravia agar Fee tidak menunggunya karena ia akan tiba cukup larut.     

Namun, karena ia memang tidak sedang melakukan apa pun, Fee memutuskan menunggu bosnya tiba. Ia lalu menyibukkan diri dengan membaca sementara menunggu. Karena tidak ada buku yang menarik hatinya, Fee lalu memutuskan untuk membaca berita di ponselnya.     

ISTANA MEMBAHAS TENTANG PERTUNANGAN PANGERAN RENALD DAN LADY AMELIA SETELAH PESTA TAHUN BARU     

Deg!     

Seketika ponsel di tangan Fee terlepas dan jatuh ke lantai dengan suara keras setelah ia membaca begitu banyak headline yang bertebaran di internet. Sepasang matanya yang masih agak bengkak, tanpa dapat ditahan lagi, kembali mengucurkan air mata deras.     

Penampilan Fee yang tadi cantik dan terlihat bahagia, langsung pudar digantikan oleh sosok gadis sedih yang menangis tersedu-sedu.     

Pada saat itu, pintu penthouse bergerak membuka dan Mischa pun melangkah masuk dengan mendorong koper kecilnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.