The Alchemists: Cinta Abadi

Rencana si Kembar



Rencana si Kembar

0"Selamat pagi, Papa..." sapa Altair dan Vega ketika mereka masuk ke ruang makan dan menemukan Nicolae sedang duduk membaca sesuatu di tabletnya.     

"Heii.. selamat pagi. Sarapan sudah siap. Ayo makan dulu." Nicolae menaruh tabletnya dan menyerahkan sendok garpu kepada kedua anaknya.     

Pancake dan sirup telah tersedia di meja dan dengan gembira keduanya segera mengambil beberapa pancake untuk ditaruh di piring mereka lalu makan dengan semangat. Nicolae sendiri hanya minum kopi. Pikirannya masih terganggu dengan kenyataan ia berada di negara yang sama dengan Aleksis dan membuatnya tidak selera makan.     

"Kita berangkat ke kapal jam 10 pagi," kata Nicolae memberi tahu Altair dan Vega. Ia kembali menuang kopi untuk dirinya sendiri.     

Wajah kedua anak itu tampak geli dan mereka lalu bertukar pandang sambil tersenyum. Nicolae yang melihat ekspresi mereka lalu mengerutkan kening. Ia curiga kedua anak ini merencanakan sesuatu.     

"Apa yang sudah kalian lakukan?" tanyanya dengan suara berat yang sengaja dibuat berwibawa.     

Vega yang paling dekat dengannya buru-buru menghampiri Nicolae dan duduk di pangkuannya. Anak perempuan itu memasang wajah paling imut dan sepasang matanya tampak bersinar-sinar seperti anjing kecil mereka, Aurora.     

"Pa... kita berangkat ke dermaga setelah makan siang saja ya..." Ia mengerjap-kerjapkan matanya berkali-kali, hingga Nicolae mengira anak itu kelilipan.     

"Kenapa dengan matamu?" tanyanya keheranan. Ia lalu curiga, karena ia tahu Vega sengaja berlaku seimut mungkin di depannya karena ada maunya. "Apa yang kalian lakukan?"     

Ia menyipitkan mata dan mendekatkan wajahnya ke wajah Vega yang tersenyum-senyum. Vega tidak menjawab. Hanya menunjuk pada Altair.     

"Lho... kok jadi aku? Itu kan idemu?" tanya Altair keheranan. "Bahkan kau yang membuat akunnya."     

"Akun apa?" tanya Nicolae kebingungan. Baik Vega dan Altair hanya batuk-batuk tetapi tidak mau menjawab.     

Akhirnya karena tidak sabar, Nicolae menaruh kedua tangannya di pinggang Vega dan menggelitik anak itu hingga Vega menjerit-jerit kegelian.     

"Aahhh... baiklah!!! Papa menang!! Aku akan bicaraaaa..." serunya sambil tertawa-tawa.     

"Begitu seharusnya." Nicolae menurunkan Vega dari pangkuannya lalu melipat tangannya di dada. "Jadi apa yang sudah kalian lakukan? Ayo jujur."     

"Kami tidak melakukan hal yang buruk kok, Pa. Hanya membuat janji makan siang untuk Papa dengan seorang kakak yang cantik sekali," jawab Vega akhirnya.     

"A.. apa maksudmu?" tanya Nicolae keheranan. Ia merasa barusan telinganya pasti salah mendengar.     

Vega mendeham lalu mengeluarkan sebuah tablet dari dalam tasnya yang tersangkut di kursi. Ia dan Altair lalu mengelilingi Nicolae dan menunjukkan isi tabletnya.     

"Kami membuat akun untuk Papa di website kencan online..."      

Nicolae memijit keningnya saat mendengar kata-kata Vega yang diucapkan dengan nada tidak bersalah.     

"Kalian kan belum cukup umur untuk masuk situs beginian?" tanyanya cemas.     

"Uhm... kan Papa mengajari kami meretas, jadi kendala umur seperti itu bukan hal besar untukku..." Vega membela diri. "Serius... Papa ketinggalan banyak. Ada sangat banyak perempuan muda, cantik dan single di luaran sana... Kami hanya ingin melihat Papa bahagia."     

"Kalian ini..." Nicolae hanya bisa menghela napas panjang berkali-kali. Ia tak tahu harus berkata apa. Saat melihat wajah Vega yang menjadi muram dan hampir menangis, ia menjadi tidak tega. Ia mengambil tablet dari tangan anak perempuan itu dan meneliti isinya. "Kapan kalian buat profile ini?"     

"Beberapa hari yang lalu... Herannya, mula-mula tidak banyak yang mau dengan Papa. Mungkin mereka pikir profil Papa ini penipu, karena Papa terlalu sempurna. Aku menulis apa adanya, bahwa Papa itu masih muda, sangat tampan, berprofesi sebagai dokter, dan aku sertakan beberapa foto Papa yang paling tampan. Tidak ada yang menyatakan tertarik," Vega menjelaskan.     

Nicolae memutar matanya. Tentu saja, semua wanita waras akan menganggap profilnya yang terlalu sempurna itu sebagai profil seorang scammer atau penipu. Masa iya, seorang pemuda begini tampan dan mapan harus mencari pasangan di dating website? Tentu para wanita itu akan curiga.     

"Akhirnya aku ganti profilnya dengan foto Papa saat meminum minuman pesta Kakek Aldebar waktu itu..."     

Nicolae ingat, minuman pesta Aldebar di pernikahan Alaric dulu yang setiap teguknya menambah umur 10 tahun. Ia tidak mengira kedua anaknya sempat-sempatnya mengambil fotonya waktu itu.     

Ia meneliti profil di dating website yang sedang dibuka Vega dan melihat fotonya. Ah... memang benar. Itu adalah fotonya saat terlihat berumur 40'an setelah meneguk minuman pesta Aldebar dua kali. Ia masih tampan, tetapi terlihat jauh lebih tua.     

"Lalu?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.     

"Setelah foto Papa menjadi tua, banyak wanita itu yang mulai tertarik. Mereka mengira Papa ini bujangan tua yang kesulitan mendapatkan kekasih karena terlalu sibuk bekerja..."     

Nicola batuk-batuk mendengarnya.     

"Aku tidak kesulitan mendapatkan kekasih ya..." cetusnya.     

"Tapi buktinya, sampai sekarang Papa tidak pernah berkencan dengan siapa pun..." balas Altair.     

"Itu karena..." Nicolae terdiam.     

Ia tidak dapat membantah.     

Bagaimana ia mau melirik wanita lain. Seluruh hatinya masih diisi oleh bayang-bayang Aleksis.     

Vega dan Altair bersama-sama menatapnya dengan pandangan memohon.     

"Papa... kami ingin melihat Papa bahagia..." kata Vega pelan. "Papa harus mau bertemu wanita lain..."     

[[Author dan pembaca juga ingin melihat Papa Nic bahagia... huhuhuhu]]     

"Hari ini ada seorang kakak yang cantik dan baik mengatakan bersedia bertemu Papa untuk makan siang. Kumohon... setidaknya Papa temuilah dia dulu," Altair menyambung.     

Nicolae tercengang. Tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa dijebak oleh kedua anaknya. Tetapi ia juga mengerti bahwa mereka melakukan ini karena mereka menyayanginya.     

Akhirnya setelah menghela napas panjang, ia mengangguk lemah.     

"Baiklah. Tapi hanya satu kali ini saja," katanya.     

"Uhmm... tiga. Tiga kali ini saja..." kata Vega cepat. "Kami sudah membuat janji untuk Papa dengan tiga orang berbeda...."     

"Anggap saja ini hadiah ulang tahun kami dari Papa..." Altair menambahkan. "Kami ulang tahun dua minggu yang lalu dan belum mendapatkan hadiah dari Papa."     

Nicolae benar-benar merasa terpojok. Ia merasa menyesal mengambil dua anak ini dari orang tuanya.     

"Aku kan sudah menyiapkan kado untuk kalian..." keluhnya. "Tadinya akan kuberikan di kapal..."     

Altair dan Vega saling pandang dan tersenyum. Mereka tahu Nicolae tidak pernah dapat menolak permintaan mereka. Papa Nic terlalu lemah menghadapi dua anak kesayangannya.     

"Nah.. Papa mandi dan ganti baju yang rapi. Jangan pakai jeans sobek lagi. Nanti kami antar ke restoran dan kami tunggu di mobil."     

Nicolae menghela napas berkali-kali.     

***     

London dan Rune tiba di bandara hampir bersamaan dengan Terry, sehingga mereka memutuskan untuk menunggu kakak sulung mereka tiba baru pulang bersama-sama ke penthouse.     

Sambil menunggu di lounge, Rune mencoba menyelidiki kakaknya tentang kondisi terkininya bersama L.     

"Jadi?" tanyanya dengan nada menyelidik.     

"Jadi apa? Tidak ada kemajuan," cetus London.     

"Kau belum memberikan veritaserum? Bukankah kau ingin tahu isi hatinya yang sebenarnya?"     

"Iya, tapi aku belum menemukan momen yang tepat. L akan curiga kalau tiba-tiba saja aku mengajukan berbagai pertanyaan aneh dan dia merasa terpaksa menjawab. Aku harus main cantik," kata London sewot.     

"Kalau kau tahu caranya main cantik kau tidak akan terlibat dalam situasi seperti ini," cemooh Rune.     

Kakaknya yang sebal langsung mengejar adiknya hendak memukul kepalanya, tetapi Rune dengan cekatan telah melarikan diri keluar lounge.     

Para pengawal mereka hanya geleng-geleng kepala melihat kedua  tuan muda mereka yang sudah dewasa itu berkelakuan seperti anak-anak setiap kali mereka bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.