The Alchemists: Cinta Abadi

Sarapan Bersama



Sarapan Bersama

0Caspar sama sekali tidak bisa tidur malam itu. Kepalanya sibuk memikirkan semua yang sudah terjadi. Finland yang tidur dengan tenang dalam pelukannya membuat emosinya tetap tertata. Ia tak mau bergerak gelisah di tempat tidur dan membangunkan gadis itu, sehingga ia hanya bisa berbaring diam dan berpikir sendiri.     

Ia menduga Lauriel akan turun tangan dan mengerahkan kelompok lamanya yang sudah bubar puluhan tahun lalu saat ia mengasingkan diri dari kehidupan duniawi. Mereka adalah para petualang abadi yang sangat berpengalaman dalam berbagai operasi berbahaya selama ratusan tahun. Sebagian ada yang sudah ikut dengan Lauriel saat ia masih bertualang di lautan sebagai Black Bart. Ia menyebut kelompoknya sebagai "The Wolf Pack" (Kelompok Serigala) dan kehadiran mereka akan sangat membantu jika Caspar dan Lauriel akan menangkap Alexei.     

Caspar sendiri tinggal memerintahkan Jadeith untuk menghubungi Academi* bila diperlukan, dan puluhan ribu tentara bayaran bisa dikerahkan untuk menghantam keluarga Meier. Namun ia hanya akan mengambil cara itu bila ia tak dapat mendekati Alexei diam-diam dan menangkapnya. Mengirimkan pasukan demikian banyak ke Inggris akan sangat menarik perhatian dan bisa menimbulkan terjadinya perang. Lain cerita jika Alexei sedang berada di Timur Tengah, akan sangat mudah mengirim pasukan ke sana dan membunuhnya tanpa menimbulkan kecurigaan karena wilayah itu selalu dipenuhi oleh konflik.     

Ketika Finland bangun keesokan paginya, Caspar sudah tidak ada di sampingnya. Tirai jendela blackout menghalangi sinar matahari masuk agar tidak membangunkan Finland karena silau sehingga membuat kamar menjadi gelap, karenanya ia harus menyalakan lampu untuk melihat sekelilingnya.     

Di meja samping tempat tidur telah ada seperangkat pakaian baru yang terlipat rapi dan segelas air minum. Finland sadar Caspar telah mengambilkan pakaian untuknya supaya ia bisa mandi dan bersiap-siap tanpa harus ke suite Jean untuk berganti pakaian. Dengan perasaan haru ia memeluk pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk merapikan diri.     

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Finland benar-benar terlihat berubah. Ia tidak lagi sedih dan rapuh seperti hari sebelumnya. Wajahnya mulai terlihat dihiasi harapan. Ia percaya Caspar dan Lauriel akan dapat mencari jalan untuk menyelamatkan Aleksis. Mereka berdua adalah orang paling pintar yang dikenalnya... Ia dapat mempercayakan nyawanya dan nyawa Aleksis kepada mereka.     

Ketika Finland keluar kamar, ia melihat di meja makan telah berkumpul orang-orang yang disayanginya. Caspar sedang menyiapkan sarapan, dibantu oleh Jean yang mempersiapkan piring dan gelas, sementara Lauriel memangku Aleksis yang tertawa-tawa sambil mempermainkan rambutnya.     

Sesaat ia berdiri terpaku melihat pemandangan itu, dan hatinya dipenuhi rasa syukur. Mereka ini adalah keluarganya.     

Finland si gadis miskin yatim piatu yang selama ini sebatang kara... kini mempunyai keluarga miliknya sendiri. Ada Caspar, pria yang dicintainya, Aleksis anaknya, Jean sahabatnya, dan Lauriel yang dianggapnya seperti seorang kakak. Mungkin ini balasan atas semua penderitaan yang ia tanggung selama ini...     

"Mamaaaa...!!" seru Aleksis yang tiba-tiba melihat kehadirannya. Ketiga pria itu serentak menoleh ke arah Finland dan tersenyum bersamaan.     

"Selamat pagi..." Jean mendekati Finland dan merentangkan tangannya, "Coba tebak siapa yang baru saja mendapatkan ingatannya kembali?"     

"Astaga...? Jean... kau sudah ingat? Benarkah? Obatnya berhasil?" Finland menekap mulutnya karena terkejut. Matanya berkaca-kaca saat ia menghambur dan memeluk Jean erat sekali. "Ya Tuhan.... aku rindu sekali kepadamu..."     

"Iya... tadi pagi aku bangun dengan kepala seperti habis dihantam palu... tetapi aku ingat semuanya..." kata Jean. "Aku berutang budi kepada Lauriel."     

"Aku senang melakukannya..." kata Lauriel sambil mengangkat bahu. "Aku sudah lama tidak ke Amazon. Senang rasanya bisa pergi ke tempat favoritku untuk mencari bahan obat untukmu..."     

Caspar menatap Lauriel dengan pandangan rumit. Sekarang ia baru mengerti mengapa Lauriel mengajak Finland dan Aleksis ke Manaus waktu itu. Mereka sedang mengumpulkan bahan obat untuk Jean. Ia salah menduga Lauriel dan Finland bersama dan ia membawa gadis itu ke tempat favoritnya karena ia mencintai Finland. Mengingat ini, seulas senyum malu tersungging di bibirnya.     

"Aku minta maaf karena menghilangkan ingatanmu..." kata Caspar kepada Jean. "Aku hanya melakukan apa yang saat itu kuanggap tepat. Kau tidak seharusnya mengetahui rahasia kami."     

Jean sudah memaafkan Caspar karena pemuda itu juga yang menyelamatkan nyawanya dengan memberikan ramuan abadi yang seharusnya untuk Finland, dan kini Jean mendapatkan anugerah impian setiap manusia, menjadi muda selamanya.     

"Kau sudah membalasnya, aku berterima kasih kau sudah menyelamatkan nyawaku," jawab Jean. "Sekarang aku juga sudah hidup abadi, berkat kau."     

Lauriel kemudian teringat sesuatu, "Berapa lama Aldebar melakukan eksperimennya?"     

"Sepuluh tahun," jawab Caspar. "Tujuh tahun lagi."     

Lauriel mengangguk-angguk. "Oh, itu tidak lama. Finland keturunan Asia, wajahnya tidak akan berubah sampai ia berumur di atas 40 tahun. Ia bisa menunggu kalau hanya 7 tahun. Itulah enaknya jadi orang Asia, wajah mereka awet muda dari sananya."     

"Apa maksudmu?" tanya Jean tidak mengerti. Finland buru-buru memberi tanda kepada Lauriel dan Caspar agar tidak membahas hal itu lebih lanjut. Jean tidak tahu bahwa ramuan abadi yang diminumnya adalah ramuan untuk Finland, dan tidak akan ada ramuan lagi hingga Aldebar bangun dari eksperimen panjangnya.     

"Kenapa kalian bicara hal serius sepagi ini? Aku lapar sekali... ayo kita makan." katanya mengalihkan perhatian. Ia mengambil Aleksis dari pangkuan Lauriel dan menciuminya. "Selamat pagi, Malaikat Kecil. Kau rindu Mama?"     

Aleksis tertawa kegelian dan mengangguk. "Aku rindu Mama."     

Caspar menghentikan kegiatannya membalik pancake dan memperhatikan adegan itu dengan haru. Ia ingin sekali menggendong anaknya sedari tadi, tetapi Aleksis selalu menempel pada Lauriel dan ia tak mau membuat anak itu menangis dengan memaksanya.     

"Mama juga sangat merindukanmu..." kata Finland sambil tersenyum. "Kau tahu siapa lagi yang merindukanmu?"     

Aleksis menggeleng. "Tidak tahu."     

"Papamu sangat merindukanmu," bisik Finland. Ia membawa Aleksis ke arah Caspar dan menunjukkan pria itu kepada anaknya. "Ini papa Aleksis..."     

Caspar salah tingkah saat tiba-tiba Finland membawa Aleksis tepat ke hadapannya. Dengan ragu-ragu ia mengulurkan tangannya sambil berusaha tersenyum. Aleksis menatapnya dengan penuh perhatian, lalu menyentuh lesung pipinya dan tersenyum lebar.     

"Papa..." Hanya satu kata itu yang diucapkan Aleksis tetapi mampu membuat perasaan Caspar seperti teraduk-aduk. Ia tak pernah menyangka dalam hidupnya ia dapat jatuh cinta lagi kepada seorang manusia lain setelah Finland. Dalam hatinya seketika timbul perasaan hangat seperti musim semi dan bunga-bunga bermekaran.     

Dengan haru ia mengambil Aleksis dari Finland dan mendekapnya lama sekali. "Anakku..."     

Saat itulah Lauriel menyadari bahwa Caspar yang dikenalnya dulu memang sekarang sudah benar-benar berubah. Ia telah melihat bagaimana sikap Caspar terhadap Finland sejak semalam dan kini sikapnya terhadap anaknya. Ia tak mengira dalam hidupnya ia akan sempat menyaksikan seorang pemuda yang terkenal tidak pernah jatuh cinta dan banyak mencampakkan kekasih menjadi berubah seperti ini, karena seorang perempuan.     

Tadinya ia sudah mulai menyimpan perasaan cinta untuk Finland karena ia mengagumi ketegaran gadis itu dan karena rasa sayangnya kepada Aleksis, tetapi melihat Caspar sangat mencintai Finland seperti ini, ia rela mundur dan memberikan restunya kepada mereka, apalagi Caspar tidak akan menjauhkannya dari Aleksis. Tanpa Aleksis, Lauriel tidak memiliki alasan untuk hidup lagi.     

Saat ini, prioritasnya adalah menyelamatkan anak itu dan memastikan Aleksis hidup bahagia. Dirinya sama sekali tidak penting.     

Setelah momen haru ayah anak itu, akhirnya mereka berkumpul di meja makan dan sarapan. Aleksis sudah mau duduk makan di pangkuan Caspar dan pemuda itu dengan sabar menyuapinya makanan. Ia tak pernah mengira dirinya bisa sesabar ini terhadap seorang manusia, dan dalam hati Caspar merasa bangga kepada dirinya sendiri. Ia tahu dirinya memiliki bakat alami sebagai seorang ayah.     

Sambil mengupas apel ia melirik Finland di sampingnya dan berpikir bahwa setelah semua masalah ini selesai, ia akan meresmikan kembali hubungan mereka dan mereka akan memiliki anak-anak yang lain. Ia sungguh tak sabar menunggu hari itu tiba.     

.     

.     

*Academi = dulu dikenal dengan nama Blackwater, adalah perusahaan militer swasta. Mereka melatih tentara untuk disewa oleh perusahaan atau negara melakukan tugas-tugas di daerah konflik berbahaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.