The Alchemists: Cinta Abadi

Balon Udara dan Paman Gober



Balon Udara dan Paman Gober

0Tidak ada insiden lain selama Lauriel dan Aleksis di Chiang Mai. Mereka menginap di sebuah hotel di pusat kota dan menghabiskan waktu bersantai mengelilingi beberapa kuil Buddha yang terkenal di sana. Jam 8 malam keduanya sudah beristirahat karena subuh-subuh sekali mereka dijemput oleh pihak tur untuk berangkat ke gunung dan naik balon udara sambil menikmati matahari terbit.     

Lauriel membayar balon udara sendiri sehingga tidak disatukan dengan turis lainnya. Balon udara biasa diisi 8 hingga 12 penumpang, maka untuk mendapatkan balon pribadi untuk mereka berdua ia tetap harus membayar tarif untuk 8 orang. Lauriel tidak keberatan karena ia memiliki banyak uang dan ia tidak menyukai manusia.     

Banyak kelompok turis dan pasangan yang melihatnya dan Aleksis yang naik balon hanya berdua mengira mereka adalah ayah dan anak yang sedang berduka karena ditinggal sang ibu, dan menghibur diri dengan naik balon udara di Chiang Mai.     

Wanita-wanita yang melihat mereka semua merasakan simpati yang dalam dan berharap seandainya mereka bisa menghibur ayah dan anak itu. Seperti biasa, penampilan keduanya yang rupawan menarik perhatian sangat banyak orang. Aleksis terlihat seperti malaikat kecil dan Lauriel malaikat besar, yang berjalan acuh melintasi kerumunan dan naik ke balon pribadi mereka.     

Aleksis berceloteh gembira dan tampak sangat bersemangat bisa menaiki balon udara yang demikian indah. Suhu udara di bawah 10 derajat celcius dan banyak orang gemetar kedinginan dengan mengenakan jaket, tetapi bocah itu memang mirip Lauriel, sama-sama memiliki daya tahan yang sangat tinggi terhadap dingin.     

Dengan cuek keduanya naik ke keranjang balon udara hanya menggunakan baju tipis mereka yang biasa. Hal ini saja membuat mereka menjadi sasaran pandangan iri orang-orang. Ketika udara balon sudah dipanaskan dan mereka pelan-pelan naik ke udara, Lauriel mengangkat Aleksis dan menaruh bocah itu di bangku agar ia bisa melihat keluar keranjang.     

Semburat merah pelan-pelan menyeruak di arah Timur dan sang surya pun mulai keluar dari peraduan, diiringi berbagai warna indah di kaki langit yang mulai terang saat mereka bergerak naik ke angkasa.     

Suasana terasa syahdu sekali. Petugas balon terus memanaskan udara di balon dan setelah mereka mencapai ketinggian 500 meter, ia berhenti memanaskannya. Sekarang mereka hanya melayang mengikuti arah angin. Pagi itu ada 20 balon udara yang mengangkasa dan menghiasi langit dengan warna-warni balon yang indah.     

Petugas balon lalu mengeluarkan sebuah gelas dan sebotol sampanye dari kotak pendingin dan menuangkan segelas untuk Lauriel, lalu memberikan segelas susu untuk Aleksis. Ia lalu mengatur meja kecil di tengah balon dan dua bangku, kemudian menyajikan sarapan sederhana denngan sandwich, telur, dan buah-buahan.     

Ini adalah paket terbang khusus, di mana penumpang bisa merasakan sarapan pagi dengan sampanye sambil menikmati terbang di udara memandang matahari terbit.     

Petugas itu sebenarnya agak heran karena tamunya kali ini bukanlah pasangan yang sedang berbulan madu seperti biasanya, melainkan sepasang ayah dan anak.     

Dalam hati ia bertanya-tanya apa yang terjadi dengan ibunya sehingga sang ayah dan anak yang pergi bertualang hanya berdua seperti ini.     

***     

Sang ibu yang dimaksud sedang tidak enak badan di sebuah pulau pribadi. perutnya mengalami keram sejak pagi dan suaminya sempat panik, karena sang ibu sedang hamil dan ia takut terjadi sesuatu dengan kandungan istrinya. Untunglah ia sendiri merupakan seorang dokter dan dengan mudah bisa memeriksa kondisinya.     

"Pfew... tidak ada apa-apa, cuma keram biasa," katanya dengan suara lega. "Dulu waktu kau mengandung Aleksis, apakah mengalami keram atau keluhan lainnya?"     

Finland menggeleng. "Tidak sama sekali. Aleksis adalah anak yang sangat baik sewaktu masih di kandungan, aku sama sekali tidak terganggu atau bahkan mengidam. Semuanya baik-baik saja..."     

"Oh...ya, kehamilanmu sudah menginjak 10 minggu, sampai sekarang masih tidak mengidam apa pun?" tanya Caspar lagi, keheranan. Tadinya ia sudah siap dengan segala kerepotan sebagai calon ayah, apa pun akan dilakukannya untuk menebus waktu yang hilang saat dulu ia tak hadir dalam masa-masa ketika Finland mengandung Aleksis.     

Namun hingga kini Finland tidak juga menunjukkan tanda-tanda mengidam atau bahkan mual dan muntah. Semua terasa baik-baik saja, kecuali keram yang dialaminya pagi ini,     

"Aneh sekali, kenapa kau tidak muntah-muntah atau mengidam, ya?" tanya Caspar dengan nada hampir seperti mengeluh.     

"Kau lebih suka aku menderita dengan mual muntah dan mengidam?" omel Finland. Caspar hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal.     

Seharusnya ia merasa beruntung karena istrinya mengalami kehamilan yang mudah, tetapi entah kenapa karena pada kehamilan yang pertama ia tidak ada, rasanya ia menjadi penasaran dan ingin merasakan kerepotan tersebut pada kehamilan kedua ini.     

"Aku ingin kau baik-baik saja..." kata Caspar sambil tersenyum, "Jangan pernah merasa sungkan atau takut merepotkanku. Aku akan memenuhi apa pun keinginanmu. Apa pun."     

"Hmmm..." Finland tampak berpikir apa kira-kira yang bisa dimintanya untuk Caspar lakukan. "Aku mau dipijat. Kakiku mulai pegal..."     

Caspar tersenyum lebar dan mengangguk. Ia masuk ke kamar dan mengambil krim shea butter yang wangi, lalu mengangkat sepasang kaki Finland ke pangkuannya dan mulai memijat dengan penuh dedikasi.     

"Kau berubah..." katanya sambil lalu, "Dulu di kepalamu isinya hanya ada uang... Sekarang tidak lagi...hahaha. Kau masih ingat waktu kita taruhan bahwa aku bisa kelihatan miskin? Kau taruhan gajiku satu bulan..."     

Finland menutup mulutnya dengan punggung tangan sambil tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Caspar.     

Astaga... ia tentu saja masih ingat taruhan konyol itu. Memikirkannya ia merasa sedikit malu. Dulu ia memang sangat perhitungan dan hanya memikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan uang. Sungguh sangat banyak hal berubah dalam waktu tiga tahun.     

"Heii... aku kan dulu hanya seorang karyawan miskin..." protesnya.     

"Iya, makanya aku sudah siap kalau ternyata kehamilanmu membuatmu mengidam aneh-aneh yang berhubungan soal uang... hahaha..." kata Caspar bercanda. "Aku sudah menyiapkan kolam uang Gober Bebek* di Jerman kalau tiba-tiba kau ingin berenang di tengah kolam uang seperti dia..."     

"Astaga, Caspar! Kau pikir aku ini Gober Bebek Perempuan?!" Finland memukul bahu Caspar karena gemas. Tetapi sesaat kemudian ia tak kuasa menahan tawa, membayangkan Paman Gober yang sering mandi uang dan terjun ke kolam renang uangnya... Astaga, lucu sekali kalau Caspar sungguh-sungguh menyiapkan kolam renang uang seperti milik Paman Gober... "Eh... kau tidak sungguh-sungguh, kan?"     

Senyum di wajah Caspar menghilang dan ia cepat-cepat menggeleng.     

"Oh, syukurlah... tadi kupikir kau serius." kata Finland sambil tertawa kecil, "Mau ditaruh di mana mukaku kalau kita pulang ke Jerman dan semua staf mengira aku memang betulan mengidam mandi uang."     

"Hehe..." Caspar meneruskan memijat kaki Finland dengan penuh kasih sayang dan tanpa terasa gadis itu akhirnya terlena dalam tidur. Keram di perutnya pun sudah hilang.     

Ketika melihat istrinya terlelap, Caspar buru-buru mengambil ponselnya dan mengetik pesan kepada Kara.     

[Bongkar kolam uangnya. Jangan sampai Nyonya tahu.]     

.     

.     

*Gober Bebek = Tokoh di komik Donald Bebek, yang biasa disebut Paman Gober. Dia adalah pamannya Donald Bebek, seorang pengusaha yang sangat kaya, sangat pelit, dan sangat mencintai uang. Hobinya adalah berenang di kolam renang berisi uang.     

Kalau dalam versi bahasa Inggris namanya adalah Scrooge McDuck.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.