The Alchemists: Cinta Abadi

Happy Valentine\'s Day



Happy Valentine\'s Day

1Caspar dan Finland menghabiskan hari ulang tahun pernikahan mereka dan malam tahun baru berdua di Pulau F. Setelah sepakat untuk berbagi Aleksis dengan Lauriel, keduanya memutuskan untuk membiarkan Lauriel membawa anak itu bertualang hingga liburan mereka selesai dan tidak perlu harus bertemu mereka di Thailand sebelum pulang ke Singapura bersama-sama.     

Lauriel sangat senang saat mendengar keputusan Caspar dan Finland dan untuk sesaat mereka tak dapat mendengar suaranya di telepon.     

"Kau baik-baik saja?" tanya Caspar keheranan.     

"Hmm... baik-baik saja," jawab Lauriel dengan suara bergetar, "Terima kasih."     

"Bagaimanapun kau adalah ayah angkat Aleksis," kata Caspar. "Akan baik bagi Aleksis untuk dikelilingi orang-orang yang menyayanginya."     

Ia telah memikirkan hal ini matang-matang dan menurutnya ia akan dapat menerima kehadiran Lauriel dalam hidup Aleksis. Kalau mereka bersama, Caspar dan Lauriel seperti gabungan Otak dan Otot (brain and muscle).     

Caspar yang menjadi 'brain' lebih banyak menggunakan pengetahuan dan kecerdasannya selama hidup, sementara Lauriel merupakan 'muscle' karena ia sangat kuat dan ahli dalam konfrontasi fisik. Tentu akan bagus bagi anak perempuannya untuk memiliki panutan yang seimbang.     

Suatu hari nanti, ketika Aleksis sudah cukup umur untuk jatuh cinta, ia pasti akan membandingkan semua laki-laki yang ditemuinya dengan kedua ayahnya ini. Caspar tidak perlu merasa kuatir anaknya akan salah pilih lelaki karena mencari kompensasi atas figur yang tidak dimilikinya dalam hidup.     

Lauriel kemudian mengirim banyak foto Aleksis yang diambilnya saat mereka naik balon udara, mencicipi berbagai makanan eksotis di Bangkok, mengunjungi berbagai kuil Buddha di Chiang Mai, Hiking di hutan pedalaman Chiang Mai, lalu kemudian melanjutkan menjelajahi Sungai Mekong dan menyeberang ke Kamboja.     

Finland dan Caspar merasa sangat lega karena sepertinya Aleksis sangat sehat dan menikmati petualangannya, dan Lauriel pun tampak semakin hangat dan terbuka. Mereka sungguh berharap Lauriel akan membatalkan niatnya untuk mati karena sekarang sudah terbiasa menghabiskan waktu bersama Aleksis.     

Tanpa terasa, waktu dua minggu berlalu begitu cepat dan mereka harus kembali ke New York dan bekerja. Tanggal 2 Januari Caspar dan Finland pulang ke Hotel Continental dan begitu Lauriel dan Aleksis tiba, mereka segera mengatur untuk pulang ke New York. Karena perbedaan waktu 12 jam antara Singapura dan New York, walaupun mereka berangkat tanggal 2 malam hari, mereka tetap tiba di New York tanggal 2.     

"Kau serius besok sudah mau kembali kerja?" tanya Caspar saat mereka mendarat di Bandara JFK. "Izin sakit atau apalah... jadi kita bisa istirahat dulu di rumah sebelum masuk kantor lagi."     

"Istirahat?" Finland hampir tertawa mendengarnya, "Kau pikir yang kita lakukan di Pulau F selama 10 hari itu apa? Kau kan bos, boleh bolos seenaknya, tapi aku ada deadline besok. Aku harus mengatur meeting dengan startup asal Indonesia itu dan melanjutkan laporan tentang industri pembangkit listrik tenaga angin."     

Caspar tahu istrinya seorang workaholik yang sekarang ingin melampiaskan keinginannya bekerja sebanyak mungkin sebelum harus tinggal di rumah sepenuhnya untuk melahirkan dan mengurus anak-anak, karena itu ia hanya bisa memaklumi.     

Menurutnya, begitu Finland meminum ramuan abadi dan menjadi bagian dari kaum alchemist, gadis itu akan belajar untuk lebih santai dalam hidup dan tidak terburu-buru seperti ini. Kalau ia ingin bekerja, belajar dan melakukan apa pun dalam hidup, ia akan punya waktu selamanya untuk melakukan itu semua.     

Caspar akhirnya mengalah dan setibanya di mansion segera menyiapkan pekerjaan untuk esok hari.     

***     

Bulan Januari dan Februari berlalu dengan cepat. Walaupun udara sering terasa menusuk karena sedang musim dingin, Finland menikmati sekali suasana kota New York yang ditutupi salju. Sepuluh tahun lalu ia takkan berani mengkhayal akan menginjakkan kaki di kota ini, apalagi sampai tinggal dan bekerja di sana. Bisa dibilang New York adalah kota impian begitu banyak orang di dunia.     

Ia juga sangat menikmati hidup bersama keluarganya. Tiga tahun lalu saat mereka baru menikah, ia justru berpisah dari Caspar dan mereka tidak merasakan hidup berumah tangga seperti layaknya suami istri biasa, hingga akhirnya mereka bertemu kembali di Singapura beberapa bulan lalu. Ia sangat senang melihat bahwa semakin lama mereka hidup bersama, ternyata rasanya semakin hangat dan menyenangkan.     

Mereka sering menghabiskan waktu memasak bersama karena keduanya sama-sama suka memasak, walaupun di mansion ada banyak pelayan yang bekerja untuk mereka. Caspar masih setia dengan janjinya tidak meminum wine dan minuman beralkohol lainnya selama Finland mengandung untuk menemani gadis itu.     

Hari ulang tahun Finland dirayakannya dengan mengajak istrinya jalan-jalan ke Los Angeles untuk menemui Jean dan Billie karena ia tahu Finland akan bahagia bila bertemu mereka. Bonus hadiah bagi Finland saat menyadari bahwa Jean dan Billie akhir-akhir ini sudah mulai berkencan. Ia sungguh berharap keduanya akan melangkah lebih jauh dan menjadi sepasang kekasih.     

Ulang tahunnya yang ke-27 dirasakannya sebagai hari ulang tahun terbaik seumur hidupnya dan ia tak henti-hentinya memeluk Caspar dan menciumnya dengan penuh terima kasih saat mereka pulang ke New York.     

Saat mereka ke bandara, ia sering kali diam-diam bernostalgia pada momen ketika ia dan Caspar bertubrukan di bandara Changi dulu dan akhirnya menjadi kenal dan jatuh cinta. Ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila waktu itu pesawatnya dari Jakarta tidak delay dan ia tidak bertemu Caspar. Hal itu rasanya terlalu menakutkan.     

Kalau boleh dilahirkan kembali dan mengulangi kehidupannya, ia mau kembali terlahir sebagai Finland yang miskin dan sebatang kara, asalkan ia tetap dapat bertemu Caspar dan jatuh cinta seperti ini.     

Finland sering membaca bahwa banyak pasangan yang akan berubah setelah menikah, punya anak, atau hidup bersama bertahun-tahun, tetapi dalam kasusnya ia malah merasa semakin ia mengenal Caspar, semakin ia menyukai pria itu. Ia hangat, baik hati, sangat perhatian, dan memanjakannya tanpa mengenal ujung.     

Memang Caspar masih kesulitan bersikap seperti orang normal (menurut standar Finland), sering berlebihan dalam melakukan sesuatu, tetapi kemudian Finland justru merasa di situlah pesonanya Caspar yang kadang membuat ia geleng-geleng kepala hingga tertawa terpingkal-pingkal.     

Seperti ketika Finlandd akhirnya mendengar tentang kolam renang Paman Gober di Jerman saat Kara datang berkunjung ke New York dan gadis itu kelepasan bicara, melaporkan kepada Caspar bahwa Ben memberi saran agar kolam renang uang tidak usah dibongkar melainkan dikosongkan saja dan diisi dengan ribuan bola agar Aleksis dapat menjadikannya kolam bola pribadinya untuk bermain.     

"Kolam renang uang?" Finland yang sedang minum teh seketika mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Caspar, "Seperti kolam Paman Gober?"     

Caspar tidak menjawab, tetapi sepasang matanya yang membulat panik telah menceritakan semua yang perlu diketahui istrinya.     

Astaga... jadi waktu itu dia tidak sedang bercanda! Finland tak percaya apa yang didengarnya.     

Untuk sesaat Finland hanya tercengang, tak sanggup berkata apa-apa. Setelah lima menit berusaha pura-pura cemberut, akhirnya Finland tak kuasa menahan perasaan gelinya dan tertawa terpingkal-pingkal hingga meneteskan air mata.     

"Uhm... kenapa kau tertawa?" tanya Caspar heran. Finland hanya menggeleng dan menciumnya lama sekali, yang membuat Caspar senang dan membalas ciumannya dengan antusias.     

Uhm, oke. Berarti Finland tidak marah, pikirnya. Ia pun tidak jadi hendak memarahi Kara yang keceplosan bicara.     

Di hari Valentine Caspar menyulap kantor menjadi seperti taman bunga dengan menaruh begitu banyak mawar dan bunga-bunga lainnya di setiap lantai, membuat semua wanita di Schneider Group merasa bahagia, karena mengira semua bunga itu untuk mereka.     

Ia sengaja datang ke kantor duluan, sementara Finland mampir di kedai kopi untuk membeli minuman, seperti biasa mereka tidak mau terlihat datang bersama. Begitu tiba di ruangannya di lantai 35, ia buru-buru memeriksa semua kamera CCTV untuk melihat momen kedatangan Finland ke dalam gedung.     

Dulu ia pernah mengirim SANGAT BANYAK bunga untuk Finland di Singapura, tetapi ia tak dapat melihat reaksinya karena saat itu ia sedang berada di Seattle. Kini, ia tak mau melewatkan momen tersebut.     

Caspar sangat puas melihat wajah terkesima istrinya dari CCTV ketika Finland masuk ke lobi dan menemukan hampir setiap sudutnya dihiasi bunga-bunga cantik. Pandangannya tampak semakin bingung ketika ia naik ke lantai 20 dan menemukan begitu banyak bunga di setiap ruangnya, membuatnya seolah ada di taman bunga. Caspar tertawa sampai mengeluarkan air mata melihat reaksi lucu Finland dengan mulut yang ternganga lebar sekali.     

[Happy Valentine's Day.] Ia lalu mengirim SMS kepada Finland sambil mengusap matanya yang berair. Ia puas dengan reaksi gadis itu.     

Finland yang baru menaruh tasnya di meja lalu membuka ponselnya dan membaca SMS dari Caspar.     

[Ya. Ampun. Caspar.] Finland kehilangan kata-kata.     

Ia terharu sekaligus geli melihat pernyataan cinta besar-besaran yang tipikal Caspar ini. Seketika Finland teringat peristiwa 3,5 tahun yang lalu ketika Caspar mengirim puluhan karangan bunga dan papan hiasan bunga ke kantornya di Singapura untuk meminta maaf.     

[Kau pernah membeli semua bunga di Singapura untuk meminta maaf. Kau bisa bayangkan hebohnya waktu itu? Perusahaanku sampai didenda dinas kebersihan karena memenuhi trotoar dengan papan bunga. Kau tidak bermaksud membuat Schneider Group didenda juga, kan?] balas Finland.     

[Tidak, karena ini musim dingin, tidak terlalu banyak bunga yang dijual di New York, jadi aku hanya bisa membeli segini.] datang balasan Caspar.     

Astaga, pikir Finland gemas. Berarti seandainya sekarang musim semi atau musim panas dan ada banyak persediaan bunga di New York, mungkin Caspar akan membeli lebih banyak lagi.     

Laki-laki ini.... susah sekali hidup seperti orang normal.     

Dalam hati Finland merasa kasihan kepada para pasangan lain di New York yang terpaksa harus merayakan hari Valentine tanpa bunga, karena semuanya diborong suaminya.     

[Bagaimana kalau kau sumbangkan sebagian bunganya kepada karyawan kita? Bilang pada semua orang bahwa mereka boleh membawa pulang bunga dari kantor untuk merayakan hari Valentine's bersama pasangan mereka. Aku tidak perlu bunga sebanyak ini. Satu buket sudah cukup untukku.]     

[Kau yakin?] Caspar agak kecewa, ia ingin Finland mengklaim semua bunga itu untuk dirinya sendiri. [Bagaimana kalau 10 buket?]     

[Dua buket sudah cukup.] jawab Finland.     

[Kalau lima? Hei, kita sama-sama kompromi di sini.] Caspar masih mencoba meyakinkan Finland untuk mengambil lebih.     

Finland mendesah. [Baiklah tiga buket.]     

[Kau yakin?] tanya Caspar lagi.     

[Aku yakin, Sayang. Tiga buket bunga untuk tiga tahun Valentine's Day yang kita lewatkan. Aku mengerti kau ingin memberikan seluruh dunia kepadaku, tetapi aku tidak perlu apa-apa, karena bagiku, memilikimu dan anak-anak kita dalam hidupku, sudahlah cukup.] Finland geleng-geleng kepala sambil menahan senyum mengingat sayangnya pria ini kepadanya. [Terima kasih karena selalu memberiku yang terbaik yang kau bisa. Aku perempuan paling beruntung di dunia. I love you, Happy Valentine's Day!]     

[I love you too!] Caspar sangat senang membaca pesan terakhir Finland. Jean benar, bunga adalah alat yang sangat berguna untuk memenangkan hati perempuan.     

Ruth yang baru tiba di sebelah Finland tampak hampir histeris melihat betapa cantiknya kantor mereka. Ekspresi yang sama juga tampak di wajah begitu banyak karyawan wanita. Semuanya merasa seolah ada di kahyangan.     

"Astaga.... ini belum pernah terjadi sebelumnya," cetus Ruth. "Ini Hari Valentine's terbaik yang pernah aku alami, padahal aku ini sedang single... Apa ini kedengarannya aneh?"     

Semua menggeleng.     

Setelah jam makan siang semua karyawan mendapat email dari bos besar yang mengucapkan selamat hari kasih sayang dan memberi tahu mereka agar membawa pulang bunga-bunga dari kantor untuk diberikan kepada pasangan mereka. Semua bersorak bahagia dan seketika atmosfer di kantor berubah menjadi riang dan terasa dipenuhi cinta.     

Kebaikan bos besar mereka memberikan bunga di hari Valentine kepada para karyawan menjadi buah bibir berhari-hari, apalagi setelah mereka mengetahui betapa sulitnya mendapatkan bunga pada tanggal 14 Februari itu di New York. Mereka sungguh merasa beruntung.     

***     

Memasuki bulan Maret, pelan-pelan suhu mulai naik dan mereka pun bersiap menyambut musim semi. Kehamilan Finland sudah menginjak bulan kelima dan beberapa minggu lagi ia harus memenuhi janjinya kepada Caspar untuk berhenti bekerja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.