The Alchemists: Cinta Abadi

Menerjemahkan Dokumen



Menerjemahkan Dokumen

0Finland masih memperoleh training dan mengikuti Ruth selama beberapa hari pertama bekerja di kantornya, tetapi pada hari ketiga ia sudah diserahi tugas untuk mengurusi beberapa proyek yang melibatkan Indonesia.     

Ada beberapa proyek pembangkit listrik tenaga angin dan sebuah startup yang mengajukan proyek micromobility di Asia Tenggara, dimulai dari Indonesia, dan Finland harus memeriksa data-data terkait industri tersebut dan situasi pasar di Indonesia sebelum perusahaan dapat menyetujui untuk berinvestasi di startup tersebut.     

Selama beberapa hari ia pun asyik membenamkan diri dalam riset dengan membuka berbagai referensi dan menghubungi banyak orang. Ia terutama menyukai pekerjaan ini karena aspek ramah lingkungan di dalamnya.     

Sejak beberapa tahun yang lalu Indonesia telah menggenjot pembangunan infrastruktur secara masif dan hasilnya kini kehidupan masyarakat di perkotaan telah menjadi sangat mobile. Banyak kota besar di Indonesia telah menikmati sarana transportasi massal yang lebih tertib dan rapi. Orang-orang juga tidak lagi mengandalkan kendaraan pribadi untuk mobilitasnya.     

Startup bernama Trengginas ini memfokuskan bisnisnya pada penyediaan armada e-bike (sepeda elektronik) dan e-scooter (skuter elektronik) di perkotaan untuk penduduk urban yang ingin bepergian dalam jarak dekat tanpa harus berjalan jauh ke stasiun MRT atau halte bus.     

Dengan menggunakan aplikasi, mereka dapat menemukan e-bike atau e-scooter terdekat dengan tempat mereka berada dan mengaktifkannya untuk digunakan selama waktu tertentu. Pengguna akan ditagih sesuai dengan berapa lama mereka menggunakan alat tersebut dan kemudian memarkirnya di tempat-tempat yang disediakan.     

Konsep ini mirip dengan konsep sharing economy penyewaan mobil seperti Socar atau Turo, di mana pelanggan dapat menyewa mobil lewat aplikasi dan mencari kendaraan terdekat dengan lokasi mereka, tetapi karena Trengginas berfokus pada industri yang ramah lingkungan, mereka memilih armada e-bike dan e-scooter yang bisa di-charge dengan listrik dan hemat energi.     

Ini juga lebih baik bagi alam daripada bisnis seperti Grab dan Gojek yang justru membuat semakin banyak mobil memenuhi jalanan dan meningkatkan kadar polusi dan efek rumah kaca.     

Kekurangannya adalah Trengginas akan membutuhkan dana investasi sangat besar untuk penyediaan armada sendiri, berbeda dengan Grab dan Gojek yang tidak perlu berinvestasi pada armada kendaraan sebab mereka bermitra dengan para driver yang menyediakan sendiri kendaraan mereka.     

Selain itu mereka juga harus membuat software aplikasi berlangganan, software untuk mengendalikan dan melacak sepeda dan skuter mereka, serta maintenance di front-end dan back-end. Karena itulah Trengginas mengajukan proposal ke beberapa raksasa investasi untuk melirik bisnis mereka.     

Beberapa startup dari Asia Tenggara berhasil meraih sukses karena terobosan mereka beberapa tahun yang lalu dan menjadi unicorn* bahkan dekacorn*, seperti Grab, Gojek, Traveloka, Tokopedia, dll. Mereka pun bisa menjadi besar karena dukungan dana investasi dari perusahaan raksasa di belakang mereka.     

Finland tentu berharap hasil risetnya dapat membantu perusahaan Caspar mengambil keputusan yang tepat, apakah mereka harus berinvestasi pada Trengginas atau tidak. Kalau ia salah menilai dan mereka melewatkan kesempatan untuk mengambil bagian sekarang, tentu rasanya akan seperti menelan pil pahit jika Trengginas malah sukses dengan dukungan perusahaan investasi lain.     

"Finland..." Ruth tiba-tiba datang membuyarkan konsentrasi Finland "Kau dipanggil ke lantai 35."     

Wajah Ruth tampak iri sekali.     

"Aku? Kenapa?" Finland tahu lantai tertinggi di gedung itu adalah tempat ruangan Caspar berada, bersama para direkturnya. Selama bekerja di gedung ini beberapa hari, ia belum berkesempatan naik ke sana karena posisinya dalam piramida makanan di perusahaan itu masih sangat rendah.     

"Aku dengar Tuan Schneider mendapat beberapa dokumen dalam bahasa Indonesia dan mereka meminta orang yang mengerti bahasa Indonesia menerjemahkan dokumen itu untuknya... Katanya urgent."     

Ruth terlihat berharap ia mengerti bahasa Indonesia agar ia yang diminta naik ke atas.     

Dalam hatinya Finland tahu ini pasti akal-akalan Caspar untuk menemuinya. Selama beberapa hari ini mereka hanya bisa bertemu saat makan siang dan satu jam di lounge saat Finland membuat laporan atau melakukan risetnya.     

Seperti biasa mereka duduk berdua di cabana dan ngobrol atau Caspar tidur siang. Rupanya hari ini ia tidak sabar ingin bertemu Finland lebih awal dan mengarang alasan memerlukan orang yang mengerti bahasa Indonesia untuk membantu menerjemahkan dokumen penting.     

"Oh... oke. Aku segera naik." Finland membereskan laptopnya dan beranjak keluar kantor menuju lift. Ben telah menunggunya di depan lift dengan kartu akses ke lantai 35. Asisten sekaligus supir pribadi Caspar itu membungkuk sedikit sambil tersenyum tipis menyambut Finland.     

"Hallo, Ben. Kau tidak perlu menjemputku segala..." kata Finland. "Aku bisa langsung ke atas."     

"Uhm... tidak bisa, Nyonya. Setiap karyawan hanya memiliki akses sesuai dengan kedudukan mereka. Saat ini Anda hanya bisa mengakses lantai 20 hingga 25 dan lantai 30. Untuk lantai yang lain Anda membutuhkan izin khusus atau undangan," kata Ben menerangkan. Barulah Finland mengerti. Ah.. pantas saja.     

"Tuan pikir kalau Anda memegang kartu akses serba bisa, orang akan curiga." Ben melanjutkan, "Makanya saya dikirim untuk menjemput Anda."     

Finland mengangguk.     

"Terima kasih. Aku jadi merepotkanmu. Ngomong-ngomong mau apa dia sekarang? Tidak sungguh-sungguh ada dokumen yang harus diterjemahkan, kan?" tanya Finland dengan wajah curiga.     

Ben hanya tersenyum simpul.     

Ketika lift tiba di lantai 35, mereka segera keluar dan Finland terkagum-kagum melihat betapa mewahnya ruang kantor di lantai paling tinggi itu. Di sana hanya ada ruangan-ruangan besar untuk para direktur dan beberapa ruang meeting, serta tentu saja ruangan paling besar dengan pintu kayu besar yang tertutup rapat tempat Caspar melakukan pekerjaannya.     

Beberapa sekretaris dan karyawan yang berlalu lalang di kantor tengah, tempat para staf pribadi para direktur bekerja bersama, tampak memandang Finland yang baru datang bersama Ben. Sangat jarang ada orang dari kantor bawah yang naik ke atas selama ini.     

"Silakan masuk, Nona. Tuan sangat membutuhkan terjemahannya," kata Ben keras-keras sambil mempersilakan Finland masuk ke ruangan Caspar. Ia mengetuk pintu dua kali lalu membukanya, "Selamat siang, Tuan. Nona Finland yang bisa menerjemahkan dokumen tersebut sudah tiba."     

Finland masuk dan menghilang di balik pintu. Ia sesaat tidak dapat berkata apa-apa melihat betapa besar dan bagusnya ruangan pribadi tuan besar pemilik Schneider Group ini. Seperti versi mini dari penthousenya di Hotel St. Laurent.     

Ada ruang tamu besar dengan jendela dari lantai ke langit-langit dan balkon yang cantik berisi pepohonan dan bunga, lalu di sebelah kiri ada kamar untuk beristirahat, kamar mandi pribadi, dan lounge untuk menyenangkan diri dengan minibar yang terisi lengkap.     

"Hei..." Caspar yang sedang duduk di meja kerjanya segera bangkit begitu melihat kedatangan Finland. "Penerjemahku sudah datang..."     

Suaranya terdengar jahil dan Finland terpaksa harus menahan tawanya. Caspar sangat kreatif dalam memikirkan berbagai cara agar mereka dapat bertemu tanpa mengundang kecurigaan karyawannya. Ini membuat darah Finland berdesir dan pipinya memanas.     

"Saya undur diri dulu, Tuan. Penerjemah sudah datang dan siap membantu Anda untuk menerjemahkan dokumennya." Ben tersenyum lebar lalu keluar ruangan.     

Begitu pintu ditutup Caspar segera menarik Finland ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya dengan hangat.     

"Hmmmm.... dokumen yang perlu diterjemahkan cukup panjang... Rasanya kau akan perlu waktu seharian mengerjakannya..." bisiknya dengan suara serak dan sesaat kemudian ia kembali melahap bibir Finland dengan rakus. Gadis itu berusaha setengah mati menahan agar tidak mengeluarkan suara mendesah.     

"Astaga... bagaimana kalau ada orang yang masuk?" bisiknya sambil memukul bahu Caspar ketika pemuda itu akhirnya melepaskan bibirnya.     

"Sshh.. di sini tidak ada Aleksis. Tidak seorang pun yang berani masuk ke ruanganku tanpa kusuruh." Caspar tampak sangat percaya diri. Ia adalah tuan besar di perusahaan itu dan tidak seorang pun berani mati dengan mengganggu privasinya. Hanya terhadap anaknya, Aleksis, ia tidak berdaya...     

Senyum terkembang di bibirnya saat mengingat ketika Aleksis dan Kara memergoki mereka di ruang kerjanya di Jerman.     

"Baiklah... aku bisa tinggal di sini seharian, kalau dokumen yang harus diterjemahkan sangat banyak..." kata Finland sambil tersenyum lebar. Ia menarik Caspar untuk duduk bersama di sofa dan ia segera menyandarkan kepalanya ke bahu pemuda itu. "Kantormu bagus sekali... Aku belum pernah melihat kantor semewah dan sebesar ini... "     

"Well, nikmatilah sesukamu. Kapan pun kau perlu tidur siang yang nyaman atau istirahat dengan privasi, bilang saja, aku akan mencarikan dokumen lain untuk kau terjemahkan... hahaha. Istirahat di sini bersamaku lebih menyenangkan daripada di lounge lantai 30," kata Caspar.     

"Uhm.. sebenarnya lounge di lantai 30 juga bagus kok. Ada banyak tempat untuk istirahat. Ada cabana, sofa, dan juga berbagai sleeping pod. Di perusahaanku yang dulu, kami hanya punya pantry dan ruang meeting."     

"Uff.. Tapi kalau lantai 30 kita tidak bisa beristirahat seperti ini...!!" tukas Caspar dengan nada jahil, sebelum ia tiba-tiba mengangkat Finland dan membopongnya ke kamar. Finland yang hendak protes terpaksa menahan mulutnya agar tidak bersuara, takut menimbulkan kecurigaan orang-orang di luar.     

Caspar menaruhnya pelan-pelan di tempat tidur lalu mulai menciumi wajahnya, lehernya, lalu turun ke dada Finland, sambil tangannya dengan lincah mulai melepaskan pakaian mereka.     

***     

Finland hanya bisa tersenyum-senyum sendiri mengingat betapa mendebarkannya bercinta di ruangan Caspar dengan pintu tidak terkunci dan ada banyak orang di luar. Caspar sangat percaya diri bahwa tidak ada seorang pun yang berani masuk tanpa disuruh olehnya, dan hal itu terbukti benar. Sampai sore, ketika Finland akhirnya 'selesai menerjemahkan' tidak ada gangguan sama sekali.     

Mereka menikmati teh dan berbincang-bincang tentang hasil riset Finland sejauh ini dan persiapan pesta natal perusahaan setelah melakukan kegiatan 'istirahat' ala Caspar.     

"Aku sangat jarang datang ke pesta natal perusahaan," kata Caspar, "tetapi tahun ini aku ingin datang karena aku sudah capek-capek mengundang Billie Yves untukmu. Aku ingin membuatmu senang karena bisa menonton pertunjukannya."     

"Terima kasihhh.. kau baik sekali," Finland mencium Caspar penuh terima kasih dan menatapnya dengan berbinar-binar.     

"Kau sudah tahu tema pesta tahun ini?" tanya Caspar kemudian.     

"Zaman Victorian, Ruth sudah bilang."     

"Bukan hanya pesta dengan kostum zaman Victorian" kata Caspar, "Tapi aku sengaja menambahkan pengaturan baru karena kau bekerja di sini. Aku sudah meminta panitia membuat pengumuman bahwa pestanya nanti akan berupa pesta topeng. Jadi selain mengenakan kostum zaman Victorian, semua tamu harus mengenakan topeng. Yang tidak membawa akan diberikan topeng oleh perusahaan untuk dikenakan di pesta."     

"Wahh... kedengarannya seru," Finland menjadi sangat bersemangat, "Tapi kenapa karena aku?"     

"Aku ingin kau datang ke pesta sebagai istriku, tapi kau tentu tak ingin orang-orang mengenalimu, kan?"     

"Oh...." Finland baru mengerti. Ini adalah rencana yang sangat rapi. Caspar bisa datang ke pesta natal dengan membawanya, dan teman-teman kerja Finland tak akan mengenalinya. Ah... pemuda itu memang penuh dengan ide-ide cemerlang. "Aku suka!"     

"Hahaha... sudah kuduga. Lauriel tidak menyukai keramaian, jadi ia pasti tidak mau datang walaupun kita undang. Aku akan memintanya untuk menginap bersama Aleksis saja sementara kita ke pesta. Dia pasti akan sangat senang."     

Finland mengangguk. "Ide bagus."     

Finland menjadi sangat bersemangat menyongsong acara pesta natal perusahaan dua hari lagi, Ia juga senang membayangkan bahwa kalau Caspar datang ke acara tersebut membawa pasangan, ia akan berhenti mendengar suaminya digosipkan oleh teman-teman kantornya.     

"Ah, sudah hampir jam pulang kantor. Orang-orang pasti akan curiga kalau aku tidak juga keluar dari ruanganmu," Finland bangkit berdiri dan mengambil laptopnya. "Aku turun dulu. Nanti aku tunggu di mobil seperti biasa."     

Caspar ikut bangkit dan menciumnya lalu mengantar Finland ke pintu.     

"Terima kasih atas bantuan Anda, Miss Makela. Dokumen tadi sangat penting..." katanya sambil lalu sambil menutup pintu setelah Finland membungkuk ke arahnya untuk minta diri. Sekilas, orang akan mengira Caspar bersikap acuh tak acuh dan pikirannya disibukkan oleh pekerjaan seperti biasanya.     

Walaupun mereka sangat meyakinkan dan semua orang mengira Finland benar-benar bekerja menerjemahkan dokumen penting selama berjam-jam, banyak wanita tetap iri kepadanya karena ia dapat menghabiskan waktu sangat lama di ruangan istimewa itu bersama sang tuan besar.     

.     

.     

*Unicorn = Perusahaan startup yang ditaksir nilainya di atas 1 milyar dolar Amerika (14 trilyun rupiah)     

*Dekacorn = Perusahaan startup yang ditaksir nilainya di atas 10 milyar dolar Amerika (140 trilyun rupian)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.