The Alchemists: Cinta Abadi

Gosip di Restoran



Gosip di Restoran

0Setelah diperkenalkan dengan orang-orang dari departemen terkait, Finland mengikuti Ruth untuk menghadiri dua meeting dan membuat catatan rapat. Ia sangat senang karena belajar banyak hal baru dari proyek-proyek yang sedang mereka kerjakan, dan tidak sabar untuk segera terlibat lebih jauh.     

Saat jam makan siang tiba, Ruth mengajaknya makan ke restoran di lantai 30. Jam makan siang berlangsung dari pukul 12.00 hingga 14.00 sehingga karyawan dapat makan sesuai dengan waktu yang mereka pilih sendiri untuk menghindarkan penumpukan pengunjung. Saat Finland dan Ruth tiba, ruang makan tidak terlalu penuh karena baru pukul 12. Ruth menyukai makan siang lebih awal dan cepat-cepat supaya ia dapat menghadiri dua meeting lagi setelah jam makan siang.     

Finland terpukau melihat restoran yang demikian lengkap dan ditata elegan. Sungguh perusahaan yang sangat berkelas, pikirnya. Ia merasa beruntung memperoleh kesempatan untuk bekerja di perusahaan sebesar ini, sebagai pembanding dengan LTX International, satu-satunya perusahaan yang pernah ia masuki.     

[Kau makan siang di lantai 30?]     

Saat Finland baru duduk di mejanya, masuk SMS dari Caspar. Ah, ya... tadi pagi Caspar mengajaknya makan siang bersama. Finland lupa karena Ruth sudah mengajaknya makan siang.     

[Iya... aku bersama Ruth, supervisorku. Kau makan di mana?] tanya Finland.     

[Aku akan ke sana.]     

[Ta... tapi kita tidak bisa makan bersama, nanti orang-orang curiga...]     

[Tidak apa-apa.]     

Duh, Finland seketika menjadi gelisah. Ini baru hari pertamanya kerja. Ia tak ingin menciptakan kehebohan kalau Caspar datang dan duduk makan bersamanya. Dengan resah ia menyuap makanannya dan memikirkan alasan apa yang tepat untuk dikatakan jika Ruth mencurigainya.     

"Kok kamu makannya buru-buru begitu?" tanya Ruth keheranan. Finland yang tidak sadar ia telah menyuap makanannya dengan terlalu cepat segera tersadar, dan menggeleng sambil tersipu-sipu.     

"Eh.. maaf, makanannya enak sekali, aku sudah lama tidak makan makanan seperti ini..." jawabnya rikuh.     

Ruth memandang Finland dengan pandangan kasihan. Ia mengira maksud Finland adalah ia sudah lama tidak makan enak. Kini Ruth hanya bisa menebak-nebak sesulit apa kehidupan Finland selama ini.     

"Tidak apa-apa... Makanan di sini gratis dan kau bisa makan sepuasnya." Ia tersenyum penuh pengertian, "Nikmati saja."     

"Terima kasih..."     

Pintu terbuka dan masuklah Caspar ke dalam restoran diikuti Ben. Finland menyadarinya karena tiba-tiba terdengar seruan tertahan dan kemudian suara orang berbisik-bisik di sekitarnya. Ruth menoleh ke arah pintu dan seketika wajahnya tampak berseri-seri.     

"Astaga... ini pasti hari keberuntunganmu, Anak Baru..." katanya gembira sambil menggamit bahu Finland, "Itu bos kita. Dia baru masuk. Biasanya beliau tidak pernah makan di sini... Tapi hari ini kau beruntung sekali, ia datang, sehingga kau bisa melihatnya."     

Finland yang sedang minum jus menjadi tersedak mendengar ucapan Ruth. Matanya menatap ke arah kepada Caspar yang berjalan masuk, sesaat pandangan mereka bertemu dan Caspar mengedip kepadanya lalu mengambil kursi di meja lain yang tidak jauh dari mereka, tetapi dalam posisi yang memudahkan keduanya saling mengamati.     

Jantung Finland seketika berdebar keras dan ia tersenyum simpul sambil mengangguk pelan.     

Ahhh... rupanya ini yang direncanakan Caspar. Dengan begini mereka bisa makan bersama tetapi tanpa perlu harus saling menyapa dan membuka identitas FInland.     

Gadis itu kemudian melanjutkan makannya dengan hati senang dan wajah yang tak pernah lepas dari senyum. Ia sangat bangga karena karyawan-karyawan di kantor sepertinya sangat menghormati dan mengagumi suaminya.     

"Astaga... Beliau makan di sini! Aku tak percaya ini..." bisik Ruth dengan bersemangat. "Bagaimana pendapatmu tentang bos kita?"     

"Eh?" Finland mengangkat wajahnya keheranan. "Aku tidak punya pendapat.... Memangnya kenapa?"     

"Kau tidak tertarik kepadamya? Kau ini normal tidak, sih?" gerutu Ruth.     

"Lho... memangnya kita harus tertarik kepada seorang laki-laki hanya karena dia tampan? Orang seperti itu pasti sudah punya kekasih atau istri..." jawab Finland sekenanya.     

"Tidak mungkin. Aku mendengar gosip di luaran kalau bos kita sering bergonta-ganti wanita, tetapi itu karena ia sangat tampan dan terlalu banyak wanita yang mau menjadi kekasihnya. Tetapi dia sendiri masih belum menemukan pendamping yang tepat, makanya sampai sekarang ia masih sendiri..." kata Ruth dengan bersemangat.     

Dua orang karyawan perempuan datang membawa makanan mereka lalu duduk bergabung dengan Finland dan Ruth dan memperkenalkan diri kepada Finland sebagai Susan dan Jenny dari Departemen Legal. Mereka tampak bersemangat mengikuti pembicaraan Ruth tentang bos mereka.     

"Oh, Tuhan... aku barusan di-SMS Ruth bahwa Tuan Schneider makan di lantai 30.. aku tidak percaya. Untung aku datang dan melihat sendiri..." kata Jenny menimpali. "Tidak biasa-biasanya beliau makan di sini ya..."     

"Mungkin beliau terlalu sibuk untuk makan di luar, sehingga lebih praktis untuk ke sini saja," kata Susan.     

"Aku bilang pada Finland bahwa ini adalah hari keberuntungannya," kata Ruth kemudian, "Dia ini karyawan baru, dan aku bilang untuk orang di levelnya, kesempatan untuk bisa melihat Tuan Schneider sangat kecil... Tapi sekarang, baru di hari pertama kerja, ia sudah berkesempatan melihat beliau..."     

Astaga... sepenting itukah bagi mereka untuk dapat melihat bosnya? pikir Finland gemas. Jangankan melihatnya, Finland tidur bersamanya setiap malam, sarapan bersamanya setiap pagi, dan menciumnya kapan pun ia inginkan...     

Finland mengangkat wajahnya dan melirik ke arah Caspar yang tampak makan dengan tenang sambil mengobrol dengan Ben. Ia lalu iseng mengetik pesan di ponselnya.     

[Para karyawanmu di sini bilang kau sangat tampan dan terlalu banyak wanita yang mau menjadi kekasihmu. Mereka juga bilang gosip yang beredar di luaran adalah kau sangat sering berganti-ganti wanita.]     

Ia memperhatikan dari sudut matanya Caspar yang sedang meneguk air putih menyemburkan airnya saat membaca SMS dari Finland. Finland berusaha keras menahan tawanya dengan minum air jeruk di gelasnya.     

[Aku tidak pernah bersama wanita manapun sejak aku bertemu denganmu di Singapura.] datang balasan dari Caspar. [Kau mau aku mengumumkan kepada semua orang bahwa kau istriku biar gosip itu berhenti?]     

[Astaga... jangan. Aku hanya bercanda...] Finland cepat-cepat membalas [Jangan tersinggung, Sayang. Aku hanya terkesan melihat ada begitu banyak wanita di kantor ini yang mengagumimu.]     

[Baiklah. Tapi kau jangan cemburu kepada wanita-wanita itu dan jangan menanggapi gosip yang beredar. Kau tahu hanya kau perempuan yang aku cintai.] Caspar tampak berpikir sejenak, lalu mengirim pesan berikutnya. [Kalau kau begitu lagi, aku akan mengumumkan kepada semua orang bahwa kau istriku.]     

Finland mengerling ke arah Caspar dan pandangan mereka beradu. Keduanya tersenyum dan melanjutkan makannya dengan tenang.     

[Aku ada dua rapat lagi setelah makan siang. Rasanya capek sekali, tetapi puas.] kata Finland kemudian.     

[Oh... kau mau tugasmu dikurangi?] tanya Caspar kuatir.     

[Ah, tidak usah. Aku suka bekerja.]     

[Baiklah.] Caspar tampak berpikir sejenak, lalu mengirimkan SMS terakhir, [Aku akan ada di lounge setelah pukul 4. Kau bisa 'mengerjakan laporan meeting-mu' di sana.]     

[Baiklah. Sampai nanti. Mwahh...]     

Caspar dan Ben tampak sudah selesai makan dan kemudian keluar dari restoran dengan sikap santai. Setelah keduanya menghilang, gadis-gadis yang masih ada di restoran serentak mulai bercakap-cakap dengan antusias, membicarakan sang tuan besar mereka yang tiba-tiba turun dari menara gading dan bergabung bersama mereka makan siang di restoran kantor, sesuatu yang hampir tak pernah terjadi sebelumnya.     

"Apa kalian merasakan bahwa beliau berubah akhir-akhir ini?" tanya Susan penuh selidik. "Beliau banyak menghilang selama beberapa tahun belakangan, tetapi akhir-akhir ini ia banyak mengubah kebijakan perusahaan, terutama mengenai kesejahteraan karyawan dan bahkan sampai membuat daycare di kantor..."     

"Iya, aku juga merasakan begitu.. Apakah menurut kalian, jangan-jangan... Tuan Schneider akhirnya sudah siap berumah tangga?" tanya Jenny antusias.     

Finland hanya bisa menyesap jusnya tanpa berkontribusi pada gosip mereka.     

"Aku sih dengar gosip dari temanku di lantai 34, tadi pagi Bos tampak bercakap-cakap mesra dengan seorang wanita di telepon. Mungkin memang beliau sedang jatuh cinta dan ingin menikah..." kata Susan. "Banyak yang menduga Tuan besar akan membawa pasangan ke pesta natal perusahaan minggu depan."     

Wajah Ruth dan Jenny tampak berubah kecewa mendengar berita dari Susan.     

"Benarkah? Wahh... siapa gerangan perempuan yang berhasil memikat hati Tuan besar?" Ruth dan Jenny saling pandang, "Perempuan itu pasti cantik sekali dan berasal dari keluarga yang sama terpandangnya."     

"Mungkin dari keluarga Rockefeller atau Johnson? Ada beberapa kandidat kalau di New York, tapi kalau perempuan itu dari Jerman, kita tidak kenal."     

"Aku bisa tanya pada rekan kerja kita dari kantor Berlin," kata Susan. Ketiga gadis itu makan sangat sedikit karena waktu dan mulutnya habis digunakan untuk membahas kira-kira siapa perempuan cantik dan kaya yang pantas untuk menjadi pendamping tuan besar mereka. Nama demi nama mereka bahas satu persatu, membuat Finland mulai merasa tidak enak hati.     

Cantik dan kaya? Finland memang cantik tetapi ia sama sekali tidak kaya maupun dari keluarga terpandang. Kalau karyawan di kantor ini mengetahui dirinya adalah perempuan yang dinikahi Caspar, apakah mereka akan memandangnya rendah dan tidak pantas? PIkiran itu membuat Finland merasa tidak nyaman.     

Finland ingin melepaskan diri dari situasi itu tetapi ia tak dapat pergi meninggalkan Ruth karena supervisornya itu telah memintanya menunggu agar mereka dapat berangkat ke meeting berikutnya bersama-sama. Akhirnya ia hanya bisa menyudahi makannya dan minum jus jeruk banyak-banyak sambil berusaha tidak mendengar gosip tentang Caspar lebih jauh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.