The Alchemists: Cinta Abadi

Finland Bekerja di New York



Finland Bekerja di New York

0Finland memulai hari pertama kerja dengan penuh semangat. Caspar berkeras mengantarnya ke kantor, tetapi agar tidak menimbulkan kecurigaan karyawan lain, Finland meminta diturunkan di coffee shop satu blok dari gedung Schneider Group dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, sementara Caspar membeli kopi dan menyusulnya dengan mobil.     

Resepsionis di lobi menyambut Finland dengan ramah dan mengantarnya ke lantai 20. Gedung tinggi itu terdiri atas 35 lantai dan sebagian disewakan untuk berbagai perusahaan. Schneider Group sendiri menempati lantai 20 hingga 35. Setiap lantai memiliki ruang rapat, aula pertemuan dan pantry yang besar.     

Lantai 30 dikhususkan untuk ruang rekreasi dan lounge untuk beristirahat. Di lantai itu pula terdapat restoran untuk karyawan yang menyajikan makanan sehat dari chef perusahaan. Semua karyawan dapat makan dan minum serta beristirahat sesukanya asalkan pekerjaan mereka beres. Terdapat pula gym, sauna, dan tempat pijat bagi karyawan yang membutuhkan.     

Saat membaca-baca informasi tentang perusahaan utama Caspar ini, Finland merasa sangat kagum. Ini adalah grup perusahaan yang membawahi ratusan bisnis dan kantor pusatnya di New York dan Berlin merupakan tempat kerja idaman banyak orang. Perusahaan sangat menghargai karyawan di kantor pusat dan memberikan banyak fasilitas untuk memudahkan hidup mereka.     

Bisa dibilang mereka menjadi pelopor tren perusahaan yang memberikan semua tunjangan kepada karyawan termasuk makan gratis di restoran perusahaan, fasilitas ruang istirahat dan ruang olahraga, bahkan sejak bulan ini mulai disiapkan daycare untuk anak bagi karyawan yang memiliki anak kecil supaya orang tuanya dapat konsentrasi bekerja.     

Dalam hatinya Finland bangga karena Caspar memperlakukan karyawannya dengan sangat baik. Ia ingat Caspar juga sangat murah hati dan gampang sekali memberikan bonus tambahan kepada stafnya bila hatinya sedang senang.     

"Selamat pagi, Miss Makela," sapa seorang perempuan berusia 30-an yang berwajah sangat serius. "Saya senang Anda datang tepat waktu. Nama saya Ruth Green."     

"Uhm... panggil saja Finland, Miss Green..." kata Finland sambil tersenyum.     

"Bailklah, Finland, kau bisa memanggilku Ruth. Selama dua hari ke depan aku akan memberimu training tentang pekerjaan yang akan kau lakukan. Aku dengar kau ini ditransfer dari kantor di San Francisco. Apakah kau dari divisi teknologi di Silicon Valley?"     

"Uhm... aku bekerja di departemen market research di perusahaan sebelumnya..." kata Finland, berusaha tidak berbohong. "Aku mendengar ada divisi baru di kantor pusat yang sesuai dengan kualifikasiku.."     

"Benar. Hari ini kau ikut denganku dan belajar, agar nanti kau bisa bekerja sendiri. Aku ada beberapa rapat yang harus kuikuti, nanti kau bantu membuat catatan rapat dan laporannya..."     

"Baik, Ruth..."     

"Sekarang aku akan membawamu berkeliling perusahaan dan memperkenalkanmu kepada orang-orang dari departemen yang terkait. Di setiap lantai ada pantry, tetapi lantai 30 adalah lantai khusus lokasi beradanya restoran untuk makan, spa, gym, dan lounge. Kau bahkan bisa membuat laporanmu sambil bersantai di lounge."     

"Wahh... asyik sekali," Finland mengangguk senang.     

"Kau punya anak?"     

"A... ada, kenapa?" tanya Finland heran. Selama ini perusahaan tak pernah mengurusi apakah ia punya anak atau tidak.     

"Iya, per bulan ini perusahaan juga memberikan fasilitas tambahan untuk ibu bekerja, selain ruang menyusui kini sudah disediakan daycare gratis sehingga karyawan bisa menitipkan anaknya selama mereka bekerja..." Ruth tampak berseri-seri dan bangga saat menceritakan tentang fasilitas baru tersebut, "Bos kami sangat pemurah dan pengertian. Ini adalah kebijakan yang sangat menguntungkan karyawan perempuan yang punya anak kecil."     

Finland tak bisa menahan senyum mendengarnya. Ia terharu. Tentu Caspar menjadi lebih perhatian kepada karyawan perempuan yang memiliki anak kecil sejak ia mengetahui bahwa Aleksis adalah anaknya dan kini ia sudah mengerti bagaimana perasaan para orang tua yang kesulitan membagi hidup personal dan profesional mereka.     

"Aku punya anak... Tetapi untungnya ada pengasuh yang bersedia menjaganya... Jadi aku tidak perlu daycare. Tapi ini inisiatif yang bagus sekali... Bos kita kedengarannya luar biasa..." komentar Finland sambil tersenyum lebar.     

Wajah Ruth seketika berubah seperti memuja saat ia mengangguk penuh semangat, "Beliau sudah 10 tahun menjadi bos kita... dan semua wanita di gedung ini mengidolakannya... Kalau kau bertemu dengannya pasti kau mengerti sendiri."     

"Oh ya?" Finland menjadi tertarik. Ia tahu Caspar adalah orang yang sangat menjaga privasinya, tetapi rupanya orang-orang di kantor pusatnya mendapatkan privilege untuk sering bertemu dengannya.     

Tidak heran banyak wanita di gedung ini mengidolakannya. Orang luar yang tidak pernah melihat wajahnya akan mengira ia adalah seorang bandot tua, seperti yang dulu diduga teman-teman kantor Finland di Singapura.     

"Kapan aku bisa bertemu dengannya?" tanya Finland penasaran. Ia ingin tahu sesering apa Caspar menampakkan diri kepada karyawannya.     

"Hmm... untuk karyawan di levelmu, rasanya sangat sulit..." kata Ruth sambil menggeleng, "Hanya bos-bos atas yang bertemu dengannya secara rutin. Staf biasa hanya bisa melihatnya kalau beruntung, saat ia datang atau pergi kerja. Atau di acara tahunan perusahaan... Hmm.. sebenarnya minggu depan ada acara Natal perusahaan dan kita mengundang penyanyi terkenal. Kemungkinan beliau akan hadir... Kau bisa melihatnya."     

Finland hampir tertawa melihat pandangan memuja di wajah Ruth. Wanita ini tentu sangat menyukai suaminya.     

"Aku tidak sabar..." kata Finland.     

"Pesta natal tahun ini sangat luar biasa, untuk pertama kalinya perusahaan mengundang Billie Yves. Aku tak tahu bagaimana mereka berhasil mendapatkannya, setahuku Billie tidak bisa diundang untuk pesta pribadi atau korporat..." celetuk Ruth lagi. "Semua orang tak sabar menunggu pesta tiba..."     

Finland tak kuasa menekap bibirnya karena terkejut.     

Astaga... Caspar sengaja mengundang penyanyi idolanya di acara pesta natal perusahaan.     

Ia masih ingat bahwa Billie Yves adalah penyanyi yang paling disukai Finland.     

Ini membuat Finland sangat terharu.     

"Maaf, aku harus menelepon seseorang..." katanya cepat, ia memberi tanda maaf dengan tangannya lalu pergi ke sudut dan menelepon Caspar. Ruth mengangguk. Ia melihat wajah Finland yang berubah dan matanya yang basah di sudut dengan setetes air mata. Pasti telepon ini sangat penting, pikirnya.     

Finland menelepon Caspar yang baru memasuki lobi gedung dan sedang berjalan menuju lift. Para karyawan yang melihatnya berjalan tampak mengangguk dan sebagian ada yang terpukau, karena Caspar tampak tersenyum lebar sambil bicara di telepon. Biasanya bos mereka sangat terburu-buru dan tidak ekspresif saat bicara di telepon, tetapi pagi ini mereka melihatnya tersenyum manis dan langkahnya berubah menjadi santai.     

"Hallo, Sayangku... ada apa? Kau sudah merindukanku?" tanyanya dengan suara menggoda.     

"Caspar... terima kasih kau sudah mengundang Billie Yves untuk pesta natal mendatang...." Finland bicara terbata-bata karena sangat terharu, "Aku sangat menyukai Billie..."     

"Aku tahu," jawab Caspar. Ia sudah masuk di lift dan memencet lantai 35. Orang-orang di sekelilingnya tampak tertarik mendengar pria itu bicara dengan sangat lembut di telepon. Mereka tak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya. Sebagian ada yang berusaha menguping.     

"Aku juga sudah mendengar daycare yang baru... untuk para ibu dengan anak kecil... terima kasih. Ini akan sangat menolong perempuan sepertiku yang harus bekerja sambil membesarkan anak yang masih kecil. Kau sangat pengertian..." kata Finland lagi.     

"Hmmm..." Caspar tersenyum dan mengangguk sendiri. Ia tak mengira Finland akan langsung mengetahui semua tindakan yang ia lakukan demi gadis itu di hari pertamanya kerja, tetapi ia senang. Ini berarti Finland mengerti bahwa Caspar sangat mencintainya dan mau melakukan apa saja untuknya. "Aku senang kau menyukainya. Kalau ada masukan tentang apa lagi yang harus kubenahi, aku dengan senang hati akan menuruti..."     

"Oh, saat ini tidak ada. Semuanya bagus sekali."     

"Baiklah. Bagaimana kesan pertamamu bekerja di perusahaan ini?"     

"Aku suka. Aku berharap dapat belajar banyak."     

"Bagus. Kita nanti ketemu untuk makan siang, ya. Jaga diri baik-baik, aku mencintaimu."     

"I love you too." Finland menutup teleponnya dengan hati yang terasa hangat. Ia tambah merasa dicintai hari demi hari, dan rasanya dadanya hampir meledak karena sukacita.     

Caspar menutup teleponnya sambil tersenyum sendiri. Ia baru menyadari orang di sekelilingnya saat mendengar desah napas tertahan mereka. Ia melihat ke kiri dan kanan, dan melihat wajah-wajah penasaran karyawannya yang tadi mendengarnya mengucapkan "Aku mencintaimu" kepada seseorang dengan suara yang lembut sekali.     

Mereka sudah mengenalnya selama 10 tahun dan tak pernah melihatnya memiliki kekasih. Caspar di masa lalu memang seorang playboy, tetapi ia tak pernah mencampur urusan pribadi dan pekerjaan, sehingga tidak satu pun karyawannya pernah melihatnya bersama wanita.     

Kini, tiba-tiba saja tuan besar mereka tampak dipenuhi cinta dan bicara dengan mesra di telepon dengan seorang wanita. Tentu banyak orang yang menjadi penasaran.     

Siang itu gosip mulai tersebar di kantor pusat bahwa tuan besar mereka mungkin akhirnya akan membawa pasangan ke pesta natal korporat minggu depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.