The Alchemists: Cinta Abadi

Pesta Barbekyu



Pesta Barbekyu

0Setelah pertunjukan screening film selesai, Jean mengajak ketiga tamunya untuk makan malam bersama. Ketiga gadis itu senang sekali karena tidak mengira acara masih akan berlanjut. Mereka makan di sebuah restoran fine dining* dan membahas tentang film yang barusan mereka tonton.     

Sambutan ketiganya sangat positif dan mereka meyakinkan bahwa semuanya sudah sempurna.     

"Serius nih? Kalian nggak bersikap bias mentang-mentang kenal denganku?" tanya Jean sambil tertawa.     

"Nggak, kok. Ceritanya rapi, dan semuanya sangat keren. Aku suka endingnya..." kata Anne buru-buru. "Kalau open ending begitu, ada kemungkinan nanti bisa dibikin sequel-nya."     

"Memang niat produsernya seperti itu..." Jean mengangguk.     

"Whhaaa... akan ada sequel '2050'! Asyik banget!" seru Lucia penuh semangat.     

Makan malam berlangsung menyenangkan dan Lucia maupun Anne yang penasaran dengan persahabatan Finland dan Jean berusaha menanyakan bagaimana mereka bertemu.     

"Oh, kami dulu teman sekelas," kata Jean kemudian. "Kami duduk sebelahan dan waktu ngobrol kami langsung cocok. Finland ini orangnya asyik banget..."     

Finland ingat hari itu. Ia tidak merasa asyik sama sekali, seingatnya Jean-lah yang sikapnya sangat menyenangkan. Saat itu Jean sengaja duduk di sebelahnya karena Finland sendirian dan sepertinya tidak ada yang mau duduk di dekatnya.     

Semua orang sudah memiliki teman sendiri setelah kuliah dua minggu dan Finland tidak dapat masuk ke dalam lingkungan mereka karena sikapnya yang tertutup. Jean bolos selama dua minggu pertama kuliah karena kesibukannya sebagai model dan saat ia masuk kelas pertama kali, ia juga tidak kenal siapa-siapa.     

Saat ia melihat seorang gadis yang duduk sendirian dan terlihat acuh pada sekelilingnya, ia memutuskan untuk duduk di sampingnya. Saat makan siang bersama, mereka banyak ngobrol dan Jean langsung menyukai gadis itu karena kecerdasan dan sikapnya yang menarik. Sebagai sesama anak yang kesepian, ia merasa menemukan teman sejiwa, dan saat itulah Jean memutuskan untuk berteman dengan Finland.     

Sejak itu mereka menjadi dekat dan Finland banyak membantu Jean dengan pelajaran dan tugas-tugas karena Jean sangat sibuk. Sebenarnya Jean ingin membalas kebaikan Finland dengan berbagai bantuan materi seperti mentraktirnya makan, membelikan buku, atau bahkan tiket pesawat agar mereka dapat berjalan-jalan, tetapi Finland selalu menolak. Ia tak pernah mau menerima bantuan materi dari siapa pun, dan hal itu terjadi selama bertahun-tahun mereka kenal.     

Jean senang setelah mengetahui bahwa saat Finland berhubungan dengan Caspar, gadis itu tidak lagi mengalami kekurangan apa pun, karena Caspar dengan cerdik berhasil memberikan semua yang dibutuhkan gadis itu tanpa Finland dapat menolak.     

"Berarti kalian sudah kenal selama berapa tahun?" tanya Anne penuh perhatian. Ia sama sekali tak mengira bahwa teman kerjanya itu ternyata bersahabat dengan seorang selebriti sangat terkenal. Selama kenal Finland 2,5 tahun gadis itu tidak pernah bercerita tentang hubungannya dengan Jean yang merupakan aktor terkenal dan suaminya yang ternyata sangat kaya.     

Dalam hati ia menyimpan respek yang dalam untuk Finland yang tidak pernah menjual nama orang lain untuk mendapatkan perlakuan istimewa, dan ia melihat betapa selama ini Finland bekerja keras sebagai karyawan yang rajin dan berdedikasi.     

"Hmmm... lebih dari tujuh tahun." Finland dan Jean saling pandang dan mengangguk, "Iya, sekitar 7-8 tahun..."     

"Dan nanti kami akan bersahabat selamanya," kata Jean sambil mengedip ke arah Finland. Ia sedang bicara harfiah dan Finland mengerti maksudnya. Tentu saja, sebagai kaum alchemist mereka dapat hidup selamanya dan bersahabat selamanya. Ini bukan hanya sekadar analogi perkataan.     

Mengingat itu Finland menjadi agak sedih. Ia harus menunggu beberapa tahun lagi hingga Aldebar bangun untuk mendapatkan ramuan abadi, dan Jean tidak tahu. Ia pasti akan bertanya-tanya jika lima tahun dari sekarang ia melihat Finland bertambah tua.     

Ia lalu berusaha mengalihkan pembicaraan.     

"Kalian besok bisa datang ke pesta barbekyu kami, kan?" tanyanya kepada teman-temannya. Anne dan Lucia mengangguk cepat. Jean tampak berpikir sejenak, membuat Finland penasaran, karena menduga Jean sudah terlanjur ada janji lain. "Kenapa? Kau ada acara lain? Maaf aku baru kasih tahu tadi siang... "     

"Uhm... iya sih, aku sudah janji mengajak Franka untuk makan malam," kata Jean dengan nada suara agak menyesal, "Aku kalah taruhan...ugh."     

"Taruhan apa?" tanya Finland tertarik.     

"Franka Yoshizumi??" Mata Anne tampak membulat besar. Ia mengenali nama aktris terkenal blasteran Jepang-Swedia tersebut.     

"Hahaha... Franka dan aku taruhan bahwa ending filmnya tidak akan diubah. Aku kalah barusan. Produser barusan mengumumkan keputusan mereka..."     

"Oh..." Finland merasa agak menyesal. Di satu sisi ia sangat ingin Jean datang, tetapi di sisi lain ia juga tak ingin Jean melanggar janjinya kepada Franka. Ia tidak begitu mengikuti berita hiburan, tetapi Finland pernah membaca selintas berita tentang Franka Yoshizumi.     

Gadis itu adalah seorang aktris genius berusia 22 tahun yang sudah berkarier sejak umur belasan dan menjadi aktris idola para sutradara yang menginginkan pemeran tokoh-tokoh sulit. Ia dinominasikan untuk Oscar pada ulang tahunnya yang ke-20 dan kini sudah menjadi sangat terkenal. Ia tidak bermain film dengan Jean di "2050" dan Finland tidak mengira keduanya saling mengenal dan bahkan sampai taruhan segala untuk ending film-nya.     

Lucia tampak agak kecewa, mengetahui idolanya akan makan malam dengan Franka, seorang aktris cantik yang tentu tak bisa dibandingkan dengan dirinya yang hanya orang biasa. Tetapi Anne yang juga mengidolakan Franka tidak kecewa sama sekali, ia malah berharap dapat bertemu Franka sekaligus.     

"Bagaimana kalau kau ajak Franka makan malam di acara barbekyu Finland besok? Kan kalian tidak mengadakan perjanjian spesifik harus makan malam di mana..." kata Anne penuh semangat. "Ayolah... acaranya pasti seru!"     

Jean tampak berpikir dan saling pandang dengan Finland. Ketika melihat Finland mengangguk ia akhirnya mengambil keputusan untuk mengikuti saran Anne. Jean mengangkat ponselnya dan menelepon Franka.     

"Hei.. Fran... aku kalah taruhan. Besok mau makan malam di tempat sahabatku? Mereka mengadakan pesta barbekyu. Aku akan memperkenalkanmu kepadanya," kata Jean cepat.     

Mereka bisa mendengar suara Franka dari ponsel Jean.     

"Hahahaha... kau kalah taruhan! Sudah kubilang, kan? Seharusnya kau percaya omonganku." Suara Franka terdengar renyah dan gembira, "Aku akan mengosongkan perut seharian dan makan banyak."     

"Hahaha... iya, tidak apa-apa. Tapi besok makannya di pesta barbekyu sahabatku, kau keberatan tidak?"     

"Sahabatmu yang mana? Finland?"     

"Memangnya sahabatku ada berapa?"     

"Wahhh... aku mau sekali. Aku ingin bertemu dengannya! Besok aku pakai baju apa?" Suara renyah itu tiba-tiba menjadi panik. "Aduh... aku harus kelihatan cantik.."     

"Wahahaha... ada Finland di sini, lho..." kata Jean dengan suara geli, "Kau sudah cantik. Pakai apa saja oke kok. Jadi besok kau sudah tiba di SF? Aku jemput di bandara ya."     

Franka terdengar malu dan memelankan suaranya, hingga berbisik dan kemudian Jean menutup teleponnya.     

"Wahh... Franka kedengarannya asyik, ya..." kata Anne dengan gembira. Ia tak sabar menunggu besok saat ia bisa berfoto bersama Jean dan Franka sekaligus. Tentu teman-teman Facebook dan Instagramnya akan heboh.     

"Anaknya memang asyik..." kata Jean mengiyakan.     

Masalah selesai dan mereka melanjutkan makan dengan senang. Pukul 10 malam keempatnya lalu berpisah menuju ke tempat masing-masing.     

***     

"Bagaimana film-nya?" tanya Caspar saat Finland tiba di rumah.     

"Seperti biasa, bagus," jawab Finland. "Jean sangat beruntung, selama dua tahun terakhir ini semua film-nya menuai sukses kritikus dan komersial. Cita-citanya sejak dulu akhirnya terwujud. Sekarang dia sudah dikenal dengan satu nama saja..."     

"Hmm..." Caspar tersenyum. Ia lalu memeluk Finland dan menciumnya lembut, "Aleksis sudah tidur dari tadi. Kau juga harus beristirahat. Besok kita akan sibuk dengan tamu."     

Finland mengangguk, "Aku mandi dulu."     

"Kamu Asia sekali ya dalam hal ini... Hanya orang Asia yang mandi sebelum tidur. Orang lain akan mandi di pagi hari sebelum mereka beraktivitas, " kata Caspar sambil tersenyum lebar. "Tapi ini kebiasaan yang aku suka darimu. Aku tidak keberatan memandikanmu sebelum tidur..."     

"Aku kan habis dari luar, pakaianku pasti terkena debu dan macam-macam, tubuhku juga harus dibersihkan baru bisa tidur dengan nyaman," kata Finland cepat. "Astaga.. memandikanku? Kau pikir aku anak kecil?"     

Ia tidak sempat mendengar jawaban Caspar karena pria itu telah menggendongnya ke kamar mereka dan segera menuju kamar mandi besar yang ada di dalamnya.     

***     

Keesokan harinya persiapan pesta barbekyu menghabiskan sepanjang pagi Finland dan Caspar. Kathy dan Luke, asisten mereka di mansion sudah keluar untuk membeli berbagai bahan makanan dan alat barbekyu. Ben dan kedua pengawal Caspar ikut mengatur berbagai perlengkapan dan dekorasi simpel. Saat siang hari tiba, Jadeith dan ketiga pengawal lainnya juga datang. Mereka diundang untuk menikmati pesta bersama teman-teman kantor Finland dan Jean, tentu saja agar suasana menjadi lebih meriah.     

Pukul 3 sore hari, satu persatu tamu mereka pun datang. Anne datang bersama adik laki-lakinya dan Lucia datang bersama ibunya. Keenam staf Departemen Market Research lainnya yang sudah menikah membawa serta suami atau istri mereka dan anak-anaknya. Tony dan Rachel, tunangannya, datang membawa wine dan karangan bunga. Lalu Jean pun tiba dengan seorang gadis sangat cantik dalam gandengannya, Franka Yoshizumi. Mereka membawa sampanye.     

Teman-teman kantor Finland dan Tony tampak sangat terkesima melihat mansion Caspar yang demikian indah dan megah. Dalam hati mereka sudah mengira-ngira berapa harganya, mengingat Palo Alto adalah salah satu kota termahal di Amerika.     

"Wahh... senang sekali aku akhirnya bertemu denganmu..." Franka dengan cepat menghampiri Finland dan memeluknya, "Aku sudah sering mendengar tentangmu dari Jean."     

Finland merasa agak kikuk karena Franka bersikap sangat ramah kepadanya, padahal mereka sama sekali tidak kenal. Ia curiga, gadis itu menaruh hati kepada Jean dan ingin berbaik-baik kepadanya, supaya bisa mendekati Jean lewat Finland.     

"Oh... hallo, Franka... Senang bertemu denganmu." sapa Finland kikuk. Jean tak pernah menceritakan tentang Franka kepadanya, yang berarti, bagi Jean gadis itu hanyalah satu dari sekian banyak gadis lainnya yang ada di sekeliling Jean, dan ia tak memiliki tempat istimewa di hatinya.     

Finland ingat dari dulu Jean sering digosipkan pacaran dengan berbagai model atau aktris, tetapi Jean selalu membantah hubungan dengan mereka, dan ia mengatakan kepada Finland bahwa jika suatu hari nanti ia memiliki gadis spesial dalam hidupnya, Finland akan menjadi orang pertama yang tahu.     

Franka buru-buru menarik tangan Finland dan mengajaknya mengobrol, sehingga gadis itu terpaksa mengikuti. Caspar berlaku sebagai tuan rumah yang baik menyambut tamu-tamu mereka yang lain. Para pria diajak untuk memanggang daging dan seafood sementara para perempuan menyiapkan salad dan alat makan. Sekelompok musisi telah diundang untuk bermain dan suasana di halaman belakang mansion itu terasa sangat meriah.     

Anne dan Lucia serta teman-teman kantor Finland yang lain tak henti-hentinya mengagumi mansion tersebut dan keluarga Finland yang hadir. Mereka sama sekali tidak menyangka, gadis sederhana yang selama ini bekerja bersama mereka ternyata memiliki keluarga dan teman-teman yang sangat mengagumkan.     

Mereka berkali-kali mencuri pandang ke arah Caspar, si pria sempurna yang tersenyum manis dengan Aleksis dalam pangkuannya dan ngobrol bersama Jean dan Tony. Sayangnya, ketika mereka hendak mengambil foto, Jadeith dengan cepat telah menghampiri setiap orang dan meminta mereka untuk menghapus gambarnya.     

"Mohon maaf, tapi Tuan Schneider tidak suka difoto..." Wajahnya yang tampan dan senyumnya yang sangat ramah membuat orang-orang menjadi tidak enak hati kalau membantah. Dengan patuh mereka menghapus foto Caspar dan menyimpan ponselnya. Jadeith yang merasa kasihan akhirnya bersikap lebih lunak lagi, "Kalian boleh memfoto suasana pesta, tidak apa-apa, tetapi tolong jangan memfoto Tuan Schneider."     

"Uhm... baiklah." Wajah-wajah mereka menjadi cerah kembali. Para tamu kemudian mengambil foto pesta yang meriah itu tetapi sengaja tidak memfoto Caspar. Mereka tidak akan melanggar kepercayaan yang telah diberikan tuan rumah.     

Ada begitu banyak pria tampan di pesta barbekyu ini yang bisa mereka foto. Ada Jean, Jadeith dan semua pria berpenampilan misterius yang mirip pengawal pribadi itu, lalu ada juga Franka, selebriti yang sangat terkenal... ah, menarik sekali.     

Pintu ke halaman belakang tiba-tiba terbuka dan masuklah seorang pria yang tidak kalah tampan dari Caspar, dengan rambut panjang yang agak acak-acakan dan sepasang mata berwarna biru hijau yang terlihat sedih. Pandangan para tamu serentak terarah kepadanya.     

"Hei... Lauriel... Apa kabar?" Caspar segera menghampiri Lauriel.     

Pria itu tampak sangat sedih. Ia mendatangi Caspar yang menggendong Aleksis dan berbisik, "Bolehkah aku pinjam Aleksis? Aku sangat sedih...."     

"Tentu saja..." Caspar menyerahkan Aleksis yang segera dipeluk erat oleh Lauriel yang kemudian pergi ke sudut taman dan duduk sambil membenamkan wajahnya ke rambut bocah itu. Semua hanya dapat memandang dengan kebingungan.     

.     

.     

*restoran fine dining = restoran mewah     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.