The Alchemists: Cinta Abadi

Persiapan Resign



Persiapan Resign

0Caspar memasak beberapa jenis makanan yang simpel tetapi lezat sekali. Ketika Finland menanyakan namanya, seperti biasa, nama-nama makanan itu sulit diucapkan.     

"Pokoknya yang penting kau tahu rasanya enak. Soal nama, tidak usah dipikirkan..." kata Caspar sambil menyendokkan tambahan sup ke mangkuk Finland.     

"Kalau aku mau dimasakkan makanan yang seperti ini lagi aku harus bilang apa? Menyebut namanya saja aku sulit..." keluh Finland. "Aku kasi nama sendiri ya?"     

Caspar tertawa mendengar logika Finland lalu mengangguk.     

"Baiklah. Coba kasi nama sup ini," katanya kemudian.     

"Sup Palo Alto," kata Finland cepat. "Soalnya di sini aku pertama kali mencicipinya. Aku tidak tahu apa nama bahan-bahannya, jadi aku tidak bisa memberi nama berdasarkan bahan."     

"Hahaha... baiklah. Kalau begitu, yang ini adalah Steak Kencan Pertama," Caspar mengusulkan nama steak yang ada di depannya, "Aku memasak ini untuk acara kencan pertama kita, saat kau memberiku hadiah ciuman karena menang taruhan."     

Finland tersenyum lebar dan mengangguk. "Aku suka namanya."     

Ia menunjuk wadah berisi irisan tomat yang berlapis keju mozzarela dan daun basil.     

"Kalau ini, Tomat Palo Alto. Bagaimana?"     

"Terserahmu, kau yang memberi nama." Caspar mengangguk, "Tapi kalau ada tamu, sebaiknya kau tidak usah menyebut nama-nama makanan ini, biar ini jadi rahasia kita saja. Soalnya mereka akan bingung kalau kau menunjuk Caprese Salad dan menyebutnya Tomat Palo Alto."     

"Baiklaaahh..." kata Finland sambil tersenyum lebar.     

Mereka makan malam dengan gembira dan kemudian setelah Aleksis tidur, mereka memutuskan untuk duduk di teras belakang yang menghadap kolam renang sambil mengobrol. Kehamilan Finland otomatis membuat rencana mereka harus disesuaikan.     

Caspar yang tadinya mengizinkan Finland untuk pindah kerja ke perusahaannya dan memilih tempat tinggal mereka, sekarang merasa keberatan jika Finland kembali bekerja. Ia sengaja membuat gadis itu merasa bersalah karena meninggalkannya selama hampir tiga tahun agar Finland membatalkan niatnya untuk bekerja.     

"Kalau kau bekerja, nanti aku hanya bisa melihatmu di akhir pekan. Senin sampai jumat kau pergi kerja," keluhnya.     

"Tapi kalau aku tidak bekerja sekarang dan menambah pengetahuanku, nanti begitu anak kita lahir aku tidak akan bisa kembali bekerja. Aku harus berhenti kerja setidaknya dua tahun sampai dia selesai ASI dan bisa ditinggal." kata Finland.     

"Astaga... kau mau kembali bekerja setelah anak kita berumur dua tahun?" Caspar tampak tambah keberatan. "Apa tidak kasihan sama anak-anak kita? Kau kan tidak perlu bekerja untuk cari uang?"     

"Aku memang tidak bekerja untuk cari uang... tapi kalau aku diam saja di rumah, aku pasti akan merasa bodoh karena tidak mengikuti perkembangan dunia... Bagiku, bekerja itu penting untuk mengasah pikiranku biar aku tidak menjadi bodoh..." Finland mengerucutkan bibirnya karena sedih. Ia ingat Caspar telah menyetujuinya bekerja di perusahaannya saat mereka di Jerman. Hanya karena ia terlalu cepat hamil, kini persetujuan itu ditarik. "Kau sudah berjanji..."     

Caspar merasa tersudut. Memang ia berjanji seperti itu, tetapi ia tak menyangka Finland akan segera hamil secepat ini.     

Tadinya memang ia merasa akan menyenangkan kalau Finland bekerja untuknya selama beberapa tahun hingga mereka memiliki anak berikutnya, tetapi kini tanpa disangka-sangka mereka akan segera menjadi orang tua lagi, dan dalam pikirannya akan paling aman dan nyaman jika mereka sekeluarga tinggal di Jerman dan menikmati 9 bulan ke depan dengan hidup tenang.     

"Uhm.. baiklah.. kalau aku kompromi, kau juga harus kompromi. Kau boleh bekerja selama setengah masa kehamilanmu, setelah itu kau harus diam di rumah bersamaku. Setelah nanti anak kita lahir dan berumur dua tahun, kau boleh kembali bekerja..."     

Dalam hatinya Caspar berpikir bahwa ia akan bisa menunda Finland kembali ke dunia kerja kalau setelah anak kedua mereka berumur 2 tahun, Finland hamil anak ketiga. Istrinya nanti harus menunggu anak ketiga mereka berumur dua tahun lagi.     

Ini akan memberi Caspar total waktu lima tahun. Ha ha ha. Pikiran ini membuatnya tersenyum sendiri.     

"Uff... baiklah. Kita berkompromi..." kata Finland. Ia mengacungkan jari kelingkingnya, "Kau berjanji?"     

"Aku berjanji," Caspar menautkan kelingkingnya ke jari Finland, "Seperti anak kecil saja."     

Setelah itu barulah Finland puas. Mereka lalu melanjutkan obrolan di tempat tidur sambil menonton film Jean yang kebetulan sudah tayang di situs langganan film.     

"Aktingnya bagus sekali...dan popularitasnya cepat meroket. Tidak sia-sia aku mensponsori film-filmnya," gumam Caspar di tengah-tengah film.     

Finland menatapnya keheranan, "Kau mensponsorinya? Kok bisa?'     

Caspar yang sadar ia kelepasan bicara lalu menjelaskan bahwa ia menyuruh Stanis berinvestasi di beberapa studio film besar dan membiayai film beranggaran besar mereka dengan syarat mereka meng-casting Jean, untuk menebus perbuatannya dulu yang menghilangkan ingatan Jean. Karena dukungannya lah, Jean dapat bermain di film-film besar dan menjadi terkenal dengan sangat cepat.     

"Astaga..." Finland mengelus pipi Caspar dengan penuh terima kasih, "Terima kasih... kau baik sekali... Padahal aku mengira kau masih cemburu dan tidak menyukai Jean."     

"Uhmm.. tidak, aku sudah bisa menerima persahabatan kalian. Aku malah lebih cemburu kepada Lauriel begitu aku melihatmu bersamanya... "     

"Kami tidak ada hubungan apa-apa, dia banyak menolongku dan Aleksis, dan ia menjadikan Aleksis sebagai anak angkatnya secara sepihak. Katanya ia akan memberikan semua hartanya kepada Aleksis. Aku sudah bilang dia kalau Aleksis punya ayah kandung... Kami tidak butuh hartanya..." kata Finland cepat. Ia tak mau Caspar salah paham lagi tentang hubungannya dan Lauriel.     

"Iya, aku tahu. Aku juga sudah bicara kepada Lauriel tentang itu, dan sekarang aku mengerti kenapa ia sangat menyayangi Aleksis. Aku tidak akan salah paham," Caspar tersenyum menenangkan. "Anggap saja Aleksis beruntung karena memiliki dua ayah yang sangat menyayanginya..."     

"Baiklah..."     

Mereka melanjutkan menonton sambil berpelukan dan mengomentari beberapa adegan yang menarik.     

"Kau tahu, teman-teman di kantorku adalah penggemar Jean. Mereka senang sekali karena Jean mengundang mereka ke acara promo film terbarunya minggu depan," kata Finland setelah film selesai dan mereka bersiap untuk tidur.     

"Oh, ya?" Caspar ingat puluhan tahun lalu ia pernah mencoba menjadi aktor, saat layar bioskop masih hitam putih dan ia menyukainya, tetapi ia cepat bosan dan berhenti dari profesi itu sebelum menjadi sangat terkenal. Profesi yang paling disukainya dan sering ia ulang adalah menjadi dokter.     

Apalagi dengan kondisi dunia sekarang dan media sosial yang demikian maju, menjadi selebriti justru tidak cocok untuk kehidupannya yang perlu privasi ketat. Ia tak mungkin bisa hidup bebas kalau wajahnya terpampang di mana-mana.     

"Jean mengundang kita untuk datang ke acara promosi film barunya. Sesudah itu, mungkin akan menyenangkan kalau kita mengundang semua orang untuk barbekyu di sini dan mengadakan perpisahan. Kulihat halaman belakang kita sangat luas dan indah, cocok sekali untuk pesta taman atau barbekyu..."     

Caspar senang karena dalam hal ini Finland sehati dengannya. Ia juga memikirkan pesta barbekyu saat melihat halaman belakang mansion ini. Tetapi ia ragu untuk mengundang orang luar masuk ke sana.     

"Biasanya aku tidak mau mengundang orang luar..." katanya kemudian, "Tetapi aku akan membuat pengecualian kali ini. Kau bisa menjadikannya sebagai pesta perpisahan dengan teman-temanmu. Setelah itu kita akan pindah ke New York. Di sana kau bisa bekerja di perusahaanku selama 4 bulan, lalu sesudah itu kita akan kembali ke Jerman dan kau harus tinggal di rumah bersamaku sampai anak kita berumur dua tahun. Bagaimana pendapatmu?"     

Finland berpikir sejenak dan sadar bahwa ini adalah kompromi terbaik di antara mereka. Akhirnya ia mengangguk setuju.     

"Baiklah. Aku akan mengundang teman-teman kantorku ke sini untuk acara barbekyu minggu depan. Aku akan menjadikannya perayaan perpisahan. Setelah itu kita akan lakukan sesuai rencanamu..."     

"Bagus." Caspar mencium Finland dengan wajah senang sekali, "Percayalah... walaupun kau tidak bekerja, kau tidak akan menjadi bodoh. Akan ada begitu banyak hal yang akan kita lakukan bersama yang membuatmu merasa bahagia dan puas. Kepuasan batin tidak melulu datang dari pekerjaan. Ingat, aku ini juga seorang workaholik, jadi aku mengerti rasanya."     

Keduanya tidur dengan bahagia karena mencapai kesepakatan.     

***     

Keesokan harinya Finland dan Caspar menghabiskan waktu untuk bersantai di rumah. Caspar mengajak Finland dan Aleksis berkeliling Palo Alto untuk menunjukkan keindahan kota itu. Saat mereka melewati sebuah rumah sakit, Finland menggamit tangan Caspar dan menunjuk ke arah rumah sakit tersebut.     

"Kita mampir ke sana untuk memeriksakan kehamilanku?" tanyanya kepada Caspar, "Biar ketemu dokter kandungan betulan."     

Caspar hendak protes, tetapi ia sadar, ia pun ingin mengetahui kondisi kehamilan Finland dan melakukan persiapan yang tepat. Akhirnya mereka masuk dan segera menemui dokter kandungan. Ketika mereka masuk ke dalam rumah sakit, Finland baru menyadari bahwa dua orang pengawal Caspar juga ada di sana.     

"Kok mereka ada di sini?" tanyanya bingung. Ia tidak ingat melihat mereka dari tadi.     

"Lho, mereka itu selalu mengikuti kemana pun aku pergi," kata Caspar seolah Finland harusnya mengetahui fakta itu. "Itulah fungsinya pengawal."     

"Tapi mereka kan menginap di pusat kota San Francisco? Jadi mereka ke mana-mana mengikutimu? Waktu kita tidur di Palo Alto, mereka di mana? Tidur di mobil?"     

Caspar mengangguk.     

"Astaga.. kasihan sekali. Kalau begitu sebaiknya nanti kau suruh mereka masuk dan tinggal di rumah," kata Finland.     

"Itu pekerjaan mereka, mereka bisa mengurus diri sendiri," kata Caspar. Tetapi akhirnya ia mengangguk, "Baiklah kalau itu yang kau inginkan."     

Di dalam klinik obgyn, dokter menerima mereka dengan ramah dan segera memeriksa kandungan Finland. Ternyata gadis itu baru hamil 5 minggu. Caspar sangat senang karena mereka begitu cepat mengetahui kehamilannya dan bisa segera bersiap-siap.     

"Semuanya terlihat sehat dan baik-baik saja. Selamat ya... Saya yakin kalian akan memiliki anak yang sangat cantik seperti kakaknya," kata dokter sambil tersenyum lebar, dagunya mengarah pada Aleksis.     

"Terima kasih, Dokter."     

Keduanya lalu keluar dan memutuskan untuk makan siang di salah satu restoran di pusat kota. Keluarga kecil itu sangat menarik perhatian karena penampilan mereka yang tidak biasa. Caspar sangat tampan dan berpenampilan menarik, sementara Aleksis yang seperti malaikat kecil dan memiliki sepasang mata biru hijau terlihat sangat cantik. Finland juga memiliki pesonanya sendiri dengan wajah Asia yang cantik, rambut cokelat panjang dan penampilan yang terkesan rapuh.     

Pandangan orang-orang saat mereka lewat membuat Finland mengerti mengapa Caspar sangat menyukai privasi. Tidak enak rasanya dipandangi seperti itu.     

"Maaf, Nyonya..." Seorang pria berkaca mata tiba-tiba menghampiri mereka saat keduanya duduk di kursi restoran. Ia menyerahkan sebuah kartu kepada Finland, "Saya sudah memperhatikan kalian dari tadi... Kebetulan saya seorang pencari bakat, yang sedang berlibur ke Palo Alto. Saya sangat menyukai anak kalian. Menurut saya, dia cocok sekali untuk menjadi bintang iklan. Apakah kalian berminat?"     

Caspar segera merengut dan hendak mengusir pria itu, tetapi Finland mencegahnya bersikap ketus dan buru-buru tersenyum sambil menggeleng kepada si pencari bakat. "Maaf, kami tidak tertarik. Terima kasih ya..."     

"Wah.. sayang sekali. Padahal anak ini bisa sangat terkenal.." Pria itu tampak kecewa, "Yah, tolong simpan saja kartu saya, siapa tahu kalian berubah pikiran."     

"Baiklah, terima kasih. Sekarang kami mau makan dulu..." kata Finland, masih menolak dengan halus.     

"Terima kasih. Selamat makan." Pria itu mengangkat topinya sambil tersenyum lalu meninggalkan mereka.     

"Aleksis terlalu menarik perhatian," kata Caspar. "Kalau dia besar nanti aku harus menyiapkan banyak pengawal untuk menjaganya. Bisa kau bayangkan berapa banyak laki-laki yang akan menggodanya nanti kalau dia sudah tumbuh besar dan cantik sekali? Lauriel biasanya memakai kacamata untuk menyembunyikan warna matanya... Mungkin nanti kalau sudah dewasa Aleksis bisa menggunakan kacamata yang jelek dan menyembunyikan penampilannya biar kelihatan tidak terlalu menarik..."     

Finland tertawa mendengar kekuatiran Caspar. Pria itu memang akan menjadi ayah yang menakutkan kalau anaknya semua perempuan.     

Ia kini ikut berharap anak kedua mereka akan berjenis kelamin laki-laki.     

***     

Keesokan harinya ketika Finland masuk kerja, teman-teman kantornya tampak memperlakukannya dengan berbeda, dan itu membuatnya kebingungan.     

"Kenapa kalian tidak ada yang berbicara kepadaku?" tanyanya heran saat mereka makan siang bersama. "Aku pikir kalian suka gosip dan sekarang pasti sudah menyerbuku untuk menceritakan siapa pria yang menjemputku kemarin, dan siapa dia... blablabla..."     

Anne dan Lucia saling pandang dengan ekspresi tidak enak hati.     

"Uhm... Tony menceritakan kepada kami siapa Heinrich Schneider itu... dan kami.. kami tidak berani macam-macam..." bisik Anne. "Maaf, kalau kami sering terlalu ingin tahu... Kami tidak bermaksud buruk kok..."     

Finland tertawa mendengarnya. Astaga, teman-temannya menjadi sungkan kepadanya setelah mengetahui Finland menikah dengan pria pemilik salah satu grup perusahaan terbesar di dunia. Ia menjadi tidak enak sendiri. Bagaimanapun kedua gadis itu sangat baik kepadanya sejak ia pindah ke San Francisco, tidak seperti teman-teman kantornya di Singapura.     

"Tidak apa-apa.. Jangan sungkan kepadaku. Aku masih Finland yang dulu, teman kalian." Ia memegang tangan Anne dan Lucia dengan hangat, "Aku akan berhenti kerja karena alasan pribadi, tetapi aku sangat ingin mengundang kalian ke acara pesta perpisahan di rumah kami minggu depan. Aku juga akan mengundang Jean, supaya kalian bisa bertemu dengannya."     

Seketika wajah Anne dan Lucia menjadi berseri-seri, "Be.. benarkah? Wahh.. kami pasti akan datang."     

"Aku juga akan mengundang teman-teman satu departemen, dan Bos Tony serta tunangannya. Nanti akan kukirim alamat rumah kami di Palo Alto. Tidak apa-apa ya, jauh sedikit.."     

"Tidak apa-apa..." Lucia dan Anne memeluk Finland dengan hangat. Mereka senang mengetahui bahwa ternyata Finland masih bersikap seperti biasa, dan tidak tiba-tiba menjadi sombong saat ia sudah kembali bersama suaminya yang demikian kaya dan berkuasa.     

Apalagi mengetahui mereka diundang ke acara promosi film baru Jean dan kemudian diundang ke pesta perpisahan Finland, rasanya mereka sudah tidak sabar menunggu minggu depan tiba.     

Finland dan Tony memberikan training singkat kepada Donna, karyawan baru yang menggantikan Finland dan sepanjang hari itu mereka sibuk sekali mengalihkan tugas dan tanggung jawab Finland kepadanya.     

Finland tidak lupa juga mengundang Donna dan Tony ke acara pesta perpisahannya bersama pasangan masing-masing, dan mereka pun sangat senang karena diundang, terutama Tony, yang ingin membina hubungan lebih baik dengan pemilik Grup Schneider.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.