The Alchemists: Cinta Abadi

Bukan Dokter Gadungan



Bukan Dokter Gadungan

0Caspar benar. Begitu Finland melihat mansion di Palo Alto Hills, ia langsung jatuh cinta, sama seperti melihat Rose Mansion pertama kali. Dengan terpukau ia mengelilingi rumah besar itu dari atas ke bawah.     

"Ini cantik sekali!" serunya takjub.     

"Makanya, aku ingin membawamu ke sini malam ini..." kata Caspar sambil tersenyum lebar. Ia menaruh Aleksis di sofa. Anak itu sudah terbangun dari tidurnya dan kini tampak keheranan melihat mereka kembali berada di mansion.     

Dua orang staf mansion segera datang membawakan satu kendi jus jeruk dan dua buah gelas.     

"Maaf, ya, kita tidak bisa merayakan dengan wine. Kau tidak bisa minum minuman beralkohol selama 9 bulan ke depan..." kata Caspar.     

"Tidak apa-apa..." balas Finland.     

"Aku akan membeli mesin USG dan lain-lain supaya aku bisa memeriksamu sendiri..." kata Caspar lagi. Wajahnya tampak sangat bersemangat dan penuh rencana. "Kita juga harus memikirkan mau tinggal di mana, supaya kehamilanmu nyaman..."     

Finland hampir lupa bahwa Caspar adalah seorang dokter.     

Eh, tapi dia kan bukan dokter kandungan?     

"Aku akan memeriksakan diri ke dokter betulan..." kata Finland. "Maksudku, aku tidak bilang kalau kau dokter gadungan... tapi akan lebih baik kalau aku diperiksa dokter yang memang spesialis kandungan..."     

Caspar merengut untuk sesaat.     

"Aku sebenarnya memegang beberapa spesialisasi, kecuali obgyn*..." keluhnya. "Aku dulu tidak suka melihat perempuan hamil...."     

Finland memutar bola matanya. Tentu saja, dulu suaminya itu adalah seorang pemuda playboy yang mengencani banyak wanita dan mencampakkan mereka setelah satu bulan. Dia tidak mungkin tertarik menjadi dokter kandungan yang pasti akan mengingatkannya akan begitu banyak perempuan yang disakitinya.     

"Well, kurasa itu karma..." kata Finland jahil. "Sekarang di saat kau ingin bermain dokter-dokteran dengan istrimu yang hamil, kau tidak bisa melakukannya karena kau bukan dokter kandungan."     

"Eh, kata siapa? Aku BISA main dokter-dokteran dengan istriku yang sedang hamil..." kata Caspar cepat. Di wajahnya terukir seringai nakal saat ia tiba-tiba mengagetkan Finland dengan mengangkat tubuhnya dan membopongnya ke kamar. Sebelum menutup pintu ia masih sempat berteriak memanggil staf mansion untuk mengurusi Aleksis. "Kathy, tolong ajak nona kecil bermain, ya!"     

Di dalam kamar Caspar berniat 'menghukum' Finland yang menggodanya karena tidak memiliki spesialisasi kedokteran yang dibutuhkan untuk menjadi dokter kandungan istrinya sendiri.     

Pemuda itu sangat bahagia karena kabar yang diterimanya malam ini. Ia tak mengira keinginannya akan cepat sekali terwujud. Ia tak dapat melupakan rasa sedih akibat kehilangan masa-masa Finland sedang mengandung Aleksis dulu dan masa dua tahun pertama hidup anak pertamanya. Kali ini ia tak mau kehilangan waktu sedikit pun.     

"Daya tarik kita berdua pasti sangat kuat... sehingga kita cepat sekali memiliki anak..." kata Caspar sambil menciumi leher Finland. "Kaumku hanya memiliki anak kalau mereka benar-benar sudah siap. Tidak ada satu pun kehamilan di antara kaum Alchemist yang tidak diinginkan. Kalau suaminya ingin punya anak tetapi istrinya tidak mau atau tidak siap, mereka tidak akan hamil... Itulah sebabnya jumlah kami sangat sedikit. Jarang ada yang menikah dan jarang ada yang punya anak... Populasi dunia sekarang sudah terlalu banyak, kalau semua orang seperti kami, tentu kehidupan manusia akan lebih sejahtera, dan tidak akan ada anak yang terlantar."     

Finland setuju. Ia pun menginginkan anak dari Caspar karena seumur hidupnya ia merasa kesepian dan tidak punya keluarga. Ia sangat merindukan memiliki keluarga sendiri. Sebelum ia bertemu Caspar, hanya Jean yang menjadi sahabat sekaligus keluarganya.     

Setelah menikah dengan Caspar, ia kemudian membayangkan membina keluarga dengan pemuda itu dan hidup bahagia bersamanya. Itulah sebabnya setelah mereka menikah ia cepat sekali mengandung. Ia pun menginginkannya sebesar keinginan Caspar. Walaupun kemudian masalah demi masalah membuat mereka terpisah cukup lama.     

Setelah mereka kembali bersatu, rasa cinta yang besar di antara keduanya kembali membuatnya menginginkan keluarga bersama Caspar.     

Keinginannya memiliki anak-anak sama besarnya dengan keinginan suaminya sendiri, apalagi dalam hatinya Finland sungguh berharap dapat menebus peristiwa beberapa tahun lalu saat ia merahasiakan kehamilannya dan pergi, serta menimbulkan rasa sedih dan sakit di antara keduanya, dan Aleksis tak bisa menikmati kasih sayang ayah kandungnya selama dua tahun pertama kehidupannya.     

"Aku senang kita memiliki anak lagi..." kata Finland sambil membelai lesung pipi Caspar yang tersenyum manis sekali memandangnya, "Kau mau laki-laki atau perempuan?"     

"Anak laki-laki..." kata Caspar cepat. "Aku akan menjadi ayah yang menakutkan kalau anakku semuanya perempuan."     

Mendengarnya, Finland hanya tertawa. Ia mengerti maksud Caspar. Ia akan menjadi ayah yang sangat protektif terhadap anak perempuannya dan mungkin akan melakukan hal-hal mengerikan kalau ada yang mengganggu anaknya. Memiliki anak laki-laki akan membuatnya sedikit rileks.     

"Baiklah... kita lihat lima bulan lagi..." kata Finland. "Dulu waktu sedang mengandung Aleksis aku sama sekali tidak mencari tahu gendernya karena aku memang tidak peduli. Tapi kalau kau ingin anak laki-laki, kita akan cari tahu beberapa bulan lagi."     

"Baiklah..." Caspar mengecup bibir Finland dengan mesra lalu pelan-pelan melepaskan pakaian gadis itu sambil pura-pura merengut, "Tapi aku mau memeriksa istriku yang sedang hamil, untuk membuktikan aku bukan dokter gadungan."     

Finland hanya tertawa melihat tingkah Caspar, yang kini kembali terlihat seperti anak anjing yang baru diadopsi. Wajahnya berseri-seri dan tingkahnya yang selalu menempel kepada Finland tampak sangat menggemaskan, mengingatkan Finland pada sikap Caspar saat mereka baru pertama kali tidur bersama di Rose Mansion dan kemudian pemuda itu melamarnya.     

Ah, rasanya mereka sudah benar-benar kembali seperti dulu.     

Walaupun Caspar dan Finland ingin bermain dokter-dokteran yang lama, tetapi mereka tahu diri bahwa Aleksis sedang menunggu mereka untuk makan malam bersama dan pasti akan bingung karena orang tuanya menghilang tiba-tiba. Akhirnya keduanya keluar dari kamar setengah jam kemudian dan mendapati Aleksis sedang bermain dengan Kathy di ruang keluarga.     

"Tuan dan Nyonya mau makan sekarang?" tanya Kathy dengan penuh hormat. "Kami tidak sempat memasak karena Tuan dan Nyonya datang tiba-tiba, tetapi banyak restoran bagus yang bisa mengantar makanan di dekat sini..."     

"Tidak apa-apa. Kau beli bahan makanan saja, aku yang akan memasak makan malam," kata Caspar, membuat Kathy membelalakkan matanya lebar-lebar.     

"Eh...? Tidak usah, Tuan. Kalau Tuan dan Nyonya mau menunggu, saya bisa belanja dan langsung memasak," kata Kathy cepat-cepat.     

"Tidak usah, Kathy. Ini adalah malam istimewa, aku mau merayakannya dengan memasak hidangan istimewa untuk istriku," Caspar melambaikan tangan dan menghentikan Kathy untuk membalas. Akhirnya dengan patuh gadis itu mengangguk dan segera mohon diri untuk keluar.     

"Tuan bisa kirim daftar belanjaan lewat email atau SMS, nanti saya belikan di supermarket. Saya berangkat dulu," Kathy minta diri.     

Caspar cepat menulis daftar bahan makanan yang dibutuhkannya dan mengirimnya lewat email kepada Kathy dan mereka pun duduk menunggu Kathy pulang membawa belanjaan sambil bermain dengan Aleksis.     

"Aw... kau berlebihan sekali..." kata Finland, "Kalau darurat begini, seharusnya pesan pizza saja. Aku tidak keberatan, kok..."     

"Nonsens. Perempuan hamil harus makan makanan sehat," kata Caspar protes. "Biarkan aku yang mengurusmu. Kau duduk saja yang nyaman. Mau nonton film atau membaca sesuatu?"     

Finland menggeleng. "Aku mau kau duduk di sampingku..."     

"Uhm... baiklah." Caspar menuruti keinginan Finland dan duduk di sofa di samping gadis itu. Finland tersenyum senang lalu merebahkan tubuhnya dan menaruh kepalanya di pangkuan Caspar.     

"Aku tidak mau menonton atau membaca, aku hanya mau beristirahat seperti ini..." bisiknya pelan.     

Caspar tertegun sesaat, dan kemudian tersenyum. Ia mengangguk. Tangannya mengusap-usap kepala perempuan yang dicintainya itu dengan penuh kasih sayang.     

"Ini bagus," katanya. "Kau istirahatlah..."     

Mereka menikmati suasana itu dalam diam tetapi hati yang dipenuhi kehangatan. Baik Finland maupun Caspar merasa mereka sudah menemukan rumahnya. Tempat mereka adalah bersama satu sama lain.     

.     

.     

*Obgyn = Obstetry dan Gynecology (dokter spesialis kandungan)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.