The Alchemists: Cinta Abadi

Menangkap Alexei



Menangkap Alexei

0Ketika Alexei menyadari apa yang terjadi, semua sudah terlambat. Pintu ditutup di belakangnya dan tahu-tahu ia sudah melihat Lauriel mendatanginya dari sebelah kiri. Wajahnya tampak sangat menyeramkan.     

"Katia...! Apa yang kau lakukan?" tanya Alexei dengan suara tercekat. "Kau mengkhianatiku?"     

Peach dan si kembar Neo dan Endo juga sudah muncul dari kanan dan depannya. Kini Alexei dikelilingi oleh 4 orang, dan Katia palsu tiba-tiba berbalik menghadap ke arahnya dengan seringai jahat.     

"Katia sudah mati," tukas gadis itu, kali ini dengan suara yang tidak dikenal Alexei. Barulah ia sadar bahwa dari tadi Katia yang bersama dengannya adalah Katia palsu. Penyamarannya sungguh hebat, Alexei tak mengira ia ditipu seperti ini.     

"Pernikahan adalah zona netral..." kata Alexei berusaha terdengar tenang. Ia mengangkat ponselnya dan berusaha memanggil anak buahnya untuk datang, tetapi Lauriel menepis ponsel itu hingga terbanting ke tanah.     

"Kau pikir aku peduli dengan aturan kuno seperti itu?" tukas Lauriel tajam. "Kau lupa aku siapa?"     

Di dalam aula beberapa anak buah Alexei yang menyadari tuannya menghilang sudah bergerak ke arah pintu untuk mencarinya, tetapi Petra, Jadeith dan Esso sudah mengamankan semua pintu dan menggeleng-geleng sambil memberi tanda agar mereka kembali ke pesta.     

Caspar mendatangi mereka dan dengan cepat memberikan perintah, "Kalau kalian tidak membuat keributan di sini, aku tidak akan melakukan perhitungan kepada kalian setelah acara usai. Pada saat pesta selesai, Alexei sudah bukan tuan kalian lagi."     

Ketiga orang itu tampak ciut. Karena pesta pernikahan adalah zona netral, Alexei meninggalkan tim keamanannya di pintu gerbang, jauh di kaki bukit. Ia hanya membawa tiga orang staf yang merupakan bagian dari kaum Alchemist. Kekuatannya tak sebanding dengan tim Lauriel yang terdiri atas total 7 orang alchemist, ditambah kehadiran Caspar dan Jadeith.     

Orang-orang yang sedang berpesta di dalam tidak mengetahui apa yang terjadi di luar. Petra menghalau tiga anak buah Alexei kembali ke meja mereka dan mengawasi agar mereka tidak membuat keributan.     

Alexei yang tersudut sudah menjadi sadar bahwa posisinya tidak menguntungkan. Tangannya meraba ke balik mantelnya dan mengeluarkan sepucuk pistol.     

"Kalian pakai cara curang... pernikahan adalah zona netral..." tukas Alexei lagi. "Kalian akan dihukum..."     

Lauriel hampir tertawa melihat Alexei protes. Menurutnya ia tak perlu menghormati aturan apa pun bila lawannya sudah duluan melakukan kecurangan. Mengirim Famke untuk mengkhianati Caspar dan kemudian meracun anaknya bukanlah tindakan orang terhormat. Dalam prinsipnya, tidak ada kehormatan di antara pencuri.     

"Kau boleh memilih mati dengan cepat atau mati perlahan-lahan..." kata Lauriel sambil tersenyum tipis. Ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya dan mempermainkannya di antara jari-jarinya dengan sikap dramatis, "Aku sudah membuang diri dari kehidupan duniawi selama 70 tahun, aku bisa melakukannya lagi."     

Alexei tampak berpikir keras. Ia menatap botol kecil di tangan Lauriel dan para pengepungnya berganti-ganti, seolah menghitung peluangnya untuk keluar dari sana hidup-hidup. Akhirnya ia menarik napas dalam-dalam.     

"Aku akan mengadakan kesepakatan denganmu... Nyawaku, ditukar Sophia..." katanya kemudian. "Caspar sudah berjanji untuk memberinya perlindungan. Kalau kau melepaskanku, aku akan melepaskan Sophia..."     

Lauriel menggeleng, "Aku tidak ada hubungannya dengan perjanjian itu. Aku tak peduli pada Sophia."     

"Kau..." Alexei tampak mulai cemas. Ia mengarahkan pistolnya kepada Lauriel. "Anak buahku akan mengejarmu ke ujung dunia kalau kau membunuhku. Mereka akan menyiksa dan menghabisi semua orang yang kau sayangi."     

"Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama," kata Lauriel dengan nada dingin. "Ancamanmu tidak ada gunanya. Sekarang... silakan pilih, kematian cepat atau pelan-pelan..."     

Alexei mendengus kesal. "Baiklah... Kau yang memaksaku menggunakan cara ini. Kau membuat ini menjadi personal di antara kita. Aku bersumpah, anak buahku akan menangkap kekasihmu dan membunuhnya di depan matamu... agar kau ingat akan hari ini, ketika kau memutuskan untuk membunuhku..."     

"Aku tidak punya kekasih..." kata Lauriel dingin. "Luna sudah meninggal."     

Alexei menyipitkan matanya dengan ekspresi sinis, "Kami memang menemukan banyak mayat di gedung itu, ayah ibuku termasuk di antaranya, dan juga perempuan yang kami kira Putri Luna. Semua dimakamkan di mausoleum keluarga. Dua puluh tahun lalu ketika tes DNA sudah tersedia, kami menguji semua jenazah dan menemukan bahwa gadis itu bukan Putri Luna. Kami sudah mencarinya selama puluhan tahun dan merahasiakannya dari semua orang..."     

Sesaat mata Lauriel berkilat berbahaya. Ia tak percaya Alexei akan menggunakan cara sekotor ini dengan membawa-bawa nama kekasihnya. Tetapi di sudut hatinya, ada setitik rasa sedih yang berharap Alexei memang mengatakan kebenaran.     

"Aku tidak percaya.." kata Lauriel masih dengan nada dingin.     

"Silakan kau uji cincin Putri Luna yang kau simpan itu. Darah yang menempel di sana tidak akan cocok dengan darah Portia ataupun darahku. Sebagai kerabatnya, kau bisa membandingkan DNA kami..." Melihat ekspresi Lauriel yang berubah sedih, Alexei seolah merasa mendapat harapan. "Aku sudah memiliki banyak informasi yang bisa membawamu pada jejak Putri Luna. Kalau kau membunuhku... informasi itu akan kubawa mati."     

Darah Lauriel berdesir. Ia tak sanggup membayangkan apa yang terjadi pada kekasihnya hampir 80 tahun lalu. Luna sedang hamil saat ia berangkat ke Jerman dan kondisinya tentu sangat berat. Bila ia tidak mati dalam pengeboman mansion tempat ia tinggal bersama keluarga kakaknya, lalu di mana ia sekarang? Mengapa ia tak mencari Lauriel? Apakah ia meninggal di tempat lain? Apakah terjadi sesuatu kepadanya sehingga ia tak dapat mencari Lauriel?     

Apakah sampai sekarang Luna masih hidup....?     

Pikiran-pikiran itu membuatnya sangat sedih dan tertekan, dan Alexei dapat melihat Lauriel bergumul dengan perasaannya.     

"Jangan keras kepala. Aku tahu kau orang yang logis. Kalau kau melepaskanku, aku akan memberikan semua informasi yang kumiliki tentang Putri Luna, dan aku akan membebaskan Sophia. Dua nyawa ditukar kebebasanku..." Alexei menatap Lauriel lekat-lekat. "Atau kau bisa membunuhku dan semua itu akan kubawa mati. Plus... anak buahku akan lebih dulu menemukan Luna dan membunuhnya untuk membalaskan dendamku."     

"Lauriel..!" Marion berjalan mendekati Lauriel dan memegang tangannya, "Jangan tertipu ular ini. Dia akan mengatakan apa saja demi kebebasannya."     

"Fifty-fity, Lauriel... Apakah kau pejudi yang baik? Maukah kau mempertaruhkan kekasihmu?" Alexei memejamkan matanya lagi dan bersikap seolah siap mati.     

Dor!     

Tiba-tiba saja Marion yang tidak sabar sudah mengambil pistol Alexei dari tanah dan menembak dadanya.     

Semua tampak terkejut melihat tindakan Marion yang tak terduga ini. Alexei terjatuh limbung sambil memegangi dadanya dan sepasang mata ungunya tampak membeliak kaget.     

"Ka... kau? Beraninya kau...!" desisnya marah sekali. "Aku tidak boleh mati oleh orang rendahan sepertimu...."     

"Marion." Lauriel merampas pistol dari tangan Marion dan menatapnya dengan mata yang berkilat marah, "Sejak kapan kau mengangkat diri sebagai pimpinan? Mengapa kau mengambil tindakan sendiri?"     

"Kau sudah menjadi lemah..." kecam Marion. "Kau hampir mengampuni Katia dan tidak mau mengotori tanganmu dengan darah. Kalau aku tidak bertindak, pasti kau juga akan melepaskan ular ini hanya karena ia menjual cerita tentang Putri Luna yang masih hidup. Semua orang tahu pasti bahwa Luna adalah kelemahanmu dan ia mengeksploitasi itu! Jangan bilang kau percaya omongannya?!!"     

Lauriel memejamkan matanya menahan kemarahannya yang memuncak, ketika ia membuka matanya ia menatap lurus ke arah Marion dan mengacungkan jarinya, "Marion... aku tak perlu anak buah yang merasa mereka boleh membangkang sesukanya. Mulai saat ini, kita tak ada hubungan lagi."     

"Ka.. kau membuangku karena ular ini?" Marion menekap mulutnya dalam shock. Ia tak menyangka Lauriel akan mengusirnya seperti ini.     

Peach, Neo dan Endo saling pandang kaget. Mereka juga tak mengira Lauriel akan bersikap begitu keras. Mereka tahu Marion adalah anak buah kesayangan Lauriel dan selama ini Lauriel selalu menoleransi perbuatan gadis itu yang kadang terlihat seenaknya.     

Lauriel mengeluarkan cincin putih Luna yang selama ini digantungnya di lehernya sebagai kalung dan meremasnya lepas. Ia mendekati Alexei dan bersimpuh di sampingnya, "Aku akan menyembuhkanmu dan menjagamu tetap hidup, sampai aku bisa membuktikan perkataanmu tentang Luna. Tetapi mulai hari ini, kau adalah tawananku."     

Ia menepuk tengkuk Alexei dan sekejap kemudian pemuda itu terkulai lemas. Lauriel memberi tanda kepada Neo dan Endo, dan keduanya segera mengangkat Alexei lalu bergerak keluar halaman istana. Peach menutupi tubuhnya dengan mantel besar dan dengan cepat mereka telah menghilang.     

Lauriel mengangkat ponselnya dan menelepon Caspar.     

"Kami pulang duluan ke hotel. Ada keadaan darurat dan kami perlu dokter."     

"Aku dokter. Siapa yang terluka?" tanya Caspar cemas.     

"Aku bisa menanganinya untuk sementara. Kau datang saja begitu acara selesai. Tolong sampaikan maafku kepada Ned dan Portia. Bilang juga bahwa Alexei harus terburu-buru pergi. Kami ada urusan mendadak."     

"Baiklah..." Caspar bisa menebak apa yang terjadi maka ia tidak mendesak lebih jauh. Ia harus bersikap seolah tidak ada apa-apa dan jangan menimbulkan kecurigaan Ned dan para tamu lainnya. Mereka akan mengurus Alexei nanti di Jerman.     

Ketika Lauriel akan beranjak pergi mengikuti anak buahnya, tangannya ditahan oleh Marion yang bersimbah air mata.     

"Lauriel... kau tidak sungguh-sungguh, kan?" tanya gadis itu dengan suara pelan.     

"Marion... aku tidak suka mengulangi ucapanku." Lauriel melepaskan pegangan tangan Marion, yang walaupun dilakukan dengan lembut tetap terasa sangat menyakitkan bagi Marion.     

Luna adalah kelemahan Lauriel sejak dulu. Alexei bisa dengan mudah mengeksploitasi nama itu untuk mempengaruhi Lauriel, pikir Marion dengan getir. Sekarang Lauriel akan mengira Luna masih hidup di suatu tempat dan menunggunya...     

Marion yang sudah lama mencintai Lauriel tidak tahan lagi. ia sudah menunggu hati Lauriel untuk pulih selama puluhan tahun ini... tetapi hanya dengan menyebut nama Luna sekali ini, Alexei berhasil menyobek kembali hatinya yang sudah hampir sembuh itu...     

"Lauriel...." Marion hanya bisa menangis sambil terduduk saat melihat Lauriel menghilang di balik kegelapan. Ia benar-benar diusir dari The Wolf Pack.     

Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.