The Alchemists: Cinta Abadi

Pesta Ned dan Portia



Pesta Ned dan Portia

0Katia menggeleng-geleng dengan air mata masih bercucuran.     

"Kau boleh membunuhku... tapi aku tak mau melupakan tentang kita..." bisiknya sedih. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak menjadi tidak nyaman. Sebagian ada yang membuang muka, yang lainnya menghela napas. Caspar tertegun beberapa saat lamanya, kemudian ia menoleh ke arah Lauriel.     

"Aku tidak punya pilihan. Dia memilih hukumannya sendiri..." kata Caspar. Lauriel mengangguk ke arah Petra yang mengeluarkan sebuah pistol berperedam dan menaruhnya di tangan Katia.     

"Di situ hanya ada satu peluru. Kau sudah memilih hukumanmu sendiri," kata Lauriel dengan suara dingin. "Jangan membuang waktu kami lebih lama."     

Katia menangis tambah sedih. Ia menatap pistol di tangannya dengan mata nanar. Ia bukan gadis lemah, ia belajar menggunakan pistol puluhan tahun yang lalu dan selalu membawa senjata saat bepergian. Ia dapat menggunakan pistol di tangannya dengan baik.     

"Kau... tidak mau mengucapkan selamat berpisah...?" Ia akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap Caspar dengan sepasang mata berlinang air mata.     

Caspar menatapnya balik dengan pandangan sangat sedih. 50 tahun lalu ia takkan pernah mengira ia dan Katia akan berakhir seperti ini...     

"Katia..." Kata-katanya terhenti di udara, ia tak tahu harus mengucap selamat berpisah seperti apa kepada gadis yang dulu pernah mengisi hidupnya untuk waktu yang lama, yang menjadi sahabatnya dan mendampinginya selama beberapa dekade.     

Katia mengangkat pistol ke keningnya sendiri pelan-pelan...     

Saat semua hanyut dalam suasana kelam itu, tiba-tiba Katia berbalik mengarahkan pistol di tangannya kepada Caspar dan menarik pelatuknya.     

Ketika mereka menyadari apa yang terjadi, sudah terlambat...     

Caspar tidak terlihat menghindar sama sekali. Wajahnya tampak kelam dan pandangannya sangat terluka.     

KLIK!     

Katia terkejut karena ternyata pistolnya tidak meletus.     

Lauriel berbohong saat mengatakan pistol itu memiliki sebutir peluru.     

"Kalau tadi kau memilih menembakkannya ke kepalamu, aku dan Lauriel sudah memutuskan untuk mengampunimu dan melepasmu pergi. Pistolnya sengaja kami berikan yang kosong." Caspar menggeleng-geleng pelan, ekspresinya sangat gelap, "Tetapi ternyata kau memang tidak bisa berubah. Aku tak bisa lagi memberi keringanan kepadamu dengan mengingat hubungan kita di masa lalu. Kau harus dihukum mati..."     

Katia terpaku tidak mampu berkata-kata. Ia sama sekali tidak mengira tadinya ia akan diampuni. Dalam kekalutannya ia memutuskan untuk mengarahkan pistolnya kepada Caspar dan membunuhnya. Ia sudah bertekad kalau ia tak bisa mendapatkan Caspar, maka Finland pun tidak bisa. Ia rela mati kalau Caspar ikut mati bersamanya...     

"A... aku... aku... minta maaf... Aku khilaf..." tangis Katia. "Ampuni aku... aku mau hidup... Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian lagi..."     

Lauriel tampak muak melihatnya, segera memberi tanda kepada Petra dan Esso untuk menyingkirkan Katia.     

"Katia sudah memilih hukumannya sendiri. Aku tidak mau melihat darah di sini. Kalian bawa dia ke rumahnya dan habisi dia di sana."     

Tanpa perlu disuruh dua kali, kedua pemuda itu sudah mengangkat Katia yang meronta-ronta dan menjerit. Esso menekan tengkuk gadis itu sekali dan dalam sekejap Katia terkulai pingsan dan suaranya tidak lagi terdengar. Dengan cepat keduanya menyingkirkan Katia dan menghilang dari penthouse.     

Suasana seketika menjadi hening.     

Tidak seorang pun berbicara setelah itu. Mereka semua bersiap-siap dalam diam dan segera berangkat ke bandara untuk menuju Skotlandia.     

***     

Rombongan kecil itu sangat menarik perhatian. Tidak setiap hari bandara didatangi sekaligus serombongan manusia yang tampak begitu muda dan rupawan. Walaupun mereka lewat akses VIP, orang-orang masih sempat melihat sosok-sosok para manusia sempurna itu melintasi bandara menuju ruang tunggu VIP. Kara mengurusi dokumen perjalanan mereka dengan sangat efisien dan dalam waktu singkat mereka sudah duduk di kursi pesawat pribadi Caspar.     

Perjalanan dari London ke Glasgow tidak sampai dua jam dan saat sore menjelang mereka sudah check in di hotel lalu bersiap-siap dengan pakaian pesta sebelum melaju ke arah istana keluarga Lewis dalam beberapa mobil Mercedes anti peluru.     

"Ada beberapa hal yang kau perlu ketahui tentang pernikahan ini..." kata Caspar kepada Finland di dalam mobil. "Ned dan Portia adalah pewaris dua keluarga utama kaum Alchemist. Keluarga Ned adalah penguasa Inggris yang sebenarnya. Mereka sangat berkuasa. Kita mungkin akan melihat perwakilan keluarga kerajaan Inggris di acara pernikahan ini. Portia berasal dari Jerman seperti keluargaku, keluarganya adalah bagian dari penguasa kerajaan Baden. Ned dan Portia berdua menganut ideologi purist, tetapi mereka tidak memaksakan kehendak seperti Alexei. Keduanya sudah bersama selama hampir 200 tahun dan kami sudah tahu bahwa suatu hari nanti mereka akan menikah."     

"Wah... lama sekali..." gumam Finland. "Kau benar saat mengatakan kaummu sangat pemilih dan lama baru memutuskan untuk menikah..."     

Sekarang ia mengerti mengapa bahkan setelah 50 tahun bersama, Caspar tidak juga menikahi Katia. Ned dan Portia saja menunggu dua abad sebelum meresmikan pernikahan mereka. Orang-orang Alchemist ini memang sangat tidak buru-buru dalam hal komitmen. Karena mereka bisa hidup selamanya, mereka tak ingin salah memilih pendamping.     

Flora dan Caspar adalah contoh anomali karena keduanya langsung yakin pada cintanya dan tidak menunggu lama untuk menikah. Flora menikahi sahabatnya sejak kecil, Louis, dan Caspar melamar Finland setelah kenal 4,5 bulan. Hingga kini, 300 tahun kemudian, Flora dan Louis masih saling mencintai seperti di saat mereka masih muda. Finland berharap selamanya ia dan Caspar pun akan tetap seperti sekarang, saling mencintai sepenuhnya dan perasaan mereka terhadap satu sama lain tidak akan berkurang.     

Ketiga mobil mereka tiba di depan istana Keluarga Lewis dan pelayan-pelayan istana dengan hormat menyambut mereka. Caspar adalah tamu terpenting yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya karena ia yang akan meresmikan pernikahan Ned dan Portia.     

Sebagian besar tamu undangan sudah ada di aula pesta dan kehadiran Caspar yang masuk dengan keluarganya membuat semua orang menoleh ke arah pintu masuk dan menyambutnya dengan hangat. Tetapi ketika Lauriel melangkah masuk dengan Aleksis di bahunya, seketika ruang aula megah itu menjadi senyap.     

Banyak orang tak mempercayai pandangan mereka sendiri ketika melihat Lauriel hadir di pesta Ned dan Portia, karena mereka tahu betapa ia membenci acara keramaian. Apalagi kini mereka melihat ia hadir membawa seorang anak kecil di bahunya yang sepintas terlihat sangat mirip dengannya.     

Apakah Lauriel memiliki anak? Demikian pertanyaan yang timbul di hati sebagian besar tamu.     

"Astaga... Lauriel?" Seorang pemuda berambut kemerahan datang dari arah belakang menyambut rombongan itu. Wajahnya yang tampan terlihat sangat gembira seolah melihat teman lama yang sudah puluhan tahun tidak bertemu. Pakaiannya sangat mewah dan dihiasi berbagai emblem dan lencana. Sepintas ia terlihat seperti seorang pangeran. Ia memeluk Lauriel dan menempelkan kening mereka. "Aku merasa terhormat kau mau datang ke acara pernikahanku..."     

"Hmm..." Lauriel mengangguk. "Maaf aku tidak membawa hadiah."     

"Kehadiranmu sendiri adalah hadiah bagi kami. Aku pikir kami takkan pernah melihatmu lagi. Tadinya aku mengira kau sudah mengambil kematian..." kata Ned dengan haru. "Portia pasti akan senang sekali bisa bertemu denganmu. Ia masih merindukan Luna..."     

Lauriel mengangguk. "Portia adalah satu dari sedikit manusia yang aku sukai. Aku tak mau melewatkan momen bahagianya."     

Ned tampak senang sekali. Ia mengantar rombongan tamu kehormatannya ke bagian aula yang disediakan khusus, dengan keluarganya sendiri.     

"Apakah Alexei sudah tiba?" tanya Caspar saat mereka sudah duduk.     

Ned menggeleng. "Belum. Katanya masih di perjalanan. Kalian ada urusan apa?"     

Ia tahu Caspar dan Alexei bermusuhan sejak dulu. Caspar tak mungkin mencari Alexei kalau tidak ada urusan penting.     

"Hanya urusan di antara dua laki-laki," kata Caspar sambil mengangkat bahu.     

"Aha. Baiklah. Aku akan memintanya segera ke sini begitu ia tiba," kata Ned cepat. "Kalian silakan beristirahat dan makan minum, aku akan menyapa tamu-tamu yang lain dulu. Pernikahan dimulai satu jam lagi."     

Musik klasik yang dimainkan orkestra mengalun di udara membuat suasana tampak megah sekali. Seorang penyanyi tenor dan soprano bersahut-sahutan melantunkan lagu cinta dari opera Italia yang sangat syahdu.     

Kesenyapan akibat kehadiran Lauriel telah berganti dengan bisik-bisik di antara para tamu yang membicarakan Lauriel dan 'anaknya' serta mempertanyakan anggota kelompok Lauriel yang tidak lengkap.     

"Mereka semua membicarakan Lauriel, ya?" tanya Finland keheranan. "Apakah dia memang tidak pernah datang ke acara seperti ini?"     

"Benar. Dia tidak suka keramaian," jawab Caspar. "Banyak orang yang keheranan karena sekarang tiba-tiba saja melihatnya di sini."     

"Oh..."     

Lauriel memang tampak keren sekali dan banyak gadis-gadis Alchemist yang masih sendiri terang-terangan menatap ke arahnya, berusaha menarik perhatiannya. Tetapi mereka harus kecewa karena pemuda itu tampak acuh tak acuh dengan sekelilingnya. Ia hanya bersikap awas ke arah pintu masuk. Setiap kali pintu terbuka ia akan memastikan bahwa yang datang bukan Alexei.     

Satu jam kemudian orang yang mereka tunggu-tunggu itu pun tiba.     

Marion yang menyamar sebagai Katia masuk terlebih dulu dengan langkah anggun seorang ratu diikuti oleh seorang pemuda berambut cokelat dan bermata ungu serta beberapa anak buahnya. Pandangan 'Katia' dan Alexei menyapu ruangan dan segera tertumbuk pada kelompok Caspar dan Lauriel yang sedang menatap ke arah mereka dengan pandangan tajam.     

Kedua kelompok itu beradu pandang untuk sesaat lamanya. Alexei sempat terlihat shock saat melihat Caspar dan Lauriel bersama, dengan Finland dan Aleksis yang sehat di tengah mereka. Ia tahu anak itu sudah berhasil disembuhkan dan ia tak memiliki alat lagi untuk memeras Lauriel, tetapi wajahnya tampak tidak berubah. Alexei sangat pandai menjaga air mukanya tetap datar.     

"Hmm... ini akan menjadi pesta yang sangat meriah," gumamnya ke arah 'Katia' lalu menggenggam tangan gadis itu dan mengajaknya berjalan melintasi ruangan menuju ke arah Ned. 'Katia' tampak melempar pandangan dingin ke arah Caspar dan Lauriel. Sungguh, kalau Caspar tidak tahu itu adalah Marion yang sedang menyamar, ia pasti akan mengira gadis yang berjalan bersama Alexei itu adalah Katia sendiri.     

Caspar menoleh ke arah Lauriel dan mengangguk.     

"Marion akan menunggu saat yang tepat untuk membekuk Alexei," kata Lauriel singkat. Ia menyesap wine-nya, "Kita selesaikan dulu acara pernikahan ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.