The Alchemists: Cinta Abadi

Tawaran Caspar



Tawaran Caspar

0Caspar dan Finland buru-buru menyelesaikan kegiatan mereka sebelum keluar ruang kerja untuk mengambil Aleksis dari Kara dan mengagumi gambar buatannya.     

Bocah itu menggambar banyak sekali cacing dan daun di atas kertas gambarnya dan dengan bangga berceloteh menerangkan nama masing-masing hewan tersebut, membuat orang tuanya tertawa.     

"Untuk anak umur dua tahun, gambarnya bagus sekali..." komentar Caspar. "Dia menuruni bakat seniku..."     

Finland menatap Caspar sambil geleng-geleng dengan senyum simpul di bibirnya. Suaminya ini masih suka memuji diri sendiri rupanya.     

"Aku tidak tahu kau punya bakat seni..." katanya. Finland seketika ingat Caspar memang pernah berniat menjadi mahasiswa sekolah seni di Hong Kong tiga tahun lalu saat memutuskan untuk mengambil identitas baru. Ia tak tahu Caspar sungguh-sungguh bisa melukis.     

"Oh... aku tidak pernah menunjukkannya ya? Beberapa tahun terakhir aku memang sedang tidak melukis, tetapi aku punya galeri di Singapura, kubangun di bulan kita bertemu pertama kali, sesudah aku membeli Hotel Continental. Aku sudah melukis ratusan tahun dan aku pertama kali bertemu Katia di pameran lukisanku," Caspar menjelaskan.     

Finland ingat Katia adalah seorang seniman dan bahkan ia sendiri yang mengurusi detail galeri pameran Katia 3 tahun lalu di Singapura. Ia tidak tahu Caspar dan Katia berbagi minat seni yang sama dan bertemu lewat lukisan. Mengingat gadis jahat itu seketika hatinya terasa sakit.     

Caspar pun memikirkan hal serupa dan ia menyesal menyebut nama Katia dalam pembicaraan mereka. Tadinya ia ingin mengalihkan perhatian Finland dari masalah mereka dan membuatnya tetap tenang dan gembira sambil mereka menunggu hasil dari The Wolf Pack dan Lauriel.     

"Tiga hari lagi, kita pasti akan mendapat kabar. Sementara itu aku juga tidak akan tinggal diam. Aku akan menghantam bisnis keluarga Meier supaya Alexei kerepotan dan lengah," kata Caspar kemudian. "Aku akan sibuk seharian besok mengurusi banyak hal. Kau bisa membawa Aleksis jalan-jalan ke kota bersama Kara dan Jadeith kalau kau bosan."     

Finland mengangguk.     

Ponselnya tiba-tiba berbunyi dan ia melihat ada panggilan video dari Lauriel.     

"Angkatlah, itu pasti penting..." kata Caspar. Finland menerima panggilan tersebut dan segera melihat wajah tampan Lauriel di layar. Matanya menyipit akibat sinar matahari yang menerpa wajahnya.     

"Hei... apa kabar?" tanya Lauriel.     

"Uhm... baik. Kau di mana sekarang?" tanya Finland.     

"Baru tiba di Manaus. Mumpung ada sinyal internet aku mau berbicara dengan Aleksis dan menanyakan kabarnya. Sebentar lagi aku akan masuk ke pedalaman untuk mengambil beberapa bahan ramuan, tidak akan ada sinyal selama 3 hari," jawab Lauriel.     

"Oh... Aleksis baik-baik saja, dia tadi berjalan-jalan ke danau dan kemudian menggambar cacing dan daun. Biar dia tunjukkan kepadamu hasil gambarnya..." Finland tersenyum saat mengarahkan ponselnya kepada Aleksis.     

"Ahh... cacing lagi?" Lauriel terdengar geli. Ia lalu berbicara dengan Aleksis selama beberapa menit dan menanyakan nama-nama cacing yang ada di gambarnya, lalu memuji rambutnya yang rapi - tidak seperti biasanya- dan gambarnya yang bagus, sementara Caspar dan Finland menatap adegan itu dengan pandangan rumit. Lauriel praktis merupakan sosok ayah bagi Aleksis selama dua tahun pertama kehidupannya dan hubungan keduanya dekat sekali. Caspar sedikit iri melihat kedekatan anaknya dengan Lauriel, tetapi ia hanya menelan perasaan itu, tidak mau mencari masalah baru.     

Bagaimanapun ia berutang budi kepada Lauriel yang telah menjaga keluarganya selama mereka berpisah.     

Setelah Lauriel puas ngobrol dengan Aleksis ia berbicara dengan Caspar dan mendengarkan hasil pertemuannya dengan anak buahnya.     

"Aku akan datang ke London secepatnya untuk bertemu Marion dan merencanakan pemberian racun kepada Katia. Aku akan memerlukan keahliannya untuk menyusup dan meracuni perempuan brengsek itu..." Lauriel berpikir sejenak, "Menurutku seminggu lagi aku sudah bisa datang."     

Caspar tiba-tiba ingat betapa wajah Marion tampak terkejut ketika mendengar Lauriel akan membuat racun Medusa dan penawarnya. Ia merasa ada hal yang janggal dengan ekspresi gadis itu dan berpikir bahwa membuat penawar racun Medusa mungkin tidak sesederhana yang diduganya.     

"Lauriel... tentang penawar Medusa... Kau bilang hanya akan mengambil jalan itu kalau terpaksa," Caspar menelan ludah dan mencoba mengatur pertanyaannya dengan baik. "Apakah penawarnya sangat sulit dibuat?"     

Lauriel terdiam beberapa saat lamanya baru akhirnya menjawab, "Ya."     

"Oh..." Finland menekap bibirnya dengan kalut. Lauriel segera mendeham dan mengalihkan perhatian mereka. Ia tak ingin membuat Finland cemas.     

"Aku adalah ahli racun terbaik yang pernah ada. Aku tidak akan gagal. Kalian tidak usah kuatir. Aku pergi dulu. Beberapa hari lagi kalau ada sinyal aku akan telepon lagi."     

Panggilan pun ditutup.     

Caspar dan Finland saling pandang.     

"Kau ingat reaksi Marion saat Lauriel bilang ia akan menggunakan racun Medusa? Perasaanku tidak enak..." kata Caspar pelan. "Aku akan mencoba menanyakan kepada Marion apa yang membuatnya begitu cemas."     

"Baiklah... Ugh... semoga kekuatiran kita tidak beralasan," gumam Finland.     

Mereka bermain selama satu jam dengan Aleksis sebelum kemudian Caspar harus bertemu dengan direktur Academi yang datang dari New York atas undangannya. Mereka berdiskusi beberapa lama di ruang kerjanya sementara Finland membacakan buku untuk Aleksis.     

Setelah tamunya pergi Caspar kembali menghabiskan waktu dengan Finland dan Aleksis lalu mereka bersiap untuk makan malam. Ia merahasiakan detail pembicaraannya dengan direktur Academi karena tidak ingin membahas hal-hal mengerikan dengan istrinya. Selama makan malam ia berusaha membuat Finland melupakan masalah mereka dengan memintanya menceritakan proyek-proyeknya bersama LTX. Finland yang senang bekerja dengan senang hati membahas detail pekerjaan dan klien-klien yang sudah ditanganinya selama ini.     

"Hmm.. jadi kalau berinvestasi di Indonesia sekarang sudah lebih praktis, ya?" tanya Caspar dengan penuh minat.     

"Iya, tapi tolong kalau kau mau berinvestasi, lebih baik fokus pada energi terbarukan saja, saat ini di Indonesia masih sangat dibutuhkan investasi di bidang ini. Belum banyak yang berminat karena return on investment-nya lebih lama diperoleh dibandingkan bisnis lain yang lebih menggiurkan seperti pertambangan, kelapa sawit, dan e-commerce, tapi menurutku di masa depan energi terbarukan akan lebih berkelanjutan, dan ini baik bagi bumi..." kata Finland bersemangat.     

"Kau bisa bekerja untukku dan menjadi penasihat investasi di perusahaanku untuk kawasan Asia Tenggara," kata Caspar sambil tersenyum manis, "Aku tahu kau senang bekerja, dan aku tak ingin mengurungmu di rumah tanpa dapat melakukan hal yang kau sukai. Kau bahkan bisa bekerja di kantor mana saja yang kau inginkan dan aku tidak akan ikut campur, semuanya akan dijaga tetap profesional. Kau tidak usah mengaku sebagai istriku biar kau tidak perlu merasa canggung terhadap teman-teman kantormu..."     

Mata Finland terbelalak besar sekali mendengar penawaran Caspar. Oh, alangkah menyenangkannya bila dapat bekerja bersama Caspar! Dan ia bisa tetap menjadi seorang profesional. Ia tak pernah memikirkan kemungkinan ini sebelumnya.     

Ia sudah rela berkorban untuk berhenti bekerja demi tinggal bersama Caspar dan Aleksis, tetapi tentu saja di dalam hatinya ada sedikit rasa sedih karena ia akan merasa kehilangan. Baginya, bekerja bukan hanya untuk mencari nafkah, karena selama ini uang yang diberikan Caspar masih sangat banyak tersisa di rekeningnya. Ia bekerja untuk menyalurkan semangat dan kecerdasannya serta untuk memperoleh kepuasan batin saat ia masuk dari proyek satu ke proyek berikutnya.     

"Tapi aku tidak bisa menjadi penasihat investasi... pengalamanku belum banyak..." kata Finland. "Selama ini aku baru bekerja untuk LTX International saja."     

"Dari apa yang kudengar, kau sangat bagus dalam bekerja dan penuh dedikasi, sehingga bosmu sampai mempromosikanmu untuk pindah ke Amerika dalam waktu hanya 6 bulan, dan di Amerika kau sudah melakukan begitu banyak proyek selama 2,5 tahun. Kalau kau tidak percaya diri dengan jabatan penasihat, aku bisa memberimu jabatan konsultan atau research associate, terserahmu saja..."     

Kedua mata Finland berbinar-binar. Ini adalah win-win solution bagi keduanya. Finland dapat tetap bekerja, tetapi pada saat yang sama, ia akan semakin dekat dengan Caspar.     

"Aku bersedia..." katanya dengan suara penuh semangat. "Aku mau bekerja untukmu... Asalkan semuanya bisa tetap profesional."     

"Tentu saja. Kau mau tinggal di kota apa? Kita bisa tinggal di New York, Singapura, Berlin, Hong Kong... di mana pun kau inginkan. Nanti aku carikan posisi di kantor perusahaanku di kota tersebut." Caspar sangat senang karena Finland menyambut baik penawarannya. Ia sendiri tidak perlu bekerja. Ia hanya bekerja untuk menyenangkan hati, dan ia sangat mengerti apa yang dirasakan Finland. Karena itulah ia memikirkan solusi ini untuk mereka berdua. Di mana pun Finland memilih bekerja, ia akan memindahkan basis pekerjaannya ke sana. Mereka dapat bersenang-senang bersama.     

"Aku akan memikirkan dulu..." kata Finland. Ia sangat bahagia dengan perkembangan baru ini dan tidak sabar ingin segera memikirkan pekerjaan barunya dan kehidupan mereka bersama. Sebentar lagi... setelah semua masalah ini selesai. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Caspar dan mencium bibirnya penuh rasa terima kasih. Ia tahu Caspar sangat memahaminya. Ia merasa sebagai perempuan paling beruntung di dunia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.