The Alchemists: Cinta Abadi

Berhenti Bekerja



Berhenti Bekerja

0Setelah semua tamunya pergi, tinggallah Finland dan keluarga kecilnya di ruang makan yang begitu besar. Caspar berusaha membuat suasana terasa ringan dengan mengajak Aleksis bermain. Ia tak ingin Finland menjadi semakin cemas. Waktu mereka tinggal 10 hari.     

"Kau adalah putri tercantik di dunia... Kau tahu itu, kan?" tanya Caspar sambil mencium rambut anaknya. Aleksis tersenyum lebar dan mengangguk. Caspar menoleh ke arah Finland yang memandangi keduanya dengan terpukau dan tersenyum tipis, "Kau masih ada pekerjaan? Aku bisa mengurusi Aleksis."     

Finland seketika teringat bahwa laporan yang sedang dikerjakannya masih harus diselesaikan dan dikirim ke kantornya di San Francisco. Jam 3 siang di Jerman berarti sebentar lagi jam kantor di Amerika akan buka. Tony pasti sudah menunggu-nunggu laporan darinya.     

"Uhm... aku masih ada pekerjaan. Kau tidak perlu bekerja?" tanya Finland balik.     

"Aku hanya bekerja untuk bersenang-senang, seperti yang selalu kubilang, perusahaan bisa berjalan sendiri tanpaku, apalagi ada Stanis yang mengawasi semuanya. Saat ini yang membuatku senang adalah menghabiskan waktu dengan kalian. Aku tidak harus bekerja..." jawab Caspar sambil mengangkat bahu.     

Finland teringat betapa dulu Caspar sangat suka bekerja dan tak pernah lepas dari laptopnya, bahkan saat mereka bersama. Ia hanya benar-benar tidak menyentuh pekerjaan saat mereka bulan madu di Spanyol. Ternyata ia bisa berubah begini...     

"Kau sudah berubah..." kata Finland sambil tersenyum. "Sekarang kau tidak lagi cemburuan, tidak workaholic, dan lebih pengertian..."     

"Hei... aku kan sudah mengerti setelah tiga tahun kita berpisah, bahwa tidak ada hal yang lebih penting daripada keluarga. Aku tidak akan menukar kalian dengan apa pun..." kata Caspar membela diri. "Kalau kau lebih suka aku workaholic seperti dulu, aku bisa kembali bekerja."     

"Ahahaha... tidak usah, jangan... aku suka kau yang begini. Aku akan mengirim laporanku dan mengurus semua tanggung jawabku dengan LTX. Setelah urusan kita beres aku akan mengajukan resign kepada Tony." Finland buru-buru mendekati Caspar dan menciumnya. "Kau benar, saat ini tidak ada yang lebih penting bagiku daripada kau dan Aleksis..."     

"Dan anak-anak kita berikutnya," kata Caspar menambahkan, sambil tersenyum jahil. Finland tertawa mendengarnya. Caspar memandangnya dengan lega. Ia berhasil membuat gadis ini tertawa lagi, setelah beberapa hari yang menegangkan.     

"Baiklah... aku kerja dulu. Apa yang akan kau lakukan dengan Aleksis?" tanya Finland kemudian.     

"Aku akan membawanya bersampan. Dia pasti suka melihat danau. Di bulan-bulan begini masih banyak angsa yang bermain di danau. Kami bisa memberi mereka makanan."     

"Oh... kedengarannya sangat menyenangkan..." Finland mengerucutkan bibirnya dengan iri. Ia harus bekerja sementara Caspar dan Aleksis bersenang-senang. Namun ia tak punya pilihan. Ia harus menyelesaikan tanggung jawabnya kepada LTX sebelum ia dapat mengundurkan diri.     

Setelah Finland menghilang ke ruang kerja, Caspar menuntun Aleksis dan membawanya berjalan ke danau di belakang kastil. Daun-daunan berwarna kuning dan merah yang memenuhi jalan setapak membuat Aleksis sangat tertarik dan beberapa kali berhenti memungutinya. Dengan sabar Caspar menungguinya dan menjelaskan tentang jenis-jenis daun itu satu persatu.     

"Uhm... kalau jamur yang itu Papa tidak tahu," katanya saat Aleksis mencabut sebatang jamur dari tanah dan mengacungkannya kepada Caspar, "Paman Rory ahli tanaman, nanti kalau dia datang kau bisa bertanya kepadanya."     

Berikutnya Aleksis menarik seekor cacing dari tanah dan mengacungkannya, membuat Caspar tergelak-gelak.     

"Astaga... kau tidak jijik melihat cacing? Sungguh anak yang aneh..." Ia mengacak-acak rambut Aleksis dengan gemas. "Ini pasti didikan Lauriel."     

Perjalanan mereka ke danau menjadi sangat lambat karena Aleksis sering sekali berhenti dan bertanya ini itu. Caspar tidak percaya betapa sabarnya ia menghadapi manusia kecil ini. Ia bukan orang yang penyabar, tetapi sepertinya untuk bocah itu sumur kesabarannya seakan tak berdasar.     

Mereka akhirnya sampai di danau dan dengan gembira keduanya bersampan di danau sambil bernyanyi dan memberi makan ratusan angsa yang sedang berenang dan bermalasan di danau.     

Dalam hatinya Caspar merasa bersyukur karena ia dapat kembali berkumpul dengan keluarganya, walaupun sekarang mereka masih menghadapi masalah berat akibat ulah Katia. Ia sangat bahagia karena mengetahui bahwa ternyata Aleksis adalah anaknya. Ia tidak perlu lagi cemburu kepada Jean ataupun Lauriel, karena Finland adalah miliknya seutuhnya, dan mereka sudah punya anak bersama.     

Ia membayangkan kalau semua masalah ini selesai mereka akan menyepi ke suatu tempat yang indah dan hidup bahagia, dan mereka akan melahirkan anak-anak lagi yang akan mengisi rumahnya dengan berbagai pertanyaan konyol tentang daun-daunan, jamur, cacing dan berbagai hewan lainnya. Mungkin mereka akan memelihara beberapa anjing dan kelinci.     

Mereka akan bepergian keliling dunia bersama dan menjelajah berbagai negara, ia tak sabar ingin menunjukkan kepada Finland tempat-tempat favoritnya di bumi. Tujuh tahun lagi ketika Aldebar kembali, Finland akan mendapatkan ramuan abadinya dan mereka dapat hidup bahagia selama-lamanya. Semua itu membuatnya tersenyum sendiri.     

***     

Di ruang kerja Caspar, Finland sedang menyiapkan conference call dengan timnya satu departemen Market Research. Ia sudah mengirimkan laporannya dan mereka akan mengadakan rapat jarak jauh selama satu jam untuk membahas perkembangan proyek mereka dan berkoordinasi dalam proyek berikutnya.     

Mereka menggunakan platform Zoom dan pada jam yang ditentukan semua orang sudah online. Finland sudah sebulan tidak mengikuti rapat seperti ini dan komunikasinya dengan teman-teman kantornya hanya sebatas email saat ia mendapatkan koneksi internet di Amazon dan Prancis. Ia belum sempat sama sekali menghubungi mereka saat di Singapura.     

"Heyy... Finland!! Apa kabar? Sudah 2 bulan lebih kau tidak masuk kantor... Mau kerja part time sampai kapan?" tanya Lucia begitu wajahnya muncul di layar. "Kami sudah rindu padamu."     

"Tinggal dua minggu lagi, setelah itu aku pulang ke San Francisco..." kata Finland. Ia terdiam sesaat sebelum menyampaikan berita buruknya. Ia akan berhenti bekerja. "Aku sudah tidak bisa bekerja di LTX lagi... Setelah aku kembali, aku akan mengajukan resign."     

"Astaga... kau tidak serius? Apa karena kau akan menikah dengan Jean?" tanya Anne cepat. "Kami sudah baca berita, ternyata dia itu temanmu ya? Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau punya teman orang terkenal? Kau tak bisa bayangkan kehebohan di kantor saat Lucia menunjukkan berita tentang kalian di Singapura... Eh, apa gosip itu benar, bahwa kalian pacaran? Apakah Aleksis anaknya?"     

Finland menggeleng-geleng. Ia tak mengira teman-teman kantornya sangat suka bergosip dan mereka dengan semangat mencecarnya untuk menceritakan tentang hubungannya dengan Jean.     

"Bos Tony juga temannya kok... Kalian tanya saja sendiri. Kami dulu satu kampus," kata Finland menghindar. Tony yang ada di ruangan meeting di San Francisco dan sedang meminum tehnya tampak tersedak. Ia melambaikan tangannya tidak ingin terlibat.     

"Aku tidak terlalu kenal dengannya, apalagi sejak peristiwa percobaan pembunuhan beberapa tahun lalu. Jean kehilangan ingatannya, bukan?" cetus Tony. "Tapi apa sekarang dia sudah mengingatmu? Kalian memang akan menikah? Kenapa kau harus berhenti bekerja?"     

Finland menggeleng-geleng, "Bukan, ini urusan pribadi. Jean tidak ada hubungannya dengan ini. Aku akan membereskan pekerjaanku sebelum resign, Bos tidak usah kuatir."     

Tony tampak agak cemberut. Ia sangat mengandalkan Finland selama ini dalam mengurusi market research di wilayah Indonesia dan agak malas mencari penggantinya.     

"Kau harus melatih penggantimu dulu, baru boleh berhenti kerja," katanya kemudian. "Aku akan mulai memasang iklan mencari karyawan, tapi kalau sudah ada pengganti, kau yang harus melatihnya. Aku tidak ada waktu untuk itu..."     

Finland terpaksa mengiyakan. Bagaimanapun ia berutang budi kepada Tony yang sudah membawanya ke Amerika dan memberinya pekerjaan sehingga ia bisa memulai hidup baru bersama Aleksis.     

Ia merasa lega karena sudah menyampaikan kepada bosnya tentang keinginannya berhenti bekerja. Ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena bagaimanapun teman-temannya di kantor San Francisco sangat baik kepadanya, Tony juga demikian. Sekarang ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama Caspar dan Aleksis.     

Mereka melanjutkan rapat dengan pembahasan laporan, kemajuan proyek dan perencanaan proyek berikutnya. Finland sangat menyukai bekerja, tetapi kali ini ia setuju dengan Caspar bahwa keluarganya lebih penting dan lebih menyenangkan daripada pekerjaannya.     

[Bagaimana kabarmu?] SMS dari Jean masuk setelah conference call Finland selesai.     

[Kabarku baik. Masih sedikit jet-lag, tapi semuanya sehat. Kau sedang apa?] balas Finland.     

[Masih merampungkan syuting film 'Normandy'. Minggu depan begitu selesai aku akan langsung ke Paris. Dari sana baru berangkat ke Skotlandia. Aku sudah menerima undangan dari Ned. Tolong bilang Caspar aku mengucapkan terima kasih ya, karena sudah mengurusi ini. Aku tak sabar ingin bertemu dengan semua orang alchemist lainnya...]     

[Tentu saja. Kau sekarang bagian dari mereka, kau harus kenal siapa saja keluarga besarmu yang baru.]     

[Kau selalu bilang 'mereka' kalau bicara tentang kaum Alchemist, tidak pernah bilang 'kami', bukankah kau juga bagian dari mereka?]     

Pertanyaan Jean yang tiba-tiba ini membuat Finland tertegun. Ia tak tahu harus menjawab apa. Ia tak ingin Jean mengetahui bahwa ramuan abadi yang diminumnya adalah ramuan untuk Finland dan gadis itu sekarang terpaksa menunggu tujuh tahun lagi hingga Aldebar kembali, baru ia dapat memperoleh ramuan berikutnya.     

[Aku salah bicara. Maksudku 'kami'.] Akhirnya ia memilih berbohong. Jean tidak perlu mengetahui hal ini. Ia tak ingin Jean merasa bersalah kepadanya karena ramuan yang tidak penting itu.     

[Hmm... baiklah. Aleksis baik-baik saja?]     

[Semuanya baik. Kau jangan kuatir. Aku juga sudah memutuskan untuk berhenti bekerja setelah semua masalah ini selesai dan tinggal bersama Caspar.]     

[Kau tidak akan bosan? Kau kan seorang workaholic.] komentar Jean, membuat Finland tersenyum kecil. Ia sadar dirinya memang hampir se-workaholic Caspar, tetapi sekarang ia juga sudah berubah.     

[Aku bisa mencari kesibukan lain. Sesudah aku berhenti bekerja dan kalau kau tidak sibuk, sering-seringlah datanglah ke rumah kami dan berkunjung, biar aku tidak bosan.]     

[Itu pasti.]     

Finland sangat senang memikirkan kini Jean sudah menjadi bagian dari kaum Alchemist. Beberapa tahun lalu ia begitu kalut karena harus meninggalkan Jean dan menghilang dari hidupnya karena ia tak boleh memberi tahu tentang kehidupan kaum Alchemist. Kini semua seolah berjalan di alur yang baik. Ia memiliki keluarga dan sahabatnya di sisinya. Sungguh ia tak perlu apa-apa lagi.     

Sekarang tinggal memikirkan bagaimana memperoleh penawar racun bagi Aleksis. Dalam hati ia memikirkan kabar Lauriel yang belum ada beritanya. Apakah Lauriel sudah berhasil membuat racun yang direncanakannya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.