The Alchemists: Cinta Abadi

Kedatangan The Wolf Pack



Kedatangan The Wolf Pack

0Finland sangat mengantuk keesokan harinya saat bangun tidur karena perbedaan waktu di Eropa yang 6 jam di belakang Singapura, apalagi setelah makan malam mereka tidak segera tidur melainkan menghabiskan waktu beberapa jam untuk bercinta melepaskan kerinduan karena perpisahan selama hampir 3 tahun. Saat ia membuka mata suasana masih terasa gelap karena tirai blackout yang sengaja dipasang agar ia tidak terbangun akibat silau. Ketika mengambil ponselnya dari meja di samping tempat tidur ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.     

Caspar sudah tidak ada di sisinya. Seperti biasa ada segelas minuman ditaruh di meja di samping tempat tidurnya, yang segera diminum Finland dengan perasaan haru. Ia buru-buru menghabiskan minumannya lalu bangkit dan keluar kamar. Ia malu sekali karena bangun kesiangan dan membuat Aleksis terlantar sepagian.     

Ia berjalan tergesa-gesa hendak ke kamar Aleksis ketika Kara lewat dan menyapanya.     

"Selamat pagi, Nyonya. Tuan menunggu di ruang makan bersama nona kecil."     

"Oh..." Finland mengangguk dan segera mengganti arah langkahnya. Ia turun ke lantai satu dan menuju ruang makan besar tempat Caspar menunggunya bersama Aleksis. Di sana ia melihat keduanya sedang menikmati sarapan dengan santai dan seketika hatinya menjadi lega.     

"Maafkan aku terlambat bangun," kata Finland. "Biasanya pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan Aleksis untuk dijemput Rory dan aku pergi bekerja. Rasanya selama beberapa minggu ini aku sudah terlalu dimanjakan karena bekerja part time."     

"Oh... kau boleh bangun siang kapan pun kau inginkan," kata Caspar cepat-cepat, "Kau tidak sendirian lagi. Ada begitu banyak pelayan yang bisa membantu mengurusi Aleksis, ada aku juga. Kau tidak usah mengerjakan semuanya sendirian."     

Finland lupa bahwa sekarang ia sudah bukan seorang ibu tunggal yang bekerja keras di San Francisco dan harus menitipkan anaknya kepada Lauriel setiap hari. Kini ada banyak staf yang bisa membantunya, dan Caspar juga ternyata sedari tadi sudah mengurusi Aleksis dengan telaten dan senang hati. Ia menarik napas lega. Sungguh tenang rasanya, kini tidak harus memusingkan segala sesuatunya sendirian lagi.     

Finland menghampiri Caspar dan menciumnya dengan lembut, "Terima kasih."     

Caspar memejamkan matanya dan balas mencium Finland beberapa lama, ia lalu menarik gadis itu ke pangkuannya dan memeluknya dari belakang.     

"Aku senang kita sudah kembali seperti dulu..." katanya pelan. Ia membicarakan kegiatan mereka semalam. Sejak bertemu kembali di Singapura, ia sudah sangat ingin bercinta dengan Finland, tetapi bagaimanapun ada rentang beberapa tahun saat mereka berpisah akibat kesalahpahaman di antara keduanya dan ia ingin memulai kembali hubungan di antara mereka dengan awal yang baik, bukan semata-mata karena kebutuhan seksual.     

Saat Finland memintanya menemani tidur di penthouse setelah pertemuan mereka di lobby, ia harus menahan diri agar tidak meluapkan kerinduannya dengan meniduri Finland. Ia tak mau mengambil kesempatan di saat gadis itu sedang sangat rapuh dan kemudian menyesalinya.     

Untunglah saat itu ada begitu banyak masalah yang memenuhi pikirannya sehingga ia bisa teralihkan. Semalaman itu ia tidak bisa tidur karena berpikir, dan pagi-pagi sekali segera pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Terry, lalu menyiapkan sarapan dengan mengundang Lauriel dan Jean ke penthousenya.     

Saat Finland menciumnya di bandara karena berterima kasih atas pertolongan Caspar yang menyelamatkan nyawa Jean, barulah Caspar merasa suasana di antara mereka menjadi cair seperti dulu, dan itulah sebabnya begitu mereka tiba di Jerman ia tidak lagi menahan diri dan melampiaskan kerinduannya selama ini kepada Finland.     

Ia merasa senang karena cintanya disambut hangat. Ia dapat merasakan bahwa Finland merasakan kerinduan yang sama besarnya kepada dirinya, dilihat dari responsnya saat mereka bercinta. Gadis itu sangat bersemangat dan melupakan kelelahannya sendiri setelah terbang 12 jam. Setelah akhirnya Finland puas dan lelah, Caspar menghentikan permainan cinta mereka dan membiarkan gadis itu tidur.     

Waktu sudah hampir pukul 4 pagi dan ia sadar Aleksis akan bangun sebentar lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak tidur dan mengurusi anaknya selama Finland beristirahat. Gadis itu telah mengurusi Aleksis sendirian selama dua tahun, ia layak mendapatkan waktu istirahat tanpa terganggu, pikir Caspar. Karena itulah ia memastikan suasana tetap gelap dan Finland bisa tidur nyenyak sepuasnya sementara ia bersiap-siap menyambut pagi dan menghabiskan waktu bersama Aleksis.     

Mulai kini mereka akan kembali bersama, dan ia akan membalas semua waktu yang hilang dari mereka. Ia akan memanjakan kedua perempuan yang dicintainya itu dengan berlebihan dan melakukan apa saja demi membahagiakan mereka.     

"Aku juga senang..." bisik Finland. Ia menoleh ke belakang dan kembali mencium Caspar. "Terima kasih kau telah menjagai Aleksis pagi ini..."     

"Hei... kok berterima kasih? Dia kan anakku juga." Caspar pura-pura merengut, "Atau bukan?"     

Finland tertawa. Ia tidak terpancing sama sekali.     

"Kalian makan apa?" tanyanya.     

"Uhm... pancake istimewa buatanku. Kau mau?"     

"Kau bangun jam berapa? Tidak mengantuk? Kok sempat-sempatnya memasak sarapan?"     

"Aku tidak tidur. Tidak bisa tidur..." Caspar mengaku, "Nanti malam aku akan tidur lebih cepat. Setelah sarapan aku akan menerima anggota Wolf Pack yang lengkap. Mereka semua sedang menuju kemari."     

"Oh... kau tidak mengantuk?" tanya Finland terkejut. "Nanti kau sakit..."     

"Sedikit. Jangan kuatir. Ada banyak hal yang lebih penting daripada tidur..." jawab Caspar menenangkan. "Aku tidak akan sakit, ingat aku seorang Alchemists, tubuh kami lebih kuat daripada manusia biasa. Hanya kurang tidur tidak akan terlalu mempengaruhiku."     

"Uhm.. oke." Finland bangun dari pangkuan Caspar dan mencium Aleksis yang sedang makan mempermainkan pancake-nya. "Hei... putri kecil, kau biasanya tidak mempermainkan makanan. Sudah langsung lupa apa yang diajarkan Paman Rory mentang-mentang dia tidak ada di sini, ya?"     

Aleksis menatap ibunya dengan mata seperti anak anjing yang sedang dimarahi, membuat Finland menjadi tidak tega.     

"Astaga... cepat sekali dia menirumu..." seru Finland. Ia ingat dulu sering sekali mendapatkan tatapan 'puppy eyes' seperti itu dari Caspar kalau ia sedang menginginkan sesuatu dari Finland.     

Caspar tertawa terbahak-bahak. Ia tahu persis apa yang dimaksud Finland. Boleh jadi Aleksis secara fisik tidak terlalu mirip dengannya, tetapi selama beberapa hari ini ia bisa melihat sifat anak itu menuruninya bulat-bulat.     

"Aku tahu kau ingin dia menjadi anak penurut dan bertata krama dengan baik, seperti yang diajarkan Lauriel, tapi jangan salahkan aku kalau aku akan memanjakannya habis-habisan. Selama dua tahun aku tidak memperoleh kesempatan melihatnya dan merawatnya. Aku tak mungkin sampai hati memarahinya...." kata Caspar. "Sekarang kelemahanku menjadi dua. Kau dan Aleksis..."     

Finland menatap Caspar agak lama, dan akhirnya hanya bisa mengangguk enggan. Ia tahu dirinyalah penyebab Caspar tak dapat bertemu Aleksis selama dua tahun dan ia baru mengetahui dirinya memiliki anak beberapa hari yang lalu. Ia harus bisa memaklumi kalau ia tak bisa mengharapkan Caspar menjadi ayah yang keras terhadap Aleksis.     

Dalam hati ia tidak terlalu keberatan. Finland tumbuh tanpa ayah dan ibunya meninggal saat ia masih kecil. Tidak seorang pun pernah memanjakannya, hingga ia bertemu Caspar. Ia tak ingin Aleksis hidup menderita. Bila anaknya tumbuh dengan merasakan limpahan kasih sayang orang tua yang berlebihan, ia tidak keberatan.     

Finland akhirnya makan dengan cepat dan segera membantu Aleksis membereskan makanannya. Setelah sarapan keduanya mandi bersama di bathtub dan bersiap-siap dengan pakaian baru. Ibu dan anak terlihat mirip sekali walaupun warna mata keduanya berbeda. Saat mereka masuk ke perpustakaan menemui Caspar yang sedang bekerja, pandangannya sontak terpaku dan seulas senyuman lebar terukir di bibirnya.     

"Kedua gadisku cantik sekali..." katanya kemudian sambil memeluk mereka. "Kalian mau bermain atau membaca? Aku ada pertemuan dengan Wolf Pack sebentar lagi."     

"Uhmm... aku mesti bekerja," kata Finland. "Aku sudah berjanji kepada Tony akan bekerja dua hari dalam seminggu. Ada dua laporan yang seharusnya kukirim minggu kemarin. Aleksis akan menggambar sambil menemaniku bekerja."     

"Oh... " Caspar garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Ia berulang kali ingin menyuruh Finland berhenti bekerja, tetapi ia tahu dirinya tak boleh memaksakan kehendak. "Baiklah. Kita akan membicarakan tentang pekerjaanmu setelah dari Skotlandia. Kau mau bekerja di sini atau di ruang kerjaku?"     

"Kalian akan mengadakan pertemuan di sini?" tanya Finland.     

"Benar."     

"Kalau begitu aku ke ruang kerjamu."     

"Baiklah."     

"Tapi aku mau menemanimu di sini sampai mereka datang, tidak apa-apa, kan?" tanya Finland.     

Caspar tersenyum lebar dan mengangguk, "Tentu saja. Aku senang kalian di sini."     

Mereka berbincang-bincang sambil minum teh menunggu kedatangan Marion dan kawan-kawannya. Walaupun Finland ingin sekali mendengar apa rencana mereka untuk menyelamatkan Aleksis, ia sadar dirinya tidak akan terlalu berguna bila ada di antara mereka, dan ia tak ingin Aleksis mendengar hal-hal yang demikian serius di usianya yang masih sangat kecil. Karena itulah Finland memilih menyepi bersama Aleksis ke ruang kerja Caspar saat mereka mengadakan pertemuan.     

"Selamat pagi."     

Setengah jam kemudian pintu perpustakaan diketuk dan masuklah Marion diikuti 5 orang lainnya. Finland sudah mengenal Esso dan Petra. Dua dari pemuda yang baru datang ini terlihat memiliki wajah yang persis sama. Keduanya bertubuh ramping dan berambut panjang yang diikat pita merah dengan sepasang mata hijau bersinar-sinar.     

"Hei... si kembar Neo dan Endo," kata Caspar menyambut mereka. "Kalian bukannya sedang di Antartika?"     

"Baru pulang minggu lalu, dan kebetulan Bos Lauriel membutuhkan kami, jadi kami langsung ke sini," jawab salah seorang dari si kembar. "Kami sudah puluhan tahun tidak bertemu dengannya, jadi ini kesempatan langka."     

"Hei.. namaku Peach. Kita belum pernah bertemu," Orang terakhir yang berwajah paling serius dan berambut cepak mengulurkan tangannya menyalami Caspar, "Aku kebetulan tinggal di Munich, jadi bisa cepat datang ke sini."     

Caspar menyambut mereka dengan ramah dan mempersilakan mereka semua mengambil tempat duduk agar mulai membahas rencana mereka menangkap Alexei dan Katia.     

Finland kemudian permisi membawa Aleksis ke ruang kerja Caspar dan mencoba mengalihkan perhatiannya dari situasi berat yang mereka hadapi dengan membuat laporan riset untuk LTX. Dalam hati ia sangat lega karena ada begitu banyak pertolongan yang tersedia untuk mereka dan seccercah harapan terbit di hatinya saat memikirkan bahwa orang-orang paling pintar dan paling berkuasa di bumi sedang mengupayakan jalan untuk menyelamatkan Aleksis. Ia sangat terharu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.