The Alchemists: Cinta Abadi

Belum Pernah Sebahagia Ini



Belum Pernah Sebahagia Ini

0Keesokan paginya Jean dan Billie tiba di rumah sakit. Mereka langsung mengambil penerbangan paling awal ke Jerman dan bergegas mengunjungi Finland di rumah sakit. Lauriel dan Aleksis tiba pada siang hari, membawa beberapa mutiara dari kerang yang mereka ambil sendiri dari laut sebagai hadiah kelahiran.     

"Wah... terima kasih... kalian semua datang... aku tak menyangka... padahal kalian kan jauh sekali... Aku terharu..."     

"Ahahaha... kami pasti datang. Aku takkan melewatkan ini untuk apa pun," kata Jean sambil tersenyum lebar. Billie menyerahkan buket bunga yang sangat indah dan Finland menerimanya dengan sukacita.     

Hingga kini ia masih sulit percaya Billie yang dikaguminya kini menjadi kekasih Jean. Kalau ada perempuan yang dapat membuat sahabatnya bahagia, ia yakin itu adalah Billie. Ia hanya merasa agak sedih karena Aldebar baru akan bangun 6,5 tahun lagi, dan bila saat itu tiba, Billie sudah akan terlihat lebih tua dari Jean.     

"Aku mau menggendong London, bolehkah?" tanya Billie.     

"Tentu saja..." Caspar menyerahkan bayinya untuk digendong gadis itu dan dengan gembira Billie menggendong London dan membawanya ke jendela sambil menyenandungkan sebuah lagu baru yang tadi diciptakan di dalam kepalanya saat ia pertama melihat bayi itu.     

Finland menarik Jean ke dekatnya dan berbisik di telinganya, "Billie kelihatan sangat alami dengan bayi... kalian ada rencana mau punya anak?"     

Wajah Jean seketika memerah dan ia tertawa gelisah, "Uhm... aku tidak terburu-buru seperti suamimu. Bukankah aku punya waktu seumur hidup untuk memutuskan? Aku tak tahu apakah aku sudah siap menjadi seorang ayah. Aku sudah puas menjadi paman yang keren untuk anak-anak kalian."     

"Siapa yang buru-buru?" tukas Caspar sambil merengut, "Umurku per hari ini sudah 442 tahun. Untuk ukuran orang biasa aku ini sudah sangat terlambat."     

Finland dan Jean hanya tertawa mendengarnya, bahkan Lauriel tampak tersenyum tipis.     

"Baiklah... saat ini aku tidak terburu-buru. Kita lihat saja nanti. Aku juga belum menceritakan semuanya kepada Billie." Jean mengangkat bahu. "Mungkin 6 tahun lagi saat Aldebar bangun, aku akan menceritakan semuanya dan menikahi Billie lalu hidup selamanya bersamanya... Toh.. bicara sekarang juga tidak ada gunanya. Aldebar tidak ada untuk membuatkan ramuan abadi untuknya."     

Yang lain setuju dengan pemikirannya dan mengangguk membenarkan.     

Suasana di sayap rumah sakit itu sangat hangat dan dipenuhi kebahagiaan. Finland tak pernah bermimpi bahwa pada suatu hari ia akan merasa sebahagia ini. Pengalaman buruknya sedari kecil yang hidup dalam kemiskinan dan tanpa orang tua, serta tumbuh tanpa teman dan selalu dibully orang, kini sudah terasa sangat jauh.     

Ia kini dikelilingi orang-orang yang paling berarti dalam hidupnya, yang tulus menyayanginya dan menjadi bagian dari keluarganya.     

Finland si yatim piatu miskin sekarang memiliki keluarga besar yang hangat dan penuh cinta, dan ia tak pernah menginginkan apa pun lagi dalam hidupnya, karena seluruh dunia tersedia untuknya bila ia minta.     

***     

Keluarga yang berbahagia itu segera pulang di sore hari kedua karena tidak ingin berlama-lama berada di tempat umum. Wajah Billie dan Jean yang sangat terkenal telah mulai mendatangkan gerombolan jurnalis pencari berita dan mereka hanya ingin secepatnya menghindar untuk mendapatkan ketenangan.     

Ketika tiga mobil mewah keluarga Schneider tiba di halaman depan kastil, mereka disambut oleh Kara, Jadeith, dan belasan staf lainnya yang tampak sangat gembira.     

"Heii... selamat datang..."     

Finland dan Caspar tampak sangat terkejut ketika mereka memasuki kastil dan melihat di ruang depan telah duduk santai seorang pemuda berambut panjang keemasan yang mengenakan pakaian ala Victorian.     

"Kau?" Caspar harus mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan orang yang ada di depannya itu adalah adiknya.     

"Aku dengar dalam waktu tiga tahun saja aku sudah memiliki dua keponakan. Astaga... kalian ini..." seru pemuda itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.     

"Aldebar?" Caspar sangat terkejut tetapi juga senang saat melihat adiknya tahu-tahu muncul begitu saja, "Bukankah seharusnya kau bangun 6,5 tahun lagi? Apa yang terjadi?"     

Ia segera merangkul adiknya dengan hangat dan memeriksa apakah ada yang berubah, dan sesaat kemudian ia memukul bahunya karena merasa rindu pada Aldebar, "Kau tidak tahu betapa aku sangat merindukanmu."     

"Wah, tumben.." kata Aldebar sambil tertawa kecil. "Aku sudah tahu apa yang terjadi. Kara sudah menceritakan semuanya. Jadi malam ini aku akan bekerja dan membuatkan ramuan abadi untuk Finland agar ia bisa hidup abadi bersamamu."     

Jean yang baru masuk sudah mendengar perkataan Aldebar, dan seketika ia menjadi tertegun. Ia menatap Caspar dan Finland bergantian.     

Ia baru paham apa yang terjadi.     

"Benarkah itu? Finland belum meminum ramuan abadinya?" Ia tampak shock, "Apakah ramuannya itu yang kauberikan kepadaku?"     

"Jean, sudahlah... tidak usah dibahas lagi. Yang penting sekarang Aldebar sudah kembali..." kata Finland menenangkan, "Semuanya akan baik-baik, saja..."     

Jean tiba-tiba mendekap Finland dan Caspar bersamaan, ia merasa terharu sekali.     

Ia tak menyangka kedua orang ini merelakan ramuan abadi milik Finland untuk diberikan kepadanya, hingga sekarang ia bisa menjadi manusia abadi seperti mereka.     

Caspar yang belum pernah dipeluk oleh Jean mula-mula merasa kikuk, tetapi kemudian ia dapat menerima bahwa Jean, sebagai sahabat Finland, sekarang juga menjadi temannya. Bisa dibilang mereka sekarang sudah seperti keluarga.     

Ia pun membalas pelukan Jean dan menepuk bahunya.     

"Welcome to the family, Jean."     

Selamat datang ke dalam keluarga kami, Jean.     

Jean pun dulu tumbuh dalam kesepian seperti Finland, dan kini ia memiliki teman-teman dan keluarga yang sangat disayanginya.     

Ia merasa sangat terharu.     

Billie yang baru masuk dan tidak mengetahui apa yang terjadi sebelumnya hanya melihat ketiga orang itu berpelukan, dan ia ikut merasa tersentuh.     

"Sudah kubilang dulu, kan? Persahabatan kalian sangat menginspirasi..." katanya sambil tersenyum haru memandang ketiga orang itu.     

Karena Billie belum mengetahui rahasia kaum Alchemist, mereka berhenti membahas tentang ramuan keabadian dan berfokus pada Aldebar yang tiba-tiba muncul di kastil seperti ini.     

"Apa yang terjadi? Mengapa kau bisa tiba-tiba kembali seperti ini?" tanya Lauriel saat melihat Aldebar.     

"Oh, penelitianku terhenti. Aku sebenarnya sudah merancang alat untuk membangunkanku secara otomatis jika kondisi tubuhku menurun dan aku terancam mati." kata Aldebar menjelaskan apa yang terjadi, "Atau jika terjadi peristiwa darurat yang membuatku sangat dibutuhkan. Itu semua masuk dalam rencana cadanganku. Tak mungkin aku berlaku bodoh dan tetap tidur kalau ada peristiwa urgent, misalnya pecah perang atau ada keluargaku yang meninggal."     

"Lho... lalu peristiwa urgent apa yang memicu alatmu untuk membangunkanmu?" tanya Caspar heran. "Tidak ada perang dan tidak ada yang meninggal..."     

Dalam hati ia merasa gemas karena tidak tahu bahwa Aldebar bisa dibangunkan sebelum penelitiannya selesai. Kalau ia tahu, ia pasti sudah membangunkan adiknya itu berbulan-bulan yang lalu untuk membuatkan ramuan abadi bagi Finland.     

"Oh, tidak ada peristiwa urgent yang terjadi," Aldebar mengangkat bahu, raut wajahnya tampak agak malu, "Alatku ternyata rusak. Kemarin tiba-tiba saja detektornya menjadi kacau dan menyalakan peringatan otomatis, yang lalu membangunkanku padahal tidak ada apa-apa. Aku harus memperbaikinya."     

Astaga...     

Ternyata Aldebar terbangun lebih awal hanya karena kebetulan. Alatnya rusak. Ughh...     

"Tidak ada yang kebetulan di dunia ini," kata Lauriel tiba-tiba. "Aku tidak percaya kebetulan."     

Caspar mengangguk. "Apa pun itu, baik kebetulan atau tidak, aku sangat senang karena Aldebar sudah kembali bersama kita. Ini harus dirayakan."     

Ia memerintahkan stafnya membawakan sampanye terbaik dan gelas untuk mereka minum merayakan hari yang penuh kebahagiaan ini.     

Kemarin adalah hari ulang tahunnya, London lahir, Aldebar kembali, Lauriel sudah tidak menginginkan kematian, dan Finland serta anak-anaknya bisa segera minum ramuan keabadian mereka.     

Sungguh hari yang sempurna!     

Setelah hampir 9 bulan tidak minum wine, Caspar dan Finland sangat gembira karena mereka bisa kembali minum bersama dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terkasih mereka.     

"Ssshh.. Jean, sekarang kau harus memikirkan apa rencanamu dengan Billie, karena Aldebar sudah kembali..." bisik Finland ke telinga Jean saat Jean menuangkan sampanye kembali ke gelasnya.     

Jean hanya mengangguk rikuh, lalu mengerling ke arah Billie. Gadis itu cantik sekali, sangat berbakat, dan memiliki hati yang baik. Mereka memang sekarang sudah menjadi pasangan kekasih, tetapi Jean tak tahu apakah ia sudah mantap untuk hidup selamanya bersama Billie.     

Ia perlu waktu untuk berpikir.     

"Aku akan memutuskan tahun depan... Sekarang masih terlalu cepat," bisik Jean kepada Finland.     

"Baiklah. Tapi kalau kau tidak buru-buru, nanti dia diambil orang," kata Finland.     

Jean mengangguk.     

"Aku mengerti. Aku tidak sebodoh itu untuk mengulang kesalahan yang sama," katanya sambil tersenyum tipis. Finland hanya tertawa mendengarnya.     

Kelima orang yang sudah menganggap diri seperti keluarga itu menghabiskan waktu sepanjang sore dan malam bercakap-cakap sambil minum sampanye dan banyak tertawa.     

Finland belum pernah merasa sebahagia ini.     

.     

.     

*** THE ALCHEMISTS **** TAMAT ***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.