The Alchemists: Cinta Abadi

Sangat banyak cinta untuknya...



Sangat banyak cinta untuknya...

0Aleksis sudah memastikan Carl dan Sasha menemani anjingnya di penthouse sehingga mereka tak dapat melihatnya turun ke lobi berpegangan tangan dengan seorang pria bertopeng dan kemudian masuk ke mobil Mercedes anti-peluru miliknya.     

Aleksis tak ingin mereka melaporkan hal ini kepada ayah dan ibunya yang sedang berbulan madu untuk kesekian kalinya di Seychelles. Ia kuatir orang tuanya akan terganggu mendengar berita tentang dirinya dan kemudian segera berangkat ke Singapura.     

Cukup Paman Rory saja yang datang minggu depan, pikirnya.     

Alarik membawakan tas Aleksis dan menaruhnya di bagasi, lalu mengikuti gadis itu duduk di bangku belakang. Ruangan kursi belakang itu sangat privasi karena memiliki kaca gelap dan ada pembatas dengan kursi depan tempat supir berada.     

Aleksis menyukai privasi, bila itu bersama Alaric. Mereka saling memandang ketika pintu mobil sudah ditutup dan kendaraan itu mulai bergerak.     

Alaric masih terpesona melihat penampilan Aleksis yang sangat cantik. Ia tak habis pikir mengapa seorang gadis yang demikian menarik sengaja menjelekkan dirinya dengan pakaian kuno dan kacamata kebesaran.     

"Tadinya aku pikir kau punya selera fashion yang sangat buruk... aku ingin mengajakmu belanja dulu dan memberikan masukan busana yang akan membuatmu lebih menarik... tapi rupanya itu tidak perlu. Aku yang kecolongan..." kata Alaric sambil menatap Aleksis dengan pandangan kagum. "Kau pasti punya alasan sendiri, mengapa kau sengaja berpenampilan jelek..."     

Aleksis mengangguk, "Orang tuaku kuatir kalau aku terlalu menarik perhatian, akan banyak laki-laki iseng yang menggangguku dan akan membuat hidupku tidak nyaman..."     

"Hmmm... dan kau tidak keberatan dengan itu?" tanya Alaric dengan penuh perhatian, "Tentu melelahkan harus berpura-pura menjadi orang yang bukan dirimu sebenarnya..."     

Aleksis tidak pernah memikirkan itu sebenarnya. Ia tidak terlalu peduli penampilan, tetapi kalau boleh jujur, ia memang berharap tak perlu harus sengaja membuat dirinya jelek hanya untuk menghindari gangguan pria iseng.     

Masalahnya kalau ia tidak begitu, Carl dan Sasha akan menghajar banyak sekali pria yang kurang ajar dan mengganggu Aleksis. Mereka akan menarik sangat banyak perhatian...     

"Aku tidak punya pilihan..." kata Aleksis sambil mengangkat bahu.     

Alaric tampak berpikir sejurus, ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.     

"Pavel, kau panggil Takeshi dan Mischa ke Singapura. Aku ingin mereka bekerja untukku. Mereka akan kutugasi untuk melindungi Aleksis," katanya singkat. Terdengar jawaban mengiyakan dari Pavel, dan Alaric menutup ponselnya.     

"Eh... siapa itu Takeshi dan Mischa?" tanya Aleksis keheranan.     

Alaric tersenyum sedikit, "Takeshi dan Mischa adalah dua assassins-ku dari level Phoenix dan Naga. Mereka sudah cukup lama berlibur, aku yakin mereka akan senang datang ke Singapura dan menikmati pergantian suasana baru dengan bekerja untukku. Aku takkan membiarkan siapa pun mengganggumu. Kau bisa menjadi dirimu sendiri tanpa harus kuatir akan gangguan laki-laki iseng. Biar Takeshi dan Mischa yang membereskan mereka..."     

Astaga....     

Aleksis menatap Alaric dengan ekspresi tercengang.     

Bukan hanya soal privasi, Alaric pun sangat mirip ayahnya dalam hal perlakuan over protective terhadap dirinya. Bukankah Carl dan Sasha mengikuti Aleksis pindah ke Singapura karena disuruh ayahnya untuk melindunginya?     

Sekarang Alaric ingin menambah pengawalannya dengan dua orang pembunuh paling berbahaya dari Rhionen Assassins...     

"Kenapa? Kau tidak suka?" tanya Alaric.     

Aleksis bingung harus memberi alasan apa untuk menolak pengawalan yang disediakan kekasihnya itu. Kalau ia menerima, rasanya akan lucu sekali kalau Carl dan Sasha mengawal Aleksis dari jauh, tanpa mengetahui bahwa Takeshi dan Mischa juga mengawal gadis itu diam-diam.     

"A... aku suka. Tapi mereka jangan sampai menarik perhatian, ya..." katanya cepat.     

Baiklah.... sebaiknya ia terima dulu kehadiran Takeshi dan Mischa ini. Nanti baru ia pikirkan bagaimana mengurusi mereka.     

Mobil tiba-tiba berhenti dan Alaric memberi tanda agar Aleksis diam di tempat sementara ia keluar dan membeli sesuatu. Aleksis menurut dan menunggunya di dalam mobil dengan sabar.     

Lima menit kemudian pria itu masuk kembali dengan membawa karangan bunga bernuansa ungu yang cantik sekali, dan menyerahkannya kepada Aleksis. "Ini untukmu..."     

Aleksis yang tidak mengira akan diberikan bunga tampak terkejut dan terharu menerimanya, "Wahh.. ini cantik sekali... terima kasih..."     

"Karena ini adalah kencan pertama kita sebagai kekasih... kita harus melakukannya dengan semestinya. Kau sudah berdandan cantik sekali, tentu aku harus memberimu bunga..." kata Alaric.     

"Aw... kau ini penuh perhatian sekali..." puji Aleksis. Ia sangat senang karena merasa ia memilih pria yang tepat sebagai kekasih. Terlepas dari latar belakang dan prinsip Alaric yang sangat berbeda darinya, Aleksis merasa mereka saling mengisi dan sangat cocok.     

Dalam hati ia menganggap bahwa pada dasarnya Alaric adalah orang yang baik, hanya saja ia terlalu dalam menyimpan dendam, karena sudah terlalu lama hidup sebatang kara. Mungkin... kalau Aleksis membuka hatinya, ia akan dapat berubah.     

Aleksis percaya pada kekuatan cinta... ha ha ha.     

Melihat wajah Aleksis yang cerah berbunga-bunga, Alaric tidak dapat menahan diri dan mendaratkan ciuman ke bibir merahnya. Gadis itu menyambut dengan malu-malu dan menyingkirkan bunganya ke samping, lalu membalas ciumannya.     

"Warna bunganya seperti warna matamu, biru keunguan, indah sekali..." kata Aleksis setengah berbisik. "Aku akan selalu mengenang hari ini..."     

"Hmm... aku tidak sengaja memilih bunga berwarna itu.... tadi menurutku itu yang paling cantik, walaupun tak dapat dibandingkan denganmu..." kata Alaric sambil tersenyum simpul. "Aku senang kau menyukainya."     

"Aku sangat suka." Aleksis lalu menyandarkan kepalanya di bahu Alaric dan mengagumi bunganya, sambil berkali-kali menghirup wanginya. Alaric memejamkan matanya dan menikmati momen itu dalam hati. Ia belum pernah merasakan perasaan begini hangat di dadanya.     

Semua ini karena seorang gadis menggemaskan bernama Aleksis yang begitu saja menerobos masuk ke dalam hidupnya bagaikan badai, tanpa ia dapat menolak. Ia ingat baru kemarin ia menjalani hidup seperti biasa, tetapi pertemuan mereka tadi malam di pesta perusahaannya di Sky Bar membuat hidupnya seperti berbalik arah dengan drastis.     

Siapa yang menyangka dalam waktu kurang dari 24 jam ia sudah memiliki kekasih? Kini mereka sedang bersiap untuk kencan pertama dengan berlayar di laut dan menghabiskan waktu indah di bawah jutaan bintang di langit malam yang cerah.     

Tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyuman, yang menarik perhatian Aleksis. Gadis itu ikut tersenyum membayangkan perasaan Alaric sama bahagianya dengan dirinya.     

Mungkin yang dibutuhkan Alaric adalah cinta, agar ia dapat berubah menjadi lebih toleran terhadap sesama manusia....     

Kalau memang demikian, ia tak perlu kuatir, karena Aleksis punya sangat banyak cinta untuknya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.