The Alchemists: Cinta Abadi

Di bawah bintang-bintang...



Di bawah bintang-bintang...

Pavel tampak menjadi salah tingkah melihat sikap bosnya yang terpesona menatap Aleksis dengan tidak berkedip. Ia buru-buru memunguti semua dokumen di meja dan permisi keluar.     

Aleksis memandang kepergian Pavel dengan senyum dikulum, dan setelah laki-laki itu menghilang di balik pintu, ia segera menghambur ke pangkuan Alaric yang masih terpukau melihatnya.     

"Kenapa memandangku begitu? Kau seperti orang lapar..." godanya.     

Alaric menelan ludah lagi. Ia tak dapat berkata-kata.     

"Astaga, lidahmu dimakan kucing ya? Kok nggak bicara apa-apa?" tanya Aleksis pura-pura tidak mengerti bahwa penampilannya yang baru tentu sangat mengejutkan Alaric.     

Dalam hati ia terharu karena Alaric sebenarnya sudah menyukainya walaupun ia masih berpenampilan jelek. Menurutnya pria itu pantas diberi hadiah karena menerima Aleksis 'apa adanya' dengan menunjukkan betapa sebenarnya Aleksis itu sangat cantik, di balik penyamarannya yang kuno dan lusuh.     

Aleksis mewarisi gen yang sangat rupawan dari ayah dan ibunya, ditambah lagi ia telah minum ramuan keabadian dari Paman Aldebar, membuatnya menjadi 100 persen Alchemist yang memiliki tubuh dan wajah dengan proporsi dan simetri sempurna.     

Usianya sekarang belum genap 20 tahun, yang berarti ia masih akan tumbuh dan kemudian baru akan berhenti setelah semua sel dalam tubuhnya terbentuk sempurna. Bisa jadi ia akan menjadi jauh lebih cantik lagi selama beberapa tahun ke depan.     

Alaric ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan Aleksis dengan mengatakan bahwa gadis itu sangat cantik dan ia terpukau, tetapi lidahnya tak sanggup berkata-kata. Begitu ia membuka mulutnya, alih-alih suara yang keluar, ia malah terdorong untuk mencium gadis itu.     

Alaric akhirnya menyerah pada gairah yang sudah menjeratnya dari saat pertama ia melihat Aleksis masuk ke ruangan dengan penampilan barunya. Ia menarik wajah Aleksis ke dekat wajahnya kemudian bibirnya melumat bibir gadis itu dengan antusias, bagaikan tak ada puasnya.     

Aleksis secara insting membalas ciumannya ketika lidah Alaric telah masuk dan menjelajah mulutnya lalu mereka pun saling berpagutan di kursi beberapa lamanya.     

"Kau sungguh membuatku kecanduan ciumanmu..." bisik Alaric di sela-sela ciumannya. "Kau ini seperti bukan manusia..."     

Aku memang BUKAN manusia normal, pikir Aleksis.     

Bibirnya tersenyum merekah mendengar ucapan Alaric, dan justru membuat pria itu tambah tergoda karena bibir mungil Aleksis yang merah tampak bagaikan buah berry segar yang siap dipetik.     

Napas mereka mulai memburu dan pelan-pelan Alaric dan Aleksis saling meraba dengan panas dan bibir keduanya tak henti-hentinya mendesah.     

Alaric kemudian bangkit berdiri dengan Aleksis di pangkuannya, secara otomatis membopong gadis itu dengan kedua tangannya. Ia lalu berjalan menuju kamar tempat istirahatnya di kantor dengan membawa Aleksis. Pelan-pelan ia kemudian meletakkan Aleksis di tempat tidur. Aleksis sama sekali tidak protes, dan menikmati perlakuannya sambil tersenyum malu-malu.     

Alaric duduk di pinggir tempat tidur dan menatap mata gadis itu dalam-dalam, "Ini yang pertama untukmu, kan? Apakah kau mau melakukannya di sini, atau kau ingin melakukannya di tempat indah yang kau pilih? Aku bisa membawamu ke mana saja yang kau inginkan..."     

Aleksis yang tadi sudah tidak mempedulikan apa pun dan siap menyerahkan diri, seketika tertegun. Ia tak mengira Alaric akan menanyakan pendapatnya tentang tempat yang ia inginkan untuk melakukan hubungan seksual pertama mereka...     

Ah... benar, karena ini yang pertama, ia ingin melakukannya di tempat yang istimewa...     

Ia terharu karena Alaric bahkan memikirkan hal sekecil ini, walaupun Aleksis sendiri tadinya tidak peduli.. asalkan ia bisa bersama pria itu...     

"Uhm..." Aleksis tersenyum malu-malu... "Aku mau melakukannya di bawah bintang-bintang... pasti romantis sekali..."     

Alaric mengangguk. Ia pun tersenyum. Senyum yang selalu membuat Aleksis tidak dapat percaya pria ini menyamakan dirinya dengan Raja Iblis.     

"Baiklah...." Alaric mencium Aleksis sekali lagi, lalu menjatuhkan tubuhnya di sebelah gadis itu. "Kita berangkat 10 menit lagi.. Aku akan membawamu ke kapal, dan kita bisa menikmati pemandangan laut di bawah jutaan bintang-bintang..."     

Aleksis menoleh ke samping dan tersenyum lebar ke arah Alaric, "Aku suka sekali..."     

Tangannya menggenggam tangan Alaric dan keduanya lalu menenangkan diri sambil mengatur napas.     

Sepuluh menit kemudian Alaric dan Aleksis sudah berjalan keluar lobi menuju mobil Mercedes anti peluru yang menunggu mereka di depan gedung.     

Aleksis sudah menitipkan Pangeran Siegfried Kecil kepada Carl dan Sasha yang disuruhnya untuk tidak usah membuntutinya. Ia merasa aman bersama Alaric dan tidak perlu perlindungan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.