The Alchemists: Cinta Abadi

Gadis dengan selera fashion yang buruk



Gadis dengan selera fashion yang buruk

0Alaric melihat ekspresi Aleksis yang gelap dan ia menyadari bahwa percakapan mereka membuat gadis itu tertekan.     

"Aleksis... aku tidak mau membuatmu sedih..." kata Alaric pelan, "Tetapi aku tidak mau mendustaimu dan berpura-pura menjadi orang baik. Aku sudah bilang dari awal, bahwa kau mungkin akan membenciku kalau kau tahu siapa aku sebenarnya."     

Aleksis mengangguk lemah. Dari awal Alaric memang selalu bersikap jujur kepadanya. Pria itu awalnya menolak perasaan Aleksis karena ia tak ingin memberi harapan kosong dan mempermainkan cinta gadis itu, walaupun akhirnya ia tak berdaya menolak pesona Aleksis dan menyerah, dan kini mencoba untuk mengikuti kata hatinya untuk menjalin hubungan cinta.     

Dari awal Alaric juga sudah memperingatkan Aleksis bahwa ia bukan orang baik, dan mungkin gadis itu akan membencinya kalau Aleksis tahu hal-hal mengerikan apa yang pernah diperbuatnya, lagi-lagi Aleksis lah yang memaksa untuk tetap masuk dalam kehidupannya.     

Mungkinkah Alaric pun akan dapat berubah? Apakah cinta Aleksis akan cukup menunjukkan kepadanya bahwa menyimpan dendam hanya akan merusak hidupnya sendiri?     

Kalau ia bahagia bersama Aleksis, apakah Alaric tidak lagi akan merasa sendirian dan akhirnya akan dapat melupakan dendamnya?     

Aleksis ingat cerita tentang Lauriel yang sudah hampir mengambil kematian, karena ia tak punya lagi alasan untuk hidup, tetapi kehadiran Aleksis dalam hidupnya membuat Lauriel berubah, dan kini ia bisa hidup bahagia dengan mengabdikan dirinya pada alam...     

Mungkinkah cinta Aleksis akan cukup untuk mengubah Alaric?     

Gadis itu menelan ludah. Ia tak tahu kepada siapa ia dapat meminta nasihat. Ia tak siap menceritakan tentang Alaric kepada orang tuanya...     

"Adik kecil, belum terlambat untuk mengakhiri hubungan kita. Aku akan mengerti kalau setelah mengetahui latar belakangku kau memutuskan untuk meninggalkanku."     

Semua orang meninggalkanku, dan kini aku tak punya siapa-siapa, pikir Alaric. Aku akan mengerti kalau kau pun ingin pergi.     

"Jangan panggil aku adik kecil lagi... Aku sudah besar," Akhirnya Aleksis menjawab sambil merengut. "Aku tidak tahu, oke. Biarkan aku berpikir dulu. Ini semua membuatku pusing."     

"Baiklah..." Alaric tersenyum. Melihat senyumnya itu, hati Aleksis kembali seolah terhimpit. Mengapa Raja Iblis bisa tersenyum begini lembut?     

"Aku mau pulang ke hotel untuk mengambil pakaian baru kita ke kapal..." kata Aleksis akhirnya. Alaric mengangguk.     

"Kita naik mobil," kata Alaric. Ia lalu mencari Pangeran Siegfried Kecil yang sedang duduk bermalasan di ruang tamu dan memasang tali lehernya. Ia lalu menuntun anjing itu keluar, diikuti oleh Aleksis yang membawa tasnya.     

Aleksis hendak bertanya mengapa mereka tidak naik motor saja, ketika ia melihat sebuah mobil Mercedes anti peluru sudah menunggu di halaman, dengan dua orang pria bertampang berbahaya berdiri di depan mobil dan membungkuk hormat sambil membukakan pintu belakang. Ia akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertanya.     

Ketika ia dan Alaric sudah duduk di belakang, barulah ia menyadari bahwa jendela mobil dibuat sangat gelap sehingga ia takkan dapat mengenali daerah sekitarnya saat pergi meninggalkan mansion ini.     

Ugh... Alaric memang benar-benar pencinta privasi, sama paranoidnya dengan Papa, pikir Aleksis.     

Ia tak akan dapat menemukan mansion ini, karena semalam waktu ia datang kemari dengan motor Alaric, suasana sangat gelap dan ia tak dapat memperhatikan sekelilingnya. Sementara siang ini, mereka keluar dengan menggunakan mobil khusus yang berkaca sangat gelap.     

Mereka tidak saling bicara di sepanjang perjalanan. Aleksis menganggap Alaric tentu lebih menyukai jika Aleksis tidak mengajaknya bercakap-cakap di depan anak buahnya, karena itu ia memilih diam dan hanya mengusap-usap punggung anjingnya.     

Ia menghitung kira-kira mereka membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di Hotel Continental. Hmm, ia akan dapat menyelidiki lokasi mansion Alaric dengan menghitung radius jarak dalam rentang 15 menit berkendara. Atau... ia akan dapat meminta pelacak dari Carl atau Sasha, ia akan meninggalkan pelacak di mobil ini dan mencari tahu lokasinya nanti.     

Dengan pikiran itu Aleksis keluar dari mobil dan pamit kepada Alaric, "Aku akan mengambil barang-barangku sebentar, kau mau tunggu di lobi atau ikut ke atas?"     

Kalau Alaric mau ikut ke atas, Aleksis harus memikirkan alasan mengapa ia tinggal di penthouse Hotel Continental yang demikian mewah...     

"Tidak usah. Aku akan naik ke kantorku untuk mengerjakan sesuatu. Kau nanti bisa menemuiku di sana," kata Alaric sambil ikut beranjak keluar dari mobil.     

"Baiklah..."     

Mereka berdua berjalan ke arah lift, dan masuk bersama. Aleksis harus menekan tombol lantai 50 saat Alaric menekan tombol lantai 39. Aleksis tak dapat membiarkan Alaric tahu ia menuju ke lantai paling tinggi. Kalau pria itu masih merahasiakan lokasi mansionnya, Aleksis tidak merasa perlu memberitahunya bahwa ia sebenarnya tinggal di penthouse.     

"Sampai nanti..." Alaric tersenyum manis dan keluar dari lift menuju kantornya. Aleksis mengangguk. Ia keluar di lantai 50, di lobi resepsionis hotel, lalu kembali masuk lift dan memencet tombol ke lantai 100.     

Tiga menit kemudian ia sudah sibuk memasukkan beberapa pakaian, baju renang, peralatan snorkel, dan buku ke dalam tasnya.     

Sesaat ia tercenung, mengingat 8 tahun lalu ia juga melakukan hal yang sama, mengepak barang-barang yang mirip begini untuk pergi berlayar bersama Alaric. Seulas senyum perlahan terkembang di bibirnya saat ia mengenang pengalaman berlayar mereka. Sungguh saat yang sangat menyenangkan.     

Tanpa sadar ia tersipu mengingat bahwa sebenarnya ciuman pertama mereka terjadi saat Aleksis pura-pura tenggelam dan Alaric memberinya napas buatan.     

Sudah begitu banyak hal yang terjadi selama delapan tahun, pikirnya kemudian. Alaric melakukan banyak hal yang mengerikan karena dendamnya, sementara Aleksis tumbuh besar dan berusaha mencarinya...     

Aleksis menggigit bibirnya dan berusaha memikirkan bagaimana caranya ia supaya dapat menyentuh hati Alaric dan mengubah pendiriannya.     

Bagaimanapun caranya Aleksis harus berhasil. Setelah ia berhasil meyakinkan Alaric untuk berubah, barulah ia akan membawa pria itu untuk bertemu keluarganya.     

Aleksis tahu ia mungkin harus bekerja sangat keras, tetapi mengingat betapa ia telah mencari Alaric selama bertahun-tahun, ia tak akan meninggalkannya begitu saja tanpa berusaha untuk mengubah hatinya.     

***     

Alaric sedang duduk menghadapi beberapa berkas di depannya sementara Pavel melipat tangannya di dada sambil menyampaikan laporannya.     

"Nona Aleksis terdaftar di St. Mary University mulai tahun ajaran baru ini, dia adalah mahasiwa pindahan. Menurut informasi yang kuperoleh, ia bisa masuk tiba-tiba begini karena pengaruh Kurt Van Der Ven dari Schneider Group. Dia disebut sebagai keponakan Kurt Van Der Ven, anak dari adiknya, tetapi aku curiga bahwa ia sebenarnya anak haram Van Der Ven itu sendiri... sebab aku tak bisa menemukan informasi tentang adik Van Der Ven yang dmaksud."     

"Hmm... anak haram Van Der Ven?" tanya Alaric, begitu pelan, seolah pada diri sendiri. Ia ingat Aleksis mengatakan ayahnya pernah bekerja untuk Schneider Group. Mungkin ia memang benar anak Van Der Ven sendiri, CEO Schneider Group.     

Ini akan menjelaskan kenapa Aleksis bisa tinggal di Hotel Continental, sementara penampilannya yang lusuh mungkin karena ia adalah anak haram yang disembunyikan keluarga, sehingga ia tidak biasa dengan gaya berpakaian orang kaya.     

Sekarang ia dapat menduga-duga mengapa Aleksis mempunyai dua ayah. Mungkin ayah kandungnya adalah Van Der Ven, dan karena Aleksis adalah anak hasil hubungan gelap, ia pun diasuh oleh orang lain, sehingga ia memanggil Paman Rory sebagai ayah angkatnya.     

Hmm... Aleksis ternyata memiliki kehidupan yang rumit, pikirnya.     

Alaric tidak peduli walaupun Aleksis adalah anak haram, atau ia memiliki selera fashion yang buruk, ia menyukai gadis itu karena kecerdasan dan sifatnya yang sangat terbuka, dan karena gadis itu menerima dirinya apa adanya...     

Alaric ingat bahwa Aleksis pergi ke kamar hotelnya untuk mengambil pakaian... Ah, bukankah itu adalah perbuatan sia-sia mengingat pasti baju-baju yang dimilikinya serba kuno dan jelek?     

Akan lebih baik kalau Alaric membawa Aleksis berbelanja pakaian saja supaya ia bisa memberi masukan kepada gadis itu agar selera fashion-nya yang buruk bisa sedikit tertolong...     

Ia hampir meminta Pavel untuk menghubungi sebuah butik terkenal untuk menutup tokonya supaya ia dapat membawa Aleksis ke sana, ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu ruangannya.     

Aleksis membuka pintu dan masuk sambil membawa sebuah duffel bag mewah berisi barang-barangnya. Alaric tercengang melihat gadis itu berjalan masuk dengan anggun, mengenakan pakaian yang sangat modis dan terlihat mahal dari ujung kepala hingga ujung kaki.     

Apakah ini benar-benar Aleksis? pikirnya keheranan.     

Gadis itu tampak sangat senang melihat reaksi Alaric. Ia sengaja mengenakan pakaian terusan pendek yang memamerkan tubuhnya yang indah dan sandal mewah berhiaskan batu mulia yang hanya diproduksi 3 buah di dunia ini, menghiasi kakinya yang jenjang dan seksi. Ia tidak mau terlihat kuno dan lusuh seperti biasanya, di depan pria yang telah mencuri hatinya ini.     

Matanya yang berwarna biru hijau tampak bersinar-sinar gembira dan wajahnya yang cantik kini dibingkai rambut cokelatnya yang tergerai sangat indah. Aleksis adalah sungguh-sungguh perempuan paling cantik yang pernah dilihat Alaric seumur hidupnya.     

Aleksis tersenyum manis sekali dan membuat Alaric tambah terpesona. Gadis itu sengaja menunjukkan penampilan terbaiknya hari ini. Ia akan memastikan Alaric tak dapat melirik gadis mana pun lagi setelah melihat Aleksis dalam penampilan aslinya yang cantik dan memukau.     

"Ka... kau cantik sekali..." gumam Alaric dengan suara berat. Ia menelan ludah dan berusaha bersikap wajar. Ia sungguh-sungguh tadinya mengira Aleksis memiliki selera fashion yang buruk... Tapi sekarang ia mulai menduga jangan-jangan gadis itu sengaja menyembunyikan kecantikannya karena suatu alasan.     

Ia tak dapat menahan gejolak di dadanya yang seketika terasa sesak karena terpesona oleh kecantikan kekasihnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.