The Alchemists: Cinta Abadi

Meminjam pakaian



Meminjam pakaian

0Aleksis bangun saat matahari sudah tinggi, dan ia memerlukan waktu beberapa saat untuk mengumpulkan ingatannya tentang apa yang terjadi semalam hingga akhirnya ia tertidur di tempat yang asing baginya.     

Ketika ingatannya sudah kembali, Aleksis tanpa sadar menekap bibirnya karena shock. Sungguh terlalu banyak hal yang terjadi dalam waktu satu malam saja. Ia menemukan Pangeran Siegfried yang dicarinya selama ini ternyata memiliki identitas sebagai Alaric Rhionen yang menyelamatkannya dua kali di Sky Bar, saat Aleksis jatuh dari tembok dan hampir mati dilempar dari lantai 100 oleh Pavel.     

Aleksis ingat betapa Alaric mencoba menghindar darinya dengan pura-pura mengatakan bahwa Pangeran Siegfried-nya sudah mati... kemudian mereka justru berciuman... tetapi akhirnya Alaric menolak perasaan Aleksis... Namun kemudian mereka justru tak bisa menahan perasaan masing-masing dan berakhir di mansion ini...     

Aleksis menyentuh bibirnya sambil memejamkan mata dan tersenyum malu-malu. Ia ingat betapa mesranya mereka tadi malam, dan akhirnya Alaric menyerah pada perasaannya lalu mau mencoba menjalin hubungan dengannya...     

Ia sudah tak sabar untuk menjalani hari-hari bersama Alaric dan akhirnya membuka rahasia identitasnya kepada pria itu.     

Alaric nanti tidak perlu kuatir lagi akan perbedaan umur dan latar belakang mereka... karena bagi kaum Alchemist, waktu ada di tangan mereka, dan perbedaan usia 20 tahun tidak ada artinya bagi orang-orang yang bisa hidup selamanya...     

Sungguh pagi yang sangat indah, pikir Aleksis, mengingat begitu banyak hal besar yang terjadi semalam.     

Ia melihat sekelilingnya dan menyadari ia tidur di sebuah kamar besar yang mengesankan. Semuanya berwarna gelap dan maskulin. Apakah ini kamar tamu di mansion? Pandangannya tertumbuk pada barang-barang khas lelaki dan segera menyadari bahwa ia tidur di kamar tuan rumah.     

Ia memperhatikan tempat tidur besar di mana ia berbaring dan menyadari hanya satu sisi yang digunakan, yaitu sisinya berbaring sekarang. Itu berarti Alaric sama sekali tidak mengambil kesempatan tadi malam saat Aleksis sudah tertidur. Hal ini membuat Aleksis tersenyum sendiri.     

Tentu saja, Pangeran Siegfried yang ada di kepalanya adalah seorang pria gentleman yang tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Hal ini membuat Aleksis semakin memuja pria misterius yang telah membuatnya jatuh cinta sejak pertemuan mereka beberapa tahun lalu itu.     

Di mana Alaric sekarang? pikirnya. Ia melihat jam tangannya dan menyadari sudah pukul 10 pagi. Ugh... ia agak malu karena bangun kesiangan di tempat orang lain.     

Semoga Alaric tidak menganggapnya sebagai gadis pemalas....     

Ia melihat ada beberapa pesan dari Carl di jam ponselnya yang menanyakan kabarnya dan Aleksis buru-buru mengirim pesan kepadanya agar tidak kuatir, sebab keadaannya baik-baik saja.     

Akhirnya Aleksis bangun. Ia ingin sekali membersihkan diri di kamar mandi sebelum ia keluar kamar, tetapi kemudian ia menyadari bahwa ia tidak membawa pakaian ganti, sementara baju yang sedang ia kenakan sama sekali tidak menarik. Aleksis memiliki koleksi banyak pakaian keren dan mahal, tetapi ia hanya mengenakannya di rumah orang tuanya, sementara khusus untuk berkeliaran di Singapura ini ia selalu sengaja memakai pakaian lusuh dan kuno.     

Ia baru saja memiliki kekasih... rasanya sangat mengerikan kalau di hari pertama mereka bersama ia tampil seperti gadis kutu buku kuno yang berpenampilan lusuh seperti biasanya...     

Ugh... apa yang harus aku lakukan? pikir Aleksis sebal.     

Ia ingat dulu waktu Alaric menyelamatkannya, pria itu menyuruh pelayan membelikan pakaian dan perlengkapan anak perempuan yang banyak sekali... Aleksis yakin kalau ia minta, tentu dengan mudah Alaric akan menyediakan barang-barang itu untuknya.     

Tapi... ia tak mau Alaric menganggapnya materialistis kalau baru berhubungan satu hari saja ia sudah minta dibelikan macam-macam.     

Ia bisa saja meminta Carl atau Sasha datang membawakan pakaian bagus untuknya.. tetapi nanti kedua pengawalnya itu akan bergosip kepada ayah ibunya.     

Hmmm... tidak bisa dibiarkan!     

Akhirnya ia keluar kamar dan mencari Alaric dengan wajah merengut. Ia tidak punya pilihan lain.     

Aleksis menemukan Alaric di teras belakang, sedang membaca buku di tangga pualam sambil mengusap-usap punggung Pangeran Siegfried Kecil yang berbaring malas di pangkuannya.     

Whaaa... beruntung sekali Pangeran Siegfried Kecil! pikir Aleksis gemas. Seharusnya ia yang duduk di pangkuan Alaric dan diusap punggungnya, bukan anjing bulldog gemuk miliknya...     

"Heii... " Aleksis memanggil Alaric. Ia hanya melongokkan kepalanya dari balik pintu, tidak mau menunjukkan seluruh tubuhnya yang menurutnya saat ini tidak terlihat menarik, karena pakaiannya yang lusuh. Ia mengomeli diri sendiri yang tadi malam keluar penthouse dengan tampang kusut begini...     

Ah, tapi semalam ia kan tidak tahu bahwa ia akan bertemu Alaric dan malah ikut pulang ke rumahnya...?     

Pemuda itu menoleh dan senyumnya segera terkembang melihat Aleksis, "Hmm... selamat pagi, Tuan Putri. Tidurmu nyenyak?"     

"Iya, nyenyak..." Aleksis balas tersenyum, "Uhmm... aku tidak membawa pakaian ganti... dan aku merasa jelek sekali dalam pakaianku semalam. Aku mau minta temanku membawakanku pakaian ke sini, supaya aku bisa mandi dan ganti baju... Bolehkah aku tahu alamat rumahmu ini?"     

Aleksis akan meminta Terry untuk mengambilkan pakaiannya yang paling cantik dari penthouse dan mengantarnya ke sini.     

Senyum Alaric menghilang. Ia lalu menggeleng pelan, "Maaf, aku tidak bisa memberi tahu alamatku kepada orang lain. Bagaimana kalau aku menyuruh pelayan untuk membelikan pakaian buatmu?"     

Ugh... sudah kuduga, pikir Aleksis.     

Alaric ini mengingatkannya akan ayahnya sendiri yang sangat menyukai privasi. Ia yakin kalau Caspar bertemu Alaric, mereka akan cocok duduk bersama dan membahas berbagai cara menghilangkan jejak serta melindungi identitas mereka.     

"Uhm... aku tidak mau merepotkan..." Aleksis menggeleng, "Baiklah... kalau begitu aku pakai baju kemarin saja... ugh..."     

Alaric dapat melihat bahwa Aleksis benar-benar membenci pakaiannya. Ia tidak mengerti kenapa Aleksis sekarang uring-uringan karena pakaian. Gadis itu memang punya selera fashion buruk sekali dalam pandangannya, sehingga pakaiannya sama sekali tidak menonjolkan kecantikannya, justru membuatnya terlihat lusuh dan kuno. Tetapi bagi Alaric, pesona Aleksis bukan terletak pada penampilannya, melainkan sikapnya yang blak-blakan dan periang, serta kecerdasannya.     

Alaric sama sekali tidak keberatan bila kekasihnya itu memang tidak modis, karena ia mengira memang Aleksis pada dasarnya tidak mengerti fashion. Sehingga ia menjadi keheranan karena pagi ini Aleksis sepertinya sadar bahwa penampilannya semalam itu memang tidak menarik, sehingga ia menjadi kesal karena pakaiannya.     

"Sebentar," Alaric menaruh Pangeran Siegfried Kecil di lantai dan menghampiri Aleksis di pintu, "Kalau kau tidak mau kubelikan pakaian, bagaimana kalau kau memakai bajuku saja untuk sementara? Pilih saja mana yang cukup dari lemari. Aku pikir kemejaku bisa kau pakai sebagai terusan."     

Mata Aleksis membulat mendengar saran Alaric.     

Benarkah pria ini belum pernah mencium wanita lain? Berarti belum pernah punya kekasih, dong...? Tapi kenapa dia bisa dengan mudahnya menyuruh Aleksis memakai bajunya, seolah ia terbiasa akan hal semacam itu...?     

"Kau menyuruhku memakai kemejamu sebagai terusan?" tanya Aleksis meyakinkan pendengarannya sendiri. "Dari mana kau tahu kalau kemejamu akan cukup kalau kupakai sebagai terusan? Kau sudah sering meminjamkan baju kepada perempuan, ya?"     

Ia mengomeli dirinya sendiri karena tak dapat menyembunyikan nada cemburu dalam suaranya. Ugh... mereka baru berhubungan selama beberapa jam, tetapi Aleksis sudah bersikap seperti kekasih pencemburu...     

Aleksis, kamu harus lebih elegan sedikit, dong...pikirnya sebal.     

Alaric mengangguk, "Iya, aku sering meminjamkan baju kepada seorang gadis, kebetulan ukuran tubuhmu sama dengannya... jadi aku bisa mengira-ngira."     

"Oh..." Aleksis mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Alaric. Berarti dugaannya benar. Alaric sudah biasa melakukannya. Wajah gadis itu seketika berubah gelap, "Tidak usah kalau begitu..."     

Ia buru-buru berbalik dan berjalan kembali ke kamar. Lebih baik ia segera mandi dan kembali memakai bajunya yang kuno, daripada memakai baju Alaric yang sudah pernah dipinjam perempuan lain.     

Alaric yang melihat Aleksis pergi dengan langkah-langkah panjang dan wajah merengut segera menyadari apa yang dipikirkan gadis itu. Ia menepuk keningnya dan berjalan cepat mengejar Aleksis.     

"Heiii... kau mungkin sekarang sedang salah paham..." katanya dengan nada suara geli, tangannya memegang pergelangan tangan Aleksis dan menghentikan langkahnya. "Aku tadi sedang membicarakan adik perempuanku. Dulu aku sering meminjamkan bajuku kepadanya. Aku belum pernah meminjamkan pakaian kepada perempuan lain... Juga, belum pernah ada perempuan yang datang ke sini selain kau."     

Aleksis tertegun. Ia menoleh kepada Alaric dan melihat pria itu tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya.     

"Oh... kau punya adik perempuan?" tanya gadis itu dengan penuh perhatian. Ia sangat senang karena Alaric tidak membiarkannya salah paham, dan buru-buru menjelaskan apa yang terjadi. Dan ia lebih senang lagi karena mengetahui pria itu mulai terbuka kepadanya dan menceritakan tentang keluarganya.     

Alaric tampak sedih saat ia menjawab pertanyaan Aleksis, "Aku tidak ingin membicarakan tentang adikku, kuharap kau tidak keberatan."     

Oh... lagi-lagi misterius, pikir Aleksis. Ia hanya bisa menduga-duga apa yang terjadi kepada adik Alaric hingga ia berubah menjadi sedih seperti ini. Aleksis yang tidak ingin melihat Alaric sedih berlama-lama, segera mengalihkan pembicaraan.     

"Terima kasih atas penjelasanmu. Maaf aku tadi agak cemburu... Aku tidak akan bertanya-tanya lagi..." Ia tersenyum sambil menyentuh pipi pria itu yang tertutup topeng kulitnya, "Terima kasih.. aku akan meminjam bajumu saja sampai aku pulang ke hotel dan mengambil baju yang lain."     

Alaric mengangguk dan melepas Aleksis kembali ke kamarnya.     

Gadis itu sangat senang karena ia diberi keleluasaan untuk membuka walk-in-closet di kamar Alaric dan memilih kemejanya yang ia sukai untuk dipinjam sebagai terusan.     

Ia merasa tersentuh, karena sepertinya Alaric membuka diri kepadanya sedemikian luas, dengan membiarkan Aleksis melihat-lihat ruangannya yang sangat personal, tempat ia menyimpan pakaian dan perlengkapan pribadinya. Aleksis memilih sebuah kemeja biru muda yang berbahan lembut setelah mandi lalu mematut diri di depan cermin sambil mengenakannya.     

Alaric benar, kemejanya tampak pas sekali di tubuh Aleksis seperti baju terusan. Ia tersenyum puas melihat penampilannya kali ini. Ia telah menyingkirkan kaca matanya, menggerai rambutnya yang panjang indah berwarna cokelat terang, dan kemeja Alaric yang membalut tubuhnya membuatnya terlihat sangat seksi.     

Ada pesona sendiri yang terpancar saat seorang perempuan mengenakan pakaian suami atau kekasihnya.. Berbagi pakaian memiliki tingkat keintiman tersendiri yang membuat pakaian sang pria terlihat seksi di tubuh wanitanya.     

Alaric tak dapat berkata apa-apa saat Aleksis keluar dari kamar dan menemuinya di teras belakang dengan penampilan yang sangat sederhana namun demikian memikat. Gadis ini memiliki selera fashion yang buruk, pikirnya, tetapi ia akan tetap terlihat cantik bahkan walau memakai karung beras sekalipun...     

"Kok melongo begitu?" goda Aleksis melihat pandangan takjub Alaric ke arahnya. "Kau benar, kemejamu pas sekali di tubuhku sebagai pakaian terusan."     

Karena tubuh Alaric yang tinggi besar, kemejanya tentu kebesaran bagi Aleksis bila dipakai sebagai kemeja biasa, tetapi, sebagai pakaian terusan, bentuknya bisa jatuh pas sekali di tubuh gadis itu. Kemeja itu menjuntai hingga satu jengkal di atas lutut sehingga cukup memamerkan kaki Aleksis yang jenjang dan indah, membuatnya terlihat sangat cantik dan menggoda.     

"Kau... adalah perempuan paling cantik yang pernah kulihat..." Alaric mengaku. "Aku masih tidak mengerti kenapa kau mau menjadi kekasihku..."     

Aleksis tersenyum senang mendengar pengakuan pria itu. Ia menghampiri Alaric, mencium dagunya, lalu menyingkirkan Pangeran Siegfried Kecil ke lantai dan menggantikan posisi anjing itu di pangkuan Alaric. Dengan ekspresi acuh tak acuh ia membuka-buka buku yang ada di tangan pria itu, "Kau sedang membaca apa?"     

Alaric hanya bisa menelan ludah. Ia sudah tak bisa fokus membaca sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.