The Alchemists: Cinta Abadi

Rhionen Industries



Rhionen Industries

0Aleksis masuk ke dalam Gedung Continental dengan langkah-langkah panjang, mengabaikan para staf di lobi yang membungkuk hormat kepadanya. Lima tahun lalu bangunan Hotel Continental mengalami renovasi besar-besaran dan dibangun menjadi 100 lantai, membuatnya tetap menjadi hotel termewah di Asia Tenggara dan lantai paling atas dibagi dua menjadi sky bar dan sebuah penthouse berukuran lebih kecil dari sebelumnya.     

Keluarga Schneider sudah sangat jarang tinggal di sana karena mereka lebih menyukai privasi di Rose Mansion, hanya Aleksis atau Terry yang kadang-kadang menginap di sana saat mereka bepergian ke Singapura karena sebagai anak muda mereka lebih menikmati keriuhan suasana pusat kota.     

Bangunan tertinggi di Singapura ini kemudian dinamai sebagai Gedung Continental. Hotel tetap beroperasi mulai dari lantai 50, dan lantai di bawahnya disewakan menjadi gedung perkantoran. Schneider Group menempati lantai 40-50 dan selebihnya diisi oleh berbagai perusahaan teknologi dan manajemen keuangan.     

Aleksis memiliki kolam renang pribadi dan semua fasilitas lengkap di penthouse-nya tetapi malam ini ia sedang ingin bersosialisasi. Ia lalu memutuskan untuk membawa anjingnya Pangeran Siegfried Kecil ke sky bar dan minum wine di sana sambil menunggu Terry. Malam ini adalah ulang tahun Terry dan mereka sudah janjian untuk merayakannya bersama.     

Aleksis keluar dari penthousenya di bagian kanan gedung lalu turun dengan lift ke lantai 99. Di sana ia berjalan ke Moonshine, restoran besar yang paling terkenal di Singapura karena dapat berputar 360 derajat menunjukkan pemandangan seluruh kota kepada para pengunjungnya. Dari restoran itu Aleksis naik eskalator ke lantai 100 di bagian kiri gedung dan masuk ke Sky Bar.     

Lift di gedung itu memang didesain untuk naik sampai ke lantai 100, tetapi hanya staf tertentu dan pemilik gedung yang bisa mengakses lantai tersebut. Semua tamu yang ingin ke Sky Bar harus keluar di lantai 99, masuk ke Restoran Moonshine lalu naik eskalator ke lantai 100 di bagian kiri gedung. Ini dimaksudkan agar penghuni penthouse tidak merasa terganggu dengan kehadiran tamu hotel yang mungkin masuk ke area dekat penthouse.     

Sebagai orang yang sangat menyukai privasi, Caspar yang merancang ini semua agar keluarganya tidak terganggu tamu hotel, tetapi bagi anak-anaknya yang lebih bebas dan cuek, pengaturan ini sungguh menyebalkan, karena demi untuk masuk ke Sky Bar saja mereka harus turun dulu satu lantai dan masuk lewat restoran, padahal penthouse dan Sky Bar terletak di lantai yang sama dan hanya dipisahkan sebuah tembok pembatas.     

Kadang Aleksis iseng memanjat tembok pembatas itu dari taman di luar kamarnya, supaya lebih cepat sampai di sana, tetapi malam ini tentu saja ia tak bisa melakukannya karena membawa Pangeran Siegfried Kecil. Bisa dibayangkan apa yang terjadi kalau anjingnya itu jatuh dari lantai 100...     

Ia tak sanggup memikirkannya.     

"Maaf, Nona... tidak boleh membawa hewan peliharaan kemari..." seru seorang pelayan perempuan, yang sepertinya tidak mengetahui siapa Aleksis. Ia berusaha menghentikan gadis itu dan menghadang jalannya.     

"Anjingku dilatih dengan baik. Dia sopan sekali..." kata Aleksis cepat. "Dia bahkan lebih sopan dari kebanyakan manusia yang aku kenal."     

"Iya, kami mengerti.... tapi di sini tidak boleh..." Pelayan itu melihat jam tangannya, "Lagipula seluruh tempat ini sudah dibooking untuk acara perusahaan mulai jam 8 malam."     

Aleksis melihat jam tangannya, "Sekarang masih jam 7.30. Aku hanya ingin minum sebentar..."     

Ia buru-buru mengeluarkan beberapa lembar uang seratus dolar dari sakunya dan menyelipkannya ke tangan pelayan itu. Kalau staf ini tidak mengenalinya sebagai anak pemilik hotel, sama sekali tidak masalah. Aleksis tidak suka mengobral jati dirinya kepada orang lain. Menurutnya selama uang bisa menyelesaikan urusan, untuk apa ia mencari keributan.     

"Aduh.. Nona, saya tidak bisa..." kata pelayan itu berusaha menolak. Tetapi Aleksis dengan acuh tak acuh sudah mengambil duduk di salah satu sofa dan membuka-buka buku menu.     

Pangeran Siegfried Kecil, seekor anjing bulldog yang sangat gemuk, duduk malas di sampingnya.     

"Hmm... aku mau segelas red wine terbaikmu," kata Aleksis sambil melambai kepada pelayan tadi.     

"Tapi Nona..."     

Aleksis akhirnya hilang kesabaran. Ia menyentuh jam tangannya dan memencet sebuah nomor telepon. Suara GM Hotel Continental terdengar sigap menanggapi panggilannya.     

"Ada apa, Nona Besar?"     

"Pak Lin, tolong dong bilang kepada staf di Sky Bar, kalau aku sedang ingin minum di sini..." Aleksis menoleh ke arah pelayan tadi dan mengacungkan lengannya. "Kau tanyakan sendiri kepada GM Lin, ya..."     

Seketika wajah pelayan itu menjadi pucat. "Selamat Malam, Pak Direktur... Ada Nona... yang mau minum di Skybar dengan membawa anjingnya..."     

"Oh... ada Pangeran Siegfried di situ? Anjingnya manis sekali..." seru GM dengan suara antusias. "Memangnya ada masalah apa?"     

"Eh?" Staf Skybar tampak tercengang mendengar antusiasme dalam suara direkturnya. "Bukankah hewan peliharaan tidak boleh masuk sini?"     

"Oh... tentu saja anjing milik Nona Besar boleh masuk ke Sky Bar," jawab GM Lin dengan suara bingung seolah seharusnya semua staf tahu siapa itu anjing Nona Besar.     

"Oh, begitu? Baiklah, Pak Direktur. Tapi sekarang sudah jam 19.30 dan setengah jam lagi ada acara untuk Rhionen Industries. Mereka membooking seluruh Sky Bar untuk acara pesta perusahaannya.. Bagaimana ini?"     

"Kalau Nona Besar mau menggunakan Sky Bar, bilang saja kepada klien bahwa ada keadaan darurat dan mereka dipersilakan untuk menggunakan Restoran Moonshine di lantai 99, gratis, karena Sky Bar akan kita tutup," jawab GM Lin dengan kasual.     

"A... apa?!" Staf itu tak percaya pada pendengarannya sendiri. Ia menatap Aleksis dengan pandangan mata terbelalak besar sekali. Siapa gadis ini, sehingga dengan kasualnya GM Lin menyuruh agar seluruh Sky Bar ditutup hanya untuk dirinya?     

Aleksis buru-buru menarik tangannya dan bicara lewat ponsel jamnya kepada GM Lin, "Ahahaha... tidak usah berlebihan Pak Lin. Aku hanya perlu bersantai sebentar. Nanti jam 8 aku akan keluar, biar klien bisa menggunakan Sky Bar ini untuk pesta kantor mereka."     

"Begitu ya? Baiklah, Nona Aleksis. Selamat bersenang-senang. Besok saya akan memberikan training kepada para staf di Hotel agar tidak mempersulit Anda," kata GM Lin kemudian.     

"Terima kasih."     

Staf Hotel yang sudah melihat betapa ternyata gadis di depannya ini sangat penting, buru-buru membungkuk hormat dan mengambil pesanannya. Dua menit kemudian ia telah kembali dengan sebotol wine merah terbaik dengan sebuah gelas. Dengan sigap ia menuangkan wine ke gelas dan menyajikannya kepada Aleksis.     

"Silakan, Nona Besar."     

Aleksis mengangguk. "Tolong ambilkan satu gelas lagi."     

"Ba... baik."     

Ketika pelayan itu kembali dengan gelas berikutnya, Aleksis menuangkan wine ke gelas tersebut dan memberikannya kepada sang pelayan. "Duduklah. Aku sedang ingin mengobrol."     

"Eh...? Saya tidak boleh minum saat sedang bekerja, Nona..."     

"Anggap saja ini perintah. GM Lin tidak akan keberatan," kata Aleksis cuek. "Aku sedang menunggu kakakku, dan sepertinya ia akan terlambat. Aku ingin mengobrol."     

Dengan canggung pelayan ini menuruti permintaan Aleksis dan menerima gelas wine tersebut, ia lalu duduk di kursi sebelah Aleksis.     

"Namaku Aleksis, siapa namamu?" tanya Aleksis sambil menyesap wine-nya.     

"Uhmm.. nama saya Claudia, Nona Besar."     

"Duh... Panggil Aleksis saja lah..." kata Aleksis sambil menggeleng-geleng. "Kau sudah berapa lama kerja di sini?"     

"Uhm... sudah dua tahun, Nona. Saya sangat suka bekerja di sini karena gajinya bagus dan sekarang mencari pekerjaan di bidang restoran sudah sangat sulit karena kebanyakan properti lebih memilih tenaga pelayan robot yang lebih murah."     

Aleksis mengerti hal itu. Sejak revolusi industri terakhir, memang sangat banyak lapangan kerja yang dulu dilakukan manusia sudah digantikan dengan robot yang lebih murah dan semakin hari semakin mirip manusia. Tujuh tahun lalu bahkan ada krisis psikologis besar-besaran di mana banyak orang bunuh diri karena tak sanggup bersaing di tengah krisis lapangan pekerjaan.     

Schneider Group adalah salah satu raksasa ekonomi yang masih bertahan menggunakan banyak tenaga manusia dan mereka terus berinovasi untuk membuat kehidupan umat manusia menjadi lebih baik, di saat kebanyakan perusahaan teknologi bangkit dan menjadi jaya dengan memperkuat sistem digital dan mengurangi penggunaan tenaga manusia.     

Sebagai anak sulung, Aleksis tahu bahwa suatu hari nanti ia harus mengambil alih Schneider Group dari tangan Kurt Van Der Ven. Karena itulah ia tertarik untuk pelan-pelan mempelajari bisnis keluarganya. Ia tak ingin terjun ke bisnis mereka dalam ketidaktahuan.     

Ayahnya mungkin akan tetap menikmati masa-masa pensiun dengan santai di rumah bersama Ibu. Nanti, dua puluh tahun setelah Aleksis mengambil alih, mereka akan bertukar posisi karena Aleksis akan menghilang dari publik dan mengambil identitas baru, ayahnya yang akan menggantikan posisinya mengurusi bisnis keluarga, dan begitu seterusnya.     

"Perusahaan apa yang membooking Sky Bar kita untuk malam ini?" tanya Aleksis kemudian. Ia membayangkan perusahaan tersebut pasti besar sekali untuk mampu membayar biaya booking Sky Bar mereka yang demikian eksklusif.     

"Rhionen Industries, Nona. Mereka menyewa kantor di gedung ini sebanyak 10 lantai."     

"Rhionen Industries?" tanya Aleksis keheranan. "Mereka punya cabang di Singapura? Setahuku mereka beroperasi di China dan Eropa Timur."     

"Baru beberapa bulan ini mereka membuka cabang di Singapura, Nona, dan mereka berhasil mendapatkan 10 lantai di gedung kita entah dengan cara apa. Padahal semua lantai sudah ada tenant-nya." Claudia mengangkat bahu.     

"Semua tenant itu bersedia meninggalkan kantornya demi Rhionen Industries? Wahh... ini kedengarannya mencurigakan sekali," gumam Aleksis. Ia mengerutkan keningnya dan mencoba mengingat-ingat apa dulu komentar ayahnya saat sedang membahas Rhionen Industries secara sambil lalu dengan Kurt Van Der Ven.     

"Rhionen Industries menggunakan nama yang berkaitan dengan Rhionen Assassins, organisasi hitam paling misterius yang terkenal sebagai penyedia pembunuh bayaran paling rapi dan tak terlacak. Mungkin dengan tujuan mengintimidasi perusahaan saingannya, karena nama Rhionen cukup membuat jerih orang-orang yang tahu siapa mereka."     

Dulu Aleksis tidak memperhatikan perbincangan ayahnya, karena hanya berhubungan dengan bisnis. Tetapi kini, karena ia akan bersentuhan langsung dengan Rhionen Industries, Aleksis menjadi ingat bahwa Pangeran Siegfried yang dicarinya kemungkinan mempunyai hubungan dengan Rhionen Assassins.     

Kalau organisasi itu dan perusahaan ini memang saling terkait... mungkin ia akan dapat memperoleh petunjuk keberadaan Pangeran Siegfried...     

Pemikiran ini seketika membuat Aleksis menjadi bersemangat. Ia buru-buru menghabiskan wine-nya dan melihat jam. Sudah jam 19.55. Lima menit lagi orang-orang dari perusahaan itu akan tiba.     

"Baiklah Claudia... sudah hampir jam 8. Aku pergi dulu." Ia membangunkan Pangeran Siegfried Kecil yang sebenarnya sudah tidak kecil lagi, karena anjing itu sekarang umurnya sudah 8 tahun dan badannya gemuk sekali, dan mereka lalu berjalan keluar dari Sky Bar dan turun ke Restoran Moonshine.     

Aleksis memencet tombol panggilan di jamnya dan menelepon Terry, "Kak Terry, Sky Bar sedang dibooking oleh perusahaan klien, kita tidak bisa merayakan ulang tahunmu di situ. Kau langsung ke penthouse saja yaa.."     

"Uhm... oke," jawab Terry, "Aku sudah hampir sampai."     

Aleksis lalu berjalan keluar dari Restoran menuju lift. Ia akan kembali naik ke lantai 100 menuju penthousenya untuk menaruh Pangeran Siegfried Kecil, lalu nanti menyelundup kembali ke Sky Bar lewat tembok pembatas di balkon penthousenya. Ia penasaran ingin melihat orang-orang dari Rhionen Industries itu. Siapa tahu ia bisa mendapatkan petunjuk tentang Pangeran Siegfried.     

Pintu lift terbuka dan Aleksis memanggil anjingnya untuk masuk ke dalam.     

"Pangeran Siegfried, ayo..."     

"Heii... Kau lagi?" Tiba-tiba terdengar suara keheranan dari dalam lift. Saat Aleksis menoleh ia melihat seorang pemuda berambut panjang keluar dari lift dan menatapnya dengan keheranan.     

"Eh...?" Aleksis tercengang. Untuk ketiga kalinya hari ini ia bertemu Nicolae lagi. "Kau?"     

"Ini sudah ketiga kalinya kita bertemu, gadis aneh," kata Nicolae sambil geleng-geleng kepala, "Kita pasti berjodoh..."     

Aleksis terpaku mendengar kata-kata Nicolae. Mirip sekali seperti ucapan Pangeran Siegfried delapan tahun lalu... Apakah dia ini sebenarnya orang yang sama? Kalau iya, mengapa ia tidak menua?     

Apakah...     

Apakah ia seorang Alchemist juga?     

Aleksis tak dapat menahan diri untuk tidak menatap pemuda itu lekat-lekat. Nicolae yang merasa seperti ditelanjangi tanpa sadar menutupkan kedua tangan ke dadanya.     

"Heii... kau itu kok melihatku seperti orang lapar sih? Aku bukan makanan, ya..." seru pemuda itu dengan nada protes.     

"Apakah kau seorang alchemist?" tanya Aleksis tanpa basa-basi.     

Nicolae mengerutkan kening. "Aku tak mengerti maksudmu..."     

Aleksis menyipitkan matanya menatap Nicolae baik-baik. Ia merasa pemuda ini menyembunyikan sesuatu, tapi ia tak tahu apa.     

"Kau mau kemana?" tanya Aleksis kemudian.     

"Ke Sky Bar..." jawab Nicolae. "Aku ada janji dengan temanku di sana."     

"Tapi tempat itu sedang ditutup untuk umum," kata Aleksis.     

"Aku tahu."     

"Hmm..." Aleksis tahu ia takkan mendapatkan informasi apa pun dari Nicolae kalau ditanya blak-blakan seperti ini.     

Yang jelas Pangeran Siegfried memiliki hubungan dengan Rhionen Assassins, dan malam ini Rhionen Industries akan mengadakan acara di Sky Bar... dan Nicolae sedang menuju ke sana.     

Ini semua tidak mungkin kebetulan...     

Apakah Nicolae sebenarnya adalah Pangeran Siegfried.. tetapi ia tidak mengenaliku? Aleksis merasa gundah. Ia memandang pakaiannya yang sederhana dan penampilan yang seperti kutu buku kuno...     

Apakah ini karena Pangeran Siegfried menganggapnya tidak menarik?     

Aleksis menggigit bibirnya dan mendesah.     

"Kau sedang apa di sini?" Nicolae balik bertanya.     

"Hmm... aku tadi janjian dengan kakakku untuk merayakan ulang tahunnya, tapi ternyata Sky Bar ditutup, jadi aku akan menemuinya di tempat lain," jawab Aleksis.     

"Oh, oke. Lalu siapa Pangeran Siegfried yang kau panggil tadi? Di mana dia?"     

"Oh... itu anjingku.." Aleksis mengangkat Pangeran Siegfried Kecil dan membawanya masuk ke dalam lift. "Sampai jumpa."     

"A... apa? Pangeran Siegfried itu anjing??" Wajah Nicolae seketika memerah. Pintu lift sudah tertutup dan Aleksis tidak mendengar pria itu mengomel-ngomel. "Bukannya tadi siang dia memelukku dan memanggilku Pangeran Siegfried...? Kenapa aku bisa disamakan dengan anjing?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.