The Alchemists: Cinta Abadi

Pangeran Siegfried Besar dan Kecil



Pangeran Siegfried Besar dan Kecil

0Dua puluh menit kemudian mobil itu tiba di Hotel Rendezvous.     

"Kita sudah sampai," kata 'Pangeran Siegfried' sambil mengenakan topi dan kacamata hitam. Ia sengaja mengenakan scarf tipis menutupi leher dan sedikit wajahnya. Sekilas orang takkan dapat melihat wajahnya dengan baik. "Aku akan menghubungi orang tuamu dan meminta mereka menjemputmu di sini. Kau tidak apa-apa, kan?"     

Ah... sungguh orang yang penuh misteri, pikir Aleksis. Ia hanya bisa mengangguk setuju.     

Aleksis tentu tak dapat mengatur bagaimana 'Pangeran Siegfried' akan mengantarnya kepada keluarganya, karena ia ada di pihak yang ditolong dan tentu harus menghargai keputusan penolongnya.     

"Apakah Kakak akan meninggalkanku di lobi?" tanya Aleksis sambil membuka pintu mobil dan keluar. Ia lalu mengambil anak anjingnya dan menggendongnya.     

"Tentu saja tidak. Aku akan menemanimu sampai keluargamu datang," jawab 'Pangeran Siegfried' tegas.     

"Apakah aku akan dapat bertemu Kakak lagi?" tanya Aleksis lagi. Ia senang mendengar 'Pangeran Siegfried' akan menemaninya di lobi, tetapi entah kenapa ia merasakan firasat buruk bahwa ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka.     

'Pangeran Siegfried' menatap Aleksis selama beberapa detik, mencoba menyembunyikan isi hatinya lewat senyuman, tetapi sorot matanya tak bisa berdusta.     

Ia tidak mau bertemu kembali.     

Aleksis merengut sedih, menyadari jawaban yang ditunggunya tidak sesuai keinginannya. Ia hanya bisa berdiri terpaku memandangi 'Pangeran Siegfried' yang kemudian bergerak mengeluarkan kedua tasnya dari bagasi. Pemuda itu lalu memberi tanda agar Aleksis mengikutinya masuk ke dalam lobi.     

Aleksis berjalan lesu mengikuti langkah-langkah 'Pangeran Siegfried' ke dalam hotel. Pemuda itu mengajaknya duduk di lounge di dalam lobi dan memesan minuman untuk mereka. Sementara menunggu minumannya datang, ia mengirim pesan ke nomor Lauriel.     

[Aleksis menunggu di lobi Hotel Rendezvous. Aku tidak suka keramaian. Tolong minta ibunya saja yang datang menjemput.]     

Lauriel yang hampir boarding penerbangannya ke Singapura buru-buru membalas.     

[Baiklah. Aku sudah memberikan nomormu kepada ibu Aleksis. Dia akan tiba 15 menit lagi.]     

Ia kemudian menelepon Caspar dan menyuruhnya menjemput Aleksis ke Hotel Rendezvous.     

"Caspar, ada yang menemukan Aleksis dan bersedia mengantarnya pulang. Mereka sekarang ada di lobi Hotel Rendezvous. Ia meminta hanya Finland yang boleh datang untuk menjemput Aleksis."     

"Mengapa?" tanya Caspar cepat. "Aku akan segera ke sana."     

"Jangan masuk lobi," kata Lauriel tegas. "Biarkan Finland saja. Orang ini telah dua kali menyelamatkan Aleksis dan aku tidak suka melanggar kepercayaannya. Ia tidak pernah mengambil kesempatan untuk mendapatkan keuntungan materi atau apa pun, dan aku pikir dia orang baik. Aku ingin menghargai permintaannya sekali ini."     

Caspar mengerti maksud Lauriel dan setuju untuk menurutinya. Ia sudah sangat berterima kasih anaknya ditemukan dan dijaga selama seminggu ini. Ia tak akan menyulitkan penolong Aleksis dan menjadi orang yang tidak tahu terima kasih.     

Ia buru-buru memanggil Finland dan menceritakan apa yang terjadi. Keduanya merasa sangat lega mendengar kabar bahwa Aleksis sudah ditemukan dan akan dikembalikan, tetapi dalam hati mereka masih gelisah sebelum sungguh-sungguh dapat melihat Aleksis dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.     

Tidak sampai 10 menit, mobil Maybach mereka sudah tiba di depan lobi Hotel Rendezvous dan Finland tergesa-gesa keluar mobil untuk memasuki lobi. Caspar menunggu di dalam mobil dengan cemas. Ia sudah memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengawasi seluruh gedung hotel untuk memastikan tidak terjadi hal yang tak diinginkan.     

***     

Aleksis memandangi 'Pangeran Siegfried' dengan tanpa berkedip sehingga membuat pemuda itu merasa tidak nyaman.     

"Ada apa?" tanyanya heran.     

Aleksis hanya merengut, "Kakak tidak mau bertemu lagi denganku... Bagaimana bisa aku menang bertanding baduk denganmu? Kenapa kau tidak mau menemuiku lagi? Apakah aku seburuk itu?"     

'Pangeran Siegfried' mengangguk, "Iya."     

"Ahhh.. Kakak jahat!" Aleksis memukul bahunya dengan kesal, "Apa aku benar-benar menyebalkan?"     

'Pangeran Siegfried' hanya tertawa. Ia kemudian menggeleng serius dan berbicara dengan suara sangat lembut, "Aku hanya bercanda, Adik kecil. Kau adalah anak perempuan paling mengagumkan yang pernah kutemui. Kau akan menjadi wanita yang luar biasa. Kau pintar, cantik, dan sangat menyenangkan. Aku tidak mau menjanjikan hal yang tak dapat kutepati, aku bukan orang seperti itu, mudah mengobral kata-kata. Jadi... lebih baik aku tidak berjanji apa-apa. Aku anggap saja delapan tahun lagi kau pasti sudah akan bisa mengalahkanku dalam permainan baduk. Aku mengaku kalah dari sekarang saja."     

"Tapi, kenapa kita tidak bertanding betulan delapan tahun lagi? Aku tidak mau menang tanpa bertanding..." kata Aleksis keras kepala. "Kecuali kau memang tidak mau bertemu lagi denganku..."     

"Bukan begitu," Pemuda itu menggeleng pelan, "Sudah kubilang aku tidak suka mengobral janji. Aku tidak yakin delapan tahun lagi aku masih hidup dan bisa bertanding baduk denganmu, maka aku tidak mau menjanjikannya..."     

Aleksis seketika menutup bibirnya dengan punggung tangannya karena terkejut. Mengapa lagi-lagi pria ini terdengar begitu misterius? Mati sebelum bertemu kembali dengan Aleksis...? Kenapa?     

"Apa Kakak sakit parah?" tanya Aleksis cemas. "Mengapa kau pikir kau akan mati sebelum bertemu lagi denganku? Ayahku seorang dokter yang sangat ahli... Ia pasti akan bisa menyembuhkan penyakitmu..."     

"Kau bilang ayahmu tidak bekerja...?" tanya 'Pangeran Siegfried' heran, "Sekarang tiba-tiba dia saja menjadi dokter? Adik kecil, kau ini memang sangat licin dan pintar berkata-kata."     

"Bukan... aku kemarin memang pura-pura bernama Laura, dan aku menjebakmu agar terjun ke laut, tapi yang sekarang ini sungguhan. Ayahku memang dokter, tetapi sekarang ia sedang tidak bekerja. Ia senang tinggal di rumah bersama keluarga..." Aleksis sadar ucapannya memang rentan diragukan karena ia sering bicara sembarangan belakangan ini.     

"Hmm... baiklah." Pangeran Siegfried mengangguk. Ia tiba-tiba merasa lelah dengan percakapan ini, "Aku tidak sakit, jangan kuatir, tetapi aku pun tidak yakin hidupku akan lama. Karena itu aku tidak bisa menjanjikan untuk bertemu kembali denganmu untuk bertanding baduk. Maka hari ini aku mengaku kalah saja."     

Ia menjabat tangan Aleksis yang tercengang dan menggeleng tidak puas, "Kakak menyebalkan..."     

"Aku senang bertemu denganmu, untuk kedua kalinya, Aleksis. Kalau sampai nanti ada pertemuan ketiga, aku akan menganggap kita berjodoh, sama seperti kau dan anak anjingmu berjodoh." 'Pangeran Siegfried' membelai punggung anak anjing di pangkuan Aleksis dengan penuh kasih sayang, "Kau mau beri nama siapa anak anjing ini?"     

Aleksis mengerucutkan bibirnya, "Namanya Pangeran Siegfried!!"     

Pemuda itu terlengak kaget, tetapi wajahnya terlihat geli, "Lho... sekarang aku yang disamakan dengan anjing?"     

"Soalnya Kakak bilang kalau kita bisa bertemu lagi untuk ketiga kalinya, berarti kita berjodoh seperti aku berjodoh dengan anak anjing ini. Jadi aku anggap saja dia ini Kakak," Aleksis mengangkat bahu. Pemuda itu mengangguk-angguk dan mengacak rambut Aleksis.     

"Baiklah kalau begitu."     

Ponsel di tangannya tiba-tiba berbunyi dan 'Pangeran Siegfried' melihat ada nomor asing di situ. Ah, ini tentu orang tua Aleksis. Ia menyerahkan ponsel kembali kepada Aleksis agar anak itu berbicara di telepon.     

"Hallo..."     

"Oh.. Astaga, Aleksis... Mama sangat senang mendengar suaramu. Kamu baik-baik saja, Nak?"     

"Oh.. Mamaaa!!! Aku baik-baik saja... Mama sedang ke sini?" tanya Aleksis gembira. ia mengenali suara ibunya. "Aku di lobi sebuah hotel."     

"Mama sudah hampir sampai. Tunggu di sana ya. Sebentar lagi mama masuk ke lobi."     

"Baiklah."     

Aleksis menutup teleponnya dengan wajah bahagia. Ia mengelus-elus kepala anjingnya sambil tersenyum lebar.     

"Ibuku sudah datang...." Ia menoleh kepada 'Pangeran Siegfried' "Kakak mau bertemu Mama?"     

"Tidak, terima kasih." Pemuda itu menggeleng halus. "Sudah saatnya berpisah, Adik kecil."     

Seketika Aleksis merasa sangat sedih. Ia sangat menyukai pemuda ini yang telah menolongnya dan memperlakukannya dengan baik, dan bahkan walaupun usia mereka terpaut jauh, mereka dapat bergaul dengan akrab dan saling menghargai. Ia ingat betapa dari dulu ia sangat ingin mempunyai kakak laki-laki, dan rasanya semua yang ia dambakan ada pada 'Pangeran Siegfried' ini.     

Seandainya saja pemuda itu tidak demikian misterius dan mau terus berhubungan dengannya, Aleksis akan dengan senang hati menganggapnya sebagai kakak pertama, dan Terry kakak keduanya...     

"Uhm... sebentar..." Tiba-tiba anak perempuan itu teringat sesuatu. Ia melepaskan cincin putih dengan hiasan mutiara dari jarinya dan menyerahkannya kepada 'Pangeran Siegfried'. "Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan sebagai tanda terima kasih karena Kakak telah menolongku... Ini adalah cincin milikku yang paling berharga, pemberian Paman Rory... Aku ingin Kakak memilikinya..."     

"Hei... kau tidak boleh memberikan hadiah dari orang lain," tegur 'Pangeran Siegfried', "Itu tidak sopan. Lagipula aku bukan perempuan, tidak pantas memakai cincin secantik ini."     

Aleksis menggeleng-geleng, "Paman Rory pasti tidak keberatan. Ia mengajariku untuk menjadi orang yang tahu terima kasih. Ia memberikan cincin ini kepadaku karena ia sangat menyayangiku dan ini adalah miliknya yang paling berharga. Sekarang aku memberikannya kepadamu karena kau menyelamatkan nyawaku. Aku ingin menunjukkan terima kasihku kepadamu dengan memberimu hartaku yang paling berharga juga...." Ia menaruh cincin itu di telapak tangan 'Pangeran Siegfried' dan menutupkan tangannya, "Tolong terimalah, jangan membuatku malu."     

'Pangeran Siegfried' berpikir sejurus, lalu mengangguk. "Baiklah. Aku tidak mau apa-apa. Aku menolongmu karena dulu aku pun sering ditolong orang... Aku hanya meneruskan kebaikan orang-orang yang pernah berbuat baik kepadaku. Tetapi aku menghargai pemberianmu ini, Adik kecil. Jaga diri baik-baik, ya... Jangan sampai aku bertemu kau ketiga kalinya karena aku harus menyelamatkanmu lagi..."     

Aleksis mengerutkan keningnya, "Menyelamatkanku lagi? Kakak baru menyelamatkanku satu kali..."     

Pangeran Siegfried hanya tertawa kecil. Ia menyimpan cincin dari Aleksis ke sakunya dan mengelus-elus anak anjing yang mereka selamatkan.     

"Selamat tinggal." Ia mencium kening Aleksis dengan lembut dan kemudian beranjak pergi. Ia telah melihat seorang perempuan cantik yang mirip Aleksis sedang berjalan tergesa-gesa ke arah lounge.     

"Aleksis!!" Finland hampir berlari ke arah lounge tersebut dan dalam waktu sepuluh detik saja ia telah merengkuh anak perempuannya ke dalam dekapannya dengan haru. "Mama sangat kuatir...."     

Aleksis menoleh ke samping dan tidak menemukan 'Pangeran Siegfried' maupun bayangannya di mana pun. Pemuda itu telah menghilang dengan sangat cepat. Akhirnya ia hanya bisa menghela napas dan balas memeluk ibunya.     

"Mama... aku baik-baik saja."     

"Oh.. apa ini? Anak anjing? Dari mana?" tanya Finland. Ia telah melihat anak anjing di kursi samping Aleksis saat melonggarkan pelukannya, "Apa yang terjadi kepadamu? Siapa yang menolongmu?"     

"Aku ceritakan di rumah saja, ya, Ma..." kata Aleksis dengan enggan. Ia mengangkat anjingnya dan Finland meminta staf hotel untuk membawakan tas Aleksis ke mobil. Mereka lalu keluar beriringan.     

'Pangeran Siegfried' menatap pemandangan itu dari balik pembatas ruangan dengan mata tidak berkedip. Ia kagum melihat betapa cantik dan mudanya ibu Aleksis. Mungkin karena wanita itu setengah Asia? pikirnya. Ia tahu orang Asia secara genetik memiliki penampilan yang awet muda. Dalam hati ia berpikir tentu Aleksis kalau sudah dewasa akan menjadi secantik ibunya, atau bahkan lebih cantik.     

'Jaga dirimu baik-baik, Adik kecil," gumamnya pelan, sebelum kemudian keluar dari pintu belakang.     

Caspar segera keluar dari mobil saat melihat Aleksis dan Finland keluar dari hotel. Ia tak dapat menahan diri memeluk anak perempuannya dengan kuat dan menitikkan air mata haru.     

"Maafkan Papa yang tidak bisa menjagamu, Sayangku... Mulai sekarang kau akan selalu diikuti pengawal. Tidak akan kubiarkan hal seperti ini terjadi lagi...." bisiknya.     

"Ugh.. Papa, aku sesak napas. Peluknya pelan-pelan, dong..." protes Aleksis. Ia berusaha menyelamatkan anak anjingnya dari himpitan tubuh ayahnya, "Pangeran Siegfried nanti mati sesak..."     

Caspar melonggarkan pelukannya dan mengerutkan kening, "Pangeran Siegfried? Siapa?"     

"Anak anjingku... Aku menyelamatkannya dan menamainya Pangeran Siegfried," kata Aleksis. "Kalau Papa membuatkanku makanan kesukaanku, aku akan menceritakan petualanganku selama seminggu ini bersama Pangeran Siegfried Besar dan Pangeran Siegfried Kecil."     

Caspar tersenyum lega. Anak perempuannya masih selincah dan secuek biasanya. Berarti ia tidak mengalami hal yang traumatis atau mengerikan.     

Ia akan bersabar menunggu Aleksis menceritakan semua yang terjadi. Ia juga tinggal menunggu laporan dari Jadeith mengenai penolong Aleksis dan jati dirinya.     

"Baiklah. Mari kita pulang. Papa akan memasak untukmu..."     

Caspar menggandeng Aleksis masuk ke dalam mobil, bersama anak anjingnya, diikuti oleh Finland dan mereka segera melaju kembali ke Hotel Continental.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.