The Alchemists: Cinta Abadi

Berpamitan (2)



Berpamitan (2)

0Saat Finland tiba di ruangannya, orang-orang tampak menatapnya dengan aneh, membuatnya merasa tidak enak. Ia mengenali ekspresi di wajah mereka dan ia tidak menyukainya.     

Ini mengingatkannya pada masa-masa sulitnya di LTX Singapura dulu ketika teman-teman kerjanya mengira ia adalah simpanan pemilik Hotel Continental.     

"Pssst... Finland, kemarilah," Ruth yang melihatnya masuk segera menarik tangannya dan membawanya ke pantry. Setelah memastikan tidak ada orang di pantry ia segera menuangkan jus ke dua gelas untuk mereka. Wajahnya tampak kalut sekali. Ia menyerahkan segelas jus kepada Finland. "Apa hubunganmu dengan Tuan Schneider?"     

"Eh...?" Finland kaget mendengar pertanyaan yang tiba-tiba ini. Apakah tadi Caspar kemari mencarinya?     

"Aku sekarang mengerti kenapa kau tiba-tiba mau berhenti kerja..." Ruth meneguk jusnya dengan cepat, napasnya bergerak cepat dan terlihat ia mulai menjadi emosional, "Kau selingkuh dengan Tuan Schneider dan kalian baru putus, maka perusahaan memaksamu berhenti bekerja untuk menghindari skandal. Ugh... kenapa kau melakukan itu?? Dia itu pria beristri! Orangnya baik sekali, dan mereka sudah mau punya anak..."     

"Eh.. apa?" Finland terkejut mendengar perkataan Ruth.     

Astaga... pantas saja orang-orang di departemennya tadi memandangnya dengan wajah benci. Mereka mengira ia menjalin hubungan gelap dengan tuan besar karena sering dipanggil ke ruangannya untuk menerjemahkan dokumen Indonesia dan kini terjadi skandal karena mereka berpisah.     

Seketika kepalanya terasa berdenyut-denyut dan Finland menatap gelas di tangannya dengan pandangan nanar, ingin sekali ia membanting gelas itu ke lantai. Kenapa ia selalu dituduh sebagai simpanan atau selingkuhan Caspar? Tidak di Singapura, tidak di New York... sama saja.     

Ia hanya ingin bekerja dengan tenang dan menghindari konflik.     

"Aku bukan selingkuhannya..." desis Finland berusaha menahan amarah. Ia meletakkan gelasnya dan memijat keningnya. "Ruth, perasaanku sedang tidak enak dan aku tidak mau marah-marah di sini. Tolong tinggalkan aku sendiri."     

Ruth terkesiap tetapi akhirnya ia menaruh gelasnya di wastafel dan menepuk bahu Finland sebelum pergi keluar pantry. "Maaf, aku tidak bermaksud bersikap keras kepadamu atau mencampuri urusan pribadimu. Aku tadi sudah kelewatan. Maafkan aku..."     

Setelah Ruth pergi, Finland terduduk di kursi di pantry, berusaha menenangkan perasaannya dan kemudian mengirim pesan kepada Caspar.     

[Aku capek sekali hari ini. Aku sudah tidak mau bekerja lagi. Bisakah kau menjemputku ke lantai 20?]     

[Aku segera ke sana.] Caspar cepat membalas SMS-nya.     

Lima menit kemudian Caspar sudah berlari masuk ke dalam ruangan Departemen Market Research dan saat ia tidak menemukan Finland ia bertanya kepada Ruth di mana Finland berada. Ruth terkejut melihatnya datang lagi tapi cepat menunjuk ke arah pantry. Dengan sigap Caspar segera bergegas ke sana.     

"Hei... ada apa? Kau capek?" Ia segera memeluk Finland yang duduk di kursi dengan tampang kusut. "Ada yang mengganggumu?"     

Finland segera menangis di dadanya dan mengomel, meluapkan semua kekesalannya hari ini, "Aku dituduh selingkuhanmu... huhuhu.. sama seperti dulu aku dituduh sebagai simpanan pemilik Hotel Continental...huhuhu...."     

Caspar kebingungan, "Kok bisa mereka menuduhmu begitu?"     

"Mungkin karena tadi kau datang ke sini mencariku, dan mereka ingat aku sering dipanggil ke ruanganmu... dan mereka tahu kau sudah punya istri... dan aku hanya karyawan biasa... dan aku sudah bilang mau resign. Mereka pikir aku kau suruh berhenti kerja karena kita sudah putus dan kau ingin menghindari skandal..."     

Caspar menepuk keningnya, "Astaga... aku tidak mengira daya khayal orang-orangku cukup tinggi..."     

"Dulu aku dituduh sebagai simpananmu dan sekarang aku dituduh jadi selingkuhanmu!!" tukas Finland dengan nada marah. "Sebenarnya itu lucu sekali.. tapi hari ini aku sedang sensitif dan rasanya ingin mengamuk... aku tak yakin aku akan bisa bersikap normal di depan mereka..."     

Caspar setuju bahwa dalam situasi normal sebenarnya ini lucu sekali karena berkali-kali Finland terkena gosip sebagai kekasih gelapnya... seolah ia adalah perempuan nakal yang berusaha menarik perhatian pria kaya, padahal yang terjadi justru sebaliknya, Casparlah yang setengah mati berusaha mengejarnya dan Finland yang selalu menghindar.     

Ia ingin tertawa tetapi tidak tega. Sekarang ia sadar semua kehebohan dan sikap Finland yang irasional ini adalah akibat hormon kehamilannya yang tak terkendali dan tiba-tiba meledak di hari yang salah.     

"Baiklah, aku akan memarahi mereka dan memotong bonus tahunan mereka sebagai hukuman telah membuat sedih istriku tercinta. Siapa tadi yang memanggilmu gendut? Aku akan memecatnya."     

Finland belum pernah melihat Caspar memecat orang sebelumnya, berarti ia menganggap sangat serius insiden hari ini...     

Finland tak ingin melihat Ruth dipecat, hanya karena perkataannya yang diucapkan dalam situasi wajar itu terasa menyakitkan karena Finland sedang merasa super sensitif. Ia segera menggeleng.     

"Tidak usah berlebihan... Ini cuma hormon kehamilan brengsek, aku seharusnya tidak perlu tersinggung," katanya cepat. "Tapi aku tidak yakin akan bisa melanjutkan bekerja di sini setelah insiden hari ini. Ditambah lagi, aku tidak tahu sampai kapan hormon brengsek ini akan menggangguku..."     

"Jadi apa yang kau inginkan?" Sepasang mata Caspar seketika membulat ketika ia menyadari satu-satunya kemungkinan, "Kau akan berhenti bekerja? Mulai hari ini?"     

Finland mengangguk. "Aku takkan bisa bertemu teman-teman kerjaku lagi... Pasti nanti menjadi canggung."     

Caspar tertawa riang. Ha ha ha. Ia tak mengira hari ini keberuntungannya tiba juga. Finland bersikap cemburu kepadanya, dan malah sekarang ingin berhenti kerja lebih awal.     

Ia akan merayakan hal ini dengan minum-minum bersama Lauriel nanti malam. Hari ini ia boleh membuat pengecualian karena ia sangat gembira.     

"Baiklah. Kalau begitu kita pulang saja. Kau mau pamitan dulu kepada teman-teman kerjamu?"     

Finland mengangguk. Caspar membantunya bangun dari kursi dan menggandengnya masuk ke ruangan Departemen Market Research, langsung menuju ke mejanya.     

"Dari mana kau tahu mejaku?" tanya Finland heran, ia menoleh dan memberikan pandangan curiga kepada Caspar, "Kau stalking aku?"     

Hm... oke, mungkin hormon kehamilan ini tidak selalu menggemaskan, pikir Caspar. Ia harus menahan diri agar tidak membalas sikap ketus istrinya dan tetap menjawab dengan lembut, "Aku tahu itu mejamu karena ada tasmu di atasnya."     

"Oh..." Finland mengambil tasnya dan membereskan sedikit barang yang ada di mejanya. "Baiklah, kita bisa pulang."     

Caspar menungguinya dengan sabar dan kemudian mengangguk. "Kau tidak mau pamitan kepada teman-teman kerjamu?"     

Finland menoleh ke sekelilingnya dan melihat semua orang sudah menatap mereka dengan pandangan penuh pertanyaan.     

"Uhm... teman-teman, aku tidak enak badan dan mau pulang duluan. Terima kasih sudah bekerja sama denganku selama empat bulan ini... Kalian semua sangat menyenangkan. Maaf aku berhenti kerja lebih cepat, karena kehamilanku sedang memasuki tahap menyebalkan...." Ia membungkukkan badannya sedikit ke beberapa arah. Sebelum pergi ia teringat sesuatu dan menambahkan penjelasan, "Oh ya... mohon kalian tidak salah paham, aku bukan selingkuhan Tuan Schneider, aku ini istrinya.".     

Caspar ingin tertawa gelak-gelak melihat ekspresi kebingungan dan terkejut orang-orangnya, tetapi ia menahan diri dan tetap terlihat kalem di permukaan. Bagaimanapun ia adalah bos mereka dan tidak boleh kehilangan muka.     

Ia mengangguk, "Iya, Finland ini istriku dan seperti yang kusampaikan di pesta natal perusahaan, dia sedang hamil anak kedua kami. Aku akan mengundurkan diri dari bisnis dan fokus pada keluarga. Terima kasih atas kerja sama kalian selama ini. Selamat siang."     

Ia membawakan tas Finland dan menggenggam tangannya berjalan ke lift, diiringi pandangan shock semua orang, terutama Ruth yang ingat tadi ia yang terang-terangan menanyakan kepada Finland apakah ia memiliki hubungan gelap dengan Tuan Schneider.     

"Kau mau langsung pulang atau beristirahat di lantai 35? Aku masih ada sedikit pekerjaan, tapi itu tidak terlalu penting, aku bisa melanjutkannya besok," tanya Caspar di pintu lift.     

"Hm... kalau kau ada pekerjaan, selesaikan saja dulu. Aku bisa menunggu. Tapi aku tidak mau bertemu orang-orang," jawab Finland.     

Toh, di mansion ia juga hanya akan beristirahat, tidak ada salahnya ia beristirahat di ruangan Caspar sambil menunggunya selesai bekerja. Ia tidak mau egois dan membuat Caspar meninggalkan pekerjaannya hanya karena ia sedang tidak enak hati.     

"Baiklah." Caspar memencet tombol lantai 35 dan mereka segera menuju ke lantai paling atas.     

Sebelum mereka tiba di lantai 35, gosip sudah menyebar dari lantai 20 bahwa sebenarnya istri tuan besar Schneider juga bekerja di gedung itu, dan mereka sudah membuka identitasnya. Karena itulah saat keduanya tiba di lantai puncak, orang-orang sudah terlihat bersikap biasa dan tidak mengganggu mereka.     

Staf yang tadi hendak menghentikan Finland masuk ke ruangan Caspar hanya bisa memegangi dadanya yang berdebar-debar karena takut dimarahi oleh istri bosnya. Untunglah perempuan dengan perut yang membesar itu tampak terlalu lelah untuk memperhatikannya.     

"Baiklah, istriku yang cantik, silakan beristirahat di sini. Aku akan membereskan sedikit hal dengan para direksiku, supaya besok kita tidak usah datang ke sini lagi," Caspar mencium kening Finland yang duduk di sofanya lalu bergegas keluar.     

Semua bisa melihat wajahnya yang sangat riang dan orang-orangnya sadar mereka belum pernah melihatnya sebahagia ini sebelumnya. Dalam hati mereka ikut bahagia melihat bosnya bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.