The Alchemists: Cinta Abadi

Berpamitan (1)



Berpamitan (1)

0Caspar masih terus berusaha menelepon Finland sambil mencarinya ke lantai 20. Panggilan teleponnya tetap tidak diangkat, tetapi Caspar sama sekali tidak kuatir. Hatinya masih berbunga-bunga karena akhirnya ia mengalami apa yang selama ini sangat didambakannya : Finland cemburu dan bersikap irasional.     

Ia ingat dulu sangat susah membuka hati Finland untuk cinta, dan setelah mereka berhubungan ia tetap tidak merasakan gadis itu bersikap terbuka dengan perasaannya.     

Hanya satu kali Finland pernah menunjukkan kecemburuan kepadanya, waktu ia menggodanya dengan memanfaatkan Famke. Saat itu Finland marah sekali karena Caspar seolah sengaja ingin membuatnya menangis, dan sejak itu Caspar tak pernah mengulangi perbuatannya.     

Tapi kemudian, Finland kembali menjadi orang yang tidak ekspresif dengan perasaannya, apalagi kemudian mereka akhirnya malah berpisah bertahun-tahun.     

Caspar merasa di antara mereka berdua, ialah yang cintanya lebih besar dan tidak ketulungan, sementara sikap Finland yang dulu lebih memilih Jean daripada dirinya dan kemudian menjalani dua tahun hidupnya bersama Lauriel, membuat Caspar merasa kurang dicintai.     

Finland dikelilingi pria-pria mengagumkan yang jatuh cinta kepadanya seperti Jean dan Lauriel dan membuat Caspar merasa cemburu setengah mati, tetapi sialnya ia hanya bisa menderita sendirian karena gadis itu tidak pernah terlihat cemburu kepadanya. Finland sangat perhitungan dan rasional dan tidak pernah menunjukkan emosi yang tidak perlu.     

Padahal Caspar sangat ingin merasakan dicemburui. Pasti menggemaskan sekali, pikirnya.     

Ia sudah tidak berani lagi sengaja membuat Finland cemburu dan berharap dengan Finland melihat sendiri di kantor ada begitu banyak wanita yang mengaguminya, gadis itu akan merasa sedikit terganggu dan mulai bersikap posesif, tetapi apa daya hingga kini Finland selalu rasional dan tenang-tenang saja. Ia seperti lebih menyukai pekerjaan daripada suaminya.     

Caspar sama sekali tidak menduga bahwa hari ini kedatangan Sophia justru membuat istrinya cemburu dan marah-marah.     

Ah... mungkin kebetulan timing-nya memang sangat pas. Finland sedang sensitif karena kehamilannya, lalu datanglah perempuan yang tidak ia sukai, dan kebetulan sangat cantik... sehingga gabungan dari semua itu membuat hatinya panas.     

Senyum Caspar masih terkembang manis sekali ketika ia keluar dari lift di lantai 20 dan segera masuk ke ruangan besar tempat orang-orang dari departemen Market Research berada.     

Karyawan di lantai itu banyak yang otomatis berdiri dan memandangnya dengan terkesima. Tuan besar hampir tidak pernah datang ke lantai ini, maka kehadirannya yang tiba-tiba di sana mengagetkan semua orang.     

"Selamat siang, Tuan. Ada apa gerangan yang membuat Tuan kemari?" tanya James Glass, Manajer Departemen Market Research sambil menghampirinya.     

"Selamat siang, aku mencari Nona Finland Makela. Apa dia sudah kembali kemari?" tanya Caspar sambil melayangkan pandang ke sekelilingnya. Ia melihat tas Finland tergeletak di sebuah meja dan segera berjalan ke sana. "Apakah ini mejanya?"     

"Eh... iya. Ada apa, mengapa Anda mencarinya?' tanya James lagi, penasaran tetapi berusaha tidak terlihat memaksa bertanya. "Finland tadi makan siang bersama Ruth, saya bisa ke lantai 30 untuk memanggil mereka. Eh... itu Ruth baru datang."     

Ruth yang baru masuk setelah selesai makan siang lalu mendekat. Ekspresinya keheranan tetapi matanya tampak berbinar-binar bisa bertemu begitu dekat dengan bos mereka yang jarang muncul di depan publik ini.     

"Ada apa, Tuan?" tanyanya.     

"Tuan Schneider mencari Finland... Apakah dia bersamamu?" tanya James cepat.     

"Oh... iya, tadi begitu. Tapi kemudian dia minta izin mau naik ke lantai 35. Apakah Tuan memerlukannya? Tadi Anda tidak bertemu dengannya di atas?"     

"Hmm... baiklah, terima kasih..." Caspar segera berlalu. Finland mungkin terlalu emosional untuk kembali ke ruangannya, jadi ia pergi ke tempat lain untuk menenangkan diri. Ia tidak mungkin pulang ke rumah karena tasnya masih ada di mejanya, berarti kemungkinan ia pergi ke lounge di lantai 30.     

Akhirnya dengan langkah-langkah panjang ia pun kembali ke lift dan naik ke lantai 30.     

Sementara itu departemen Market Research seketika geger setelah Caspar pergi dari ruangan mereka. Semua sibuk menduga-duga kenapa tuan besar mereka mencari Finland tiba-tiba seperti ini.     

Ruth mengerutkan keningnya dan ingat tadi Finland tiba-tiba minta akses untuk naik ke lantai 35 saat mendengar Tuan Schneider bertemu dengan CEO Group Meier yang sangat cantik. Ia ingat wajah Finland terlihat cemburu.     

Apakah....?     

Astaga.... Ruth menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas panjang saat pikiran itu terbetik di benaknya. Ia memandang ke arah meja Finland dengan wajah pucat.     

***     

Caspar menemukan istrinya di cabana tempat mereka sering bertemu - tepatnya ia tidur siang dan Finland bekerja. Gadis itu sedang duduk meringkuk di dalam cabana dengan wajah sedih. Posisinya terlihat aneh karena perutnya yang besar dan ia berusaha memeluk lututnya.     

"Hei... Sayangku," Caspar duduk di samping Finland dan mengusap bahunya, "Maafkan aku tidak menceritakan tentang kedatangan Sophia. Aku tidak ingin membuatmu kesal karena aku tahu tentang perbuatannya kepada kita. Pertemuan tadi murni hanya bisnis dan sudah selesai. aku tidak pernah akan ada urusan lagi dengannya. Tadi kami hanya berbincang-bincang sebentar sehabis urusan bisnis, karena kami sedang membahas apa yang terjadi dengan Alexei."     

Finland menoleh ke arah Caspar dengan pandangan masih ketus, "Ada apa dengan Alexei?"     

"Hmm... Lauriel sudah memberinya kematian, dan karena ia sudah bukan bagian dari kaum Alchemist, ia tak boleh menyimpan pengetahuan tentang kaum kita, maka Lauriel juga memberinya obat untuk menghilangkan ingatannya setelah ia berhasil mendapatkan semua informasi yang dibutuhkannya. Sophia tidak tega membiarkan kakaknya terlantar, sehingga ia sudah mengatur agar Alexei tinggal di Swiss dan hidup tenang di sana. Menurutnya kehilangan keabadian dan ingatannya sudah menjadi hukuman yang sepadan dengan perbuatannya."     

"Tidak bisa! Dia hampir membunuh Aleksis!!" protes Finland.     

"Aku juga berpikir begitu. Tetapi aku tak bisa memaksa Sophia. Bagaimanapun Alexei itu kakak kandungnya dan mereka sudah bersama selama lebih dari 300 tahun. Aku sudah mengirim orang-orangku untuk mengawasinya dan memastikan ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi..." Caspar tersenyum dan menyentuh lutut Finland, "Apa kau tidak pegal duduk dengan posisi seperti ini? Kakimu mau dipijat?"     

Finland mengerucutkan bibirnya, ia sudah melihat kakinya yang agak bengkak dan seketika air mata kembali menetes ke pipinya. Ia kesal sekali karena menangis seperti ini. Seharusnya ia bisa terus bersikap elegan... Ugh.     

"Aku tadi disebut gendut..." bisiknya pelan.     

Caspar terhenyak mendengar kata-kata yang diucapkan dengan suara pedih itu. Seakan hatinyalah yang merasa disakiti. "Siapa yang bilang begitu??"     

"Ini bukan masalah siapa yang bilang..." Finland menutup wajahnya dengan kedua tangannya, "Aku memang gendut, dan sekarang aku tidak cantik lagi..."     

"Astaga.... kau TIDAK gendut. Kau sedang hamil, dan kau adalah perempuan paling cantik yang aku kenal. Jadi aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau sedih karena itu..." Caspar menatap Finland dengan sepasang mata yang membulat, "Apa kau cemburu karena melihat Sophia bersamaku?"     

Finland menurunkan tangannya dari wajah, bibirnya merengut dan pelan-pelan ia mengangguk.     

"Aku tahu dia dari dulu menaruh hati kepadamu... dan dia cantik sekali. Aku sangat cemburu melihat kalian berduaan di ruanganmu. Kau tidak memberitahuku bahwa dia datang..." katanya dengan suara menuduh, "Apa kau malu memperlihatkan istrimu yang gendut ini kepadanya?"     

Caspar tertawa senang sekali hingga suaranya bisa terdengar orang-orang lain di lounge yang mulai memperhatikan ke arah cabana mereka. Ia lalu mendekap Finland dengan mesra dan berbisik di telinganya, "Aku sangat senang, akhirnya istriku cemburu begini. Aku merasa dicintai..."     

Finland berusaha meronta tetapi Caspar tidak mau melepaskan pelukannya.     

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" Finland masih berusaha protes.     

"Aku tidak memberitahumu karena Sophia itu tidak penting. Aku tak mau kau menjadi marah dan datang untuk membunuhnya. Saat ini aku sangat memikirkan perasaan dan emosimu, aku tak mau kehamilanmu terganggu karena emosi melihat wajah Sophia. Aku sama sekali tidak malu memperlihatkanmu kepada dunia, aku akan berjalan di sampingmu dengan bangga, selamanya." Caspar akhirnya melonggarkan pelukannya dan menatap Finland dalam-dalam, "Kau mau bertemu dengan Sophia? Aku bisa membawamu bertemu dengannya sekarang, tapi tolong berjanjilah jangan membunuhnya..."     

"Huh... tentu saja, karena kau sudah berjanji untuk melindunginya." desis Finland.     

"Tidak... tidak lagi. Utang-piutang di antara kami sudah lunas. Aku tidak ada urusan lagi dengannya." kata Caspar menjelaskan.     

Tatapannya yang dalam serta senyumnya dengan sepasang lesung pipi yang melelehkan hati itu akhirnya berhasil membuat hati Finland luluh, dan beberapa menit kemudian gadis itu mengangguk.     

"Baiklah. Aku sebenarnya tak mau bertemu dengannya... Kalau melihat wajahnya aku akan kehilangan kesabaranku dan melemparnya dengan pot atau kursi..." kata Finland dengan sebal.     

"Ah... kau masih kuat mengangkat kursi?" goda Caspar. "Jangan ya, Sayang. Tidak usah mengangkat yang berat-berat. Kalau mau olahraga sebaiknya melakukan olahraga lain yang tidak berat dan lebih menyenangkan."     

"Ughhhh...." Finland memukul bahu Caspar yang tampak keterlaluan riangnya hanya karena melihat Finland cemburu. "Hapus cengiranmu itu... aku sedang sensitif dan rasanya ingin memukul orang."     

Ia lalu bangkit dari cabana dan berjalan keluar lounge menuju lift.     

Caspar mengikutinya keluar dari cabana dan saat berjalan menuju lift ia baru menyadari orang-orang di lounge sedang menatapnya dengan terkesima.     

Ah, pasti sekarang mereka sudah tahu bahwa ialah yang tadi bersama Finland di cabana. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, gosip tentang mereka pasti akan menyebar bagaikan kebakaran hutan di kantor ini, tetapi Caspar sudah tidak peduli. Toh sebentar lagi mereka akan pergi.     

Dengan bersiul-siul ia naik lift menuju ke lantai 35. Finland sudah menghilang dengan lift sebelumnya menuju ke lantai 20.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.