The Alchemists: Cinta Abadi

Akhirnya...



Akhirnya...

Suasana seketika berubah menjadi lebih syahdu begitu sepasang kekasih itu memutuskan untuk menikah, secara impulsif.     

'Impulsif' hampir seperti nama tengah Aleksis, karena gadis itu memang memiliki sifat yang meledak-ledak dan penuh semangat, cenderung mengatakan atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba sesuai dengan isi hatinya. Sementara Alaric yang dewasa dan berpembawaan tenang, kali ini seolah tersapu oleh sang badai dan mengikuti saja kemana badai membawanya.     

Ia belum pernah merasa sedekat dan seyakin ini kepada seorang manusia lain sebelumnya. Seumur hidupnya yang panjang, orang yang paling dekat dengannya adalah adik angkatnya, Claudia yang telah terlebih dulu meninggalkannya, lalu anak-anak angkatnya yang ia selamatkan dari panti asuhan dan didik menjadi assassins yang tangguh.     

Ia mencoba mencari pengganti keluarganya yang hilang di dalam diri orang-orang itu, bahkan memberikan namanya kepada mereka, tetapi ia belum pernah memiliki perasaan sebegini mendalam seperti yang ia miliki kepada Aleksis.     

Karena itulah ia tidak menolak saat Aleksis meminta mereka menikah. Mungkin memang sudah saatnya, pikirnya.     

Alaric dan Aleksis tidak terburu-buru dengan rencana mereka. Keduanya menghabiskan waktu lebih lama di Sky Bar mengobrol dengan suara pelan sambil saling menggenggam tangan.     

Aleksis tidak ingat apa yang mereka bicarakan, karena pikirannya melayang dipenuhi euphoria. Pria idamannya, yang berhasil ia temukan, telah menjadi kekasihnya, dan kini segera akan menjadi suaminya.     

Ia akan menghadapi keluarganya. Ayahnya, ibunya, dan Paman Rory takkan bisa menolak dan menentang hubungannya dengan Alaric kalau mereka sudah menikah.     

Aleksis sangat mengenal keluarganya dan ia tahu bahwa mereka takkan dapat menerima Alaric dengan latar belakangnya seperti ini. Sudut pandang dan prinsip mereka terlalu berbeda. Ia harus melindungi Alaric dari penolakan keluarganya, sambil memberi waktu bagi pria itu untuk berubah.     

Tadi ia sudah mengatakan bahwa ada harapan bagi manusia... maka di mata Aleksis kini, ada harapan bagi Alaric untuk berubah. Keluarganya tidak akan mengerti hal ini...     

Setelah dirasa siap, Aleksis memberi tanda kepada pelayan dan meminta bon. Ia harus pura-pura membayar, agar Alaric tidak curiga.     

"Biar aku yang bayar," kata Alaric sambil mengeluarkan kartunya.     

Aleksis menggeleng cepat. "Kan aku yang mengajakmu makan di sini, biar aku yang bayar. Kau bayar biaya pernikahan saja... hahaha..."     

Alaric tertawa lalu mengangguk. Aleksis menerima bon dari pelayan dan pura-pura membaca isinya lalu bergegas ke bagian kasir. Di sana ia mengedip kepada manajer Sky Bar dan memberi tanda agar mereka tidak bicara macam-macam. Ia hanya mencorat-coret bon, pura-pura menandatangani kwitansi kartu pembayaran lalu mengucap terima kasih.     

"Sudah. Kita pergi sekarang?" tanyanya sambil menghampiri Alaric.     

"Ayo."     

Keduanya meninggalkan Sky Bar sambil bergandengan mesra. Para pelayan dan manajer Sky Bar hanya bisa melongo dan saling pandang. Mereka tahu gadis itu adalah orang penting di Schneider Group, walaupun mereka tak mengetahui identitas pastinya, tetapi mereka mendapat perintah untuk mengikuti apa pun keinginannya.     

Kini melihat ia makan hanya berdua dengan seorang pria misterius yang menutupi wajahnya dengan topeng, dan kini keduanya bergandengan keluar seperti ini, mereka jadi semakin bertanya-tanya siapa kedua orang itu sebenarnya.     

***     

Sejak sepuluh tahun yang lalu Singapura menempatkan diri sebagai tujuan wisata modern yang paling maju di Asia Tenggara dengan membuka kawasan di Sentosa yang meniru konsep Las Vegas di Amerika Serikat. Di sana kehidupan malam berlangsung sangat meriah dengan maraknya hotel-hotel, kasino, restoran, dan bahkan kapel pernikahan, benar-benar seperti di Las Vegas.     

Cirque du Soleil telah membuka tempat pertunjukan permanen dan tampil setiap malam menyuguhkan pertunjukan kelas dunia yang dikagumi banyak orang. Hotel-hotel juga sudah mulai mengontrak artis papan atas untuk menggelar pertunjukan permanen.     

Bahkan Billie Yves dikabarkan akhirnya mau menerima kontrak tampil selama 6 bulan di Hotel Caesar Residence, membuat begitu banyak penggemarnya kegirangan karena artis eksklusif ini akan dapat terjangkau oleh penggemarnya di kawasan Asia.     

Selain berbagai pusat hiburan dan kasino, kapel-kapel pernikahan juga mulai bermunculan untuk menyediakan layanan pernikahan cepat dan mudah bagi banyak orang yang tiba-tiba ingin menikah atau mencari prosesi pernikahan yang praktis. Mereka cukup datang dengan membawa paspor dan membayar biaya prosesi dan petugas pernikahan, dalam waktu 10 menit mereka telah dapat menikah.     

Kesanalah malam ini Alaric dan Aleksis menuju.     

Aleksis permisi sebentar naik ke 'kamarnya' di Hotel Continental untuk mengambil paspornya, sementara Alaric menyuruh asisten pribadinya membuat reservasi di kapel.     

Lima menit kemudian keduanya telah berjalan masuk ke dalam mobil Mercedes anti peluru Alaric di parkiran dan ia segera memerintahkan supirnya untuk mengarah ke Sentosa.     

"Kan malam ini tidak hujan?' tanya Aleksis. "Biasanya kau hanya naik mobil kalau hujan."     

"Kita kan perlu saksi," kata Alaric singkat. "Kalau naik motor, hanya ada kita. Kau mau mencari orang asing untuk menjadi saksi kita?"     

Aleksis mengangguk paham. Supir dan seorang pengawal pribadi Alaric akan menjadi saksi pernikahan mereka.     

Dalam hati ia agak sedih karena ia tidak bisa membawa saksi dari pihaknya sendiri. Sebenarnya akan sangat menyenangkan seandainya saja Terry bisa datang dan menjadi saksinya...     

Tetapi Terry pasti akan memberi tahu keluarganya... Ia tak boleh mengambil risiko itu.     

Mobil tiba di kawasan Sentosa dan parkir di depan sebuah kapel kecil bercat biru. Alaric membantu Aleksis keluar dari mobil dan menggenggam tangannya di sepanjang jalan.     

"Kau yakin?" tanyanya sekali lagi sebelum mereka masuk ke dalam kapel.     

Aleksis mengangguk pasti.     

Dengan langkah tegas, keduanya berjalan masuk dan menemui petugas pernikahan yang sedang sibuk mencatat sesuatu di meja kerjanya.     

"Selamat malam, asisten saya tadi sudah membuat janji untuk kami," kata Alaric. Ia mengeluarkan paspornya. Aleksis juga.     

Petugas itu segera berdiri menyambut keduanya dengan sikap hormat. Ia meneliti kedua paspor tersebut dan memberi tanda agar keduanya masuk ke dalam ruangan sebelah dan menunggu di sana sementara ia menyiapkan dokumen administrasi. Ia juga menerima kartu identitas supir dan pengawal Alaric lalu memasukkan data-data yang dibutuhkan.     

"Baiklah, terima kasih telah menunggu. Kita bisa mulai sekarang." Ia meminta pasangan mempelai berdiri menghadap altar dan saksi mereka duduk di belakang mereka. Seorang pria berusia 40-an kemudian datang dari ruang belakang dengan jubah biru tua membawa sebuah buku dan memberi tanda agar acara segera dimulai.     

"Selamat malam. Nama saya Louis Lam, dan saya adalah petugas pengesah pernikahan yang telah mendapatkan kewenangan untuk menjalankan tugas saya dari Departemen Kependudukan Singapura. Pada malam ini kita akan menyaksikan pernikahan antara Alaric Rhionen dan Aleksis Makela yang datang menghadap saya dengan permohonan serta data-data yang sudah lengkap dan niat baik untuk menyatukan diri dalam ikatan perkawinan.     

Apakah Anda, Alaric Rhionen bersedia menjadikan Aleksis Makela sebagai istri Anda yang akan Anda jaga dan sayangi seumur hidup dan senantiasa bersama dalam suka dan duka, saling menghormati dan saling mendukung dalam kebaikan?"     

Alaric mengangguk, "Saya bersedia."     

"Apakah Anda, Aleksis Makela, bersedia menjadikan Alaric Rhionen sebagai suami Anda yang akan Anda jaga dan sayangi seumur hidup dan senantiasa bersama dalam suka dan duka, saling menghormati dan saling mendukung dalam kebaikan?" Kali ini Louis Lam mengarahkan pertanyaannya kepada Aleksis yang berusaha keras menahan air matanya agar tidak mengalir.     

"Saya... bersedia..." akhirnya Aleksis dapat mengeluarkan kata-kata.     

Alaric menggenggam tangannya lebih erat dan menatap lembut ke arah Aleksis untuk menenangkannya. Gadis itu hanya bisa mengangguk.     

Setelah ini, ia harus memikirkan cara untuk menghadapi keluarganya...     

Ia tahu mereka pasti akan sangat kecewa. Tetapi ia benar-benar tak mau melepaskan Alaric. Kalau mereka tahu ia menjalin hubungan dengan seorang pimpinan dari Rhionen Assassins dan mengetahui rencananya untuk membalas dendam kepada umat manusia, Aleksis dapat membayangkan ayahnya dan ayah angkatnya akan menentang sangat keras.     

"Dengan ini saya nyatakan kalian resmi menjadi suami istri. Selamat! Anda dipersilakan mencium mempelai."     

Alaric menghapus air mata di sudut mata Aleksis, lalu menunduk dan mencium bibirnya lama sekali.     

Ia menduga air mata itu karena Aleksis terharu. Ia sama sekali tak mengira bahwa Aleksis menangis karena memikirkan bahwa di momen itu, ia telah memilih seorang Alaric Rhionen dibandingkan keluarganya sendiri, dan ia tahu bahwa perbuatannya itu telah menyakiti keluarganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.