The Alchemists: Cinta Abadi

Hampir ketahuan



Hampir ketahuan

0"17 tahun lalu, waktu aku masih berumur 2,5 tahun dan sedang bersama Paman Rory di Singapura, anak buah Alexei Meier berhasil menculikku dan memberiku racun yang sangat berbahaya, akan aktif setelah dua minggu dan menyebabkan kematian. Mereka melakukannya karena hendak memaksa Paman Rory menikahi ibuku... demi menyakiti hati ayahku dan menghancurkan keluarga kami..." Aleksis menceritakan apa yang terjadi sesingkat mungkin. "Waktu itu keadaannya sangat kacau, semua orang dan sumber daya dikerahkan agar aku tidak mati. Paman Rory bahkan sampai hampir menggunakan racun Medusa, yang bisa menyembuhkanku tetapi akan mengorbankan nyawanya..."     

"Astaga... " Nicolae menatap ayahnya yang hanya melengos mendengar bagian itu. Ia sekarang mengerti betapa sayangnya Lauriel kepada anak angkatnya ini, sehingga bahkan rela mati untuknya belasan tahun yang lalu.     

Dalam hati ia merasa sedih... bila sampai itu terjadi, maka Nicolae takkan pernah mendapat kesempatan bertemu ayah kandungnya ini. Pemikiran itu membuatnya marah dan mengepalkan tangannya tanpa sadar.     

"Yah... Papa dan Paman Rory mengerahkan semua yang mereka bisa, dan ada bantuan juga dari The Wolf Pack untuk menjebak dan menangkap Katia dan Alexei. Katia adalah mantan tunangan Papa yang menjadi jahat dan mendendam karena cintanya ditolak Papa, Alexei ingin menjatuhkan Papa dari kepemimpinan klan karena ia ingin mengubah kaum kita menjadi purists...." Aleksis memijit keningnya membayangkan apa yang terjadi di masa lalu, dan betapa keluarganya merasa sangat tertekan waktu itu, "The Wolf Pack berhasil menangkap kedua orang itu, dan untungnya Paman Rory juga akhirnya berhasil menemukan obat penawar racun yang tepat, sehingga aku selamat, dan sekarang bisa berdiri di depanmu ini sambil mengoceh..."     

Nicolae sangat terkejut mendengar cerita Aleksis. Ia sama sekali tak mengira ada intrik perebutan kekuasaan di dalam klan Alchemists yang tadinya ia pikir sempurna. Tanpa sadar ia merangkul bahu Aleksis saat gadis itu selesai menceritakan bahwa ia pernah hampir mati diracuni Alexei dan Katia demi membalas dendam kepada ayahnya.     

"Lalu.. apa yang terjadi kepada kedua orang itu sekarang? Di mana mereka?" tanyanya prihatin.     

"Uhm... Paman Rory sudah menghukum mereka dengan kematian. Setahuku Katia sudah mati karena ia hendak menembak Papa, dan Alexei sekarang hidup sebagai manusia biasa di Swiss. Mungkin sekarang dia sudah menua dan hidup sendiri, tidak ingat apa pun lagi tentang kaum Alchemist," jawab Aleksis.     

"Tapi keluarga Meier masih cukup berkuasa. Aku tidak tahu mereka adalah kaum Alchemist juga, aku hanya tahu mereka punya banyak bisnis besar dan baru-baru ini ada selentingan mereka akan bekerja sama dengan Rhionen Industries...." kata Nicolae sambil mengerutkan keningnya, "Siapa yang memimpin keluarga itu sekarang kalau Alexei sudah tidak ada?"     

"Setahuku Sophia Meier... dia yang menjadi pewaris keluarga Meier sekarang," kata Aleksis sambil mengangkat bahu. Ia masih ingat Sophia terkenal sangat cantik, bahkan di antara kaum Alchemist sendiri.     

Mengingat saat ini kemungkinan Alaric sedang di Inggris dan bertemu Sophia untuk kerja sama itu membuat hati Aleksis sedikit berguncang. Ugh... Ia ingin segera menemukan ponselnya dan menghubungi Alaric, menanyakan kegiatannya di Inggris dan apakah ia memang bertemu Sophia.     

"Hmm..." Nicolae mengangguk, tetapi dalam hatinya ia menyimpan semua keterangan Aleksis dengan baik.     

Waktu boleh berlalu belasan tahun, tetapi ia tidak bisa memaafkan perbuatan keluarga Meier kepada Aleksis kecil dulu dan bahwa mereka pernah membuat ayahnya hampir mengorbankan nyawa demi menolong Aleksis dari racun.     

Ia bertekad akan mencari tahu tentang Alexei dan Sophia, siapa tahu ada hal berguna yang bisa dimanfaatkannya. Reputasinya sebagai hacker terbaik dunia tidak ada gunanya kalau ia tidak dapat menemukan sesuatu untuk menghukum Keluarga Meier.     

"Ya sudah, kalau begitu kita ke kampus sekarang, aku ingin segera mencari ponselku..." kata Aleksis kemudian. Ia segera bersiap mengambil tasnya dan memakai sepatu lalu pamit kepada Lauriel. Nicolae mengikuti di belakangnya.     

"Kau kan tinggal beli ponsel baru dengan pengaturan privasi yang sama seperti ponselmu kemarin?" tanya Nicolae penasaran sambil berjalan menjajari Aleksis yang sudah menekan tombol pintu lift. "Beli online sekarang satu jam lagi sudah bisa dipakai. Semua kontak dan data yang hilang bisa dipulihkan. Aku bisa membantu untuk itu..."     

"Tidak apa-apa... Aku tidak suka boros beli barang baru kalau masih ada yang lama..." jawab Aleksis sekenanya. Ia sebenarnya tidak perlu jam ponselnya. Ia hanya perlu chip penghubung ke Alaric di jam itu. Ia tidak peduli dengan kontak mana pun... ia hanya perlu kontak Alaric.     

Tapi tentu saja ia takkan membiarkan Nicolae tahu itu.     

"Boros bagaimana? Kau tahu nilai kekayaan seluruh Group Schneider?" tanya Nicolae kebingungan. Membeli satu ponsel tercanggih bagi mereka harusnya sama seperti membeli permen murah yang tidak ada harganya.     

Aleksis tidak menjawab, akhirnya Nicolae hanya mengangkat bahu dan mengikuti Aleksis tanpa bicara lagi. Mereka turun ke basement dan di sana Carl dan Sascha telah menunggu dengan mobil Mercedes anti peluru.     

Mereka tidak mau mengambil risiko sama sekali, kali ini akan mengantar jemput Nona Besar mereka dengan pengamanan ekstra. Sikap mereka persis seperti prajurit pasukan khusus yang akan maju ke medan perang. Kalau Aleksis tidak sedang gundah, tentu ia akan merasa geli melihat tingkah pengawalnya ini.     

"Kita kan bisa naik mobilku..." kata Nicolae sambil mengeluarkan kuncinya.     

"Tidak bisa. Di mobilmu ada terlalu banyak darah. Kemarin aku sudah minta staf untuk membawanya ke salon mobil," jawab Aleksis. "Kita bisa diantar Carl dan Sascha."     

"Uhm.. oke." Nicolae menyimpan kembali kuncinya lalu berjalan menghampiri mobil Mercedes itu. Dengan sigap Carl membuka pintu untuk mereka dan setelah keduanya duduk dengan manis di kursi belakang ia lalu menutup pintu dan duduk di sebelah Sascha yang mengemudi.     

"Nona, kami sangat kuatir atas apa yang terjadi kepada Nona kemarin," kata Carl dengan nada cemas. "Seperti perintah Nona, kami selalu menjaga jarak karena dua orang itu. Kami tidak menyangka kemarin mereka tidak bekerja dengan baik saat Nona hampir diculik orang. Kemana dua pengawal dari kekasih Nona itu? Mengapa mereka tidak menolong Nona?"     

Deg!     

"Kekasih?" Nicolae tanpa sadar menggumam sendiri saat mendengar kata-kata Carl. Ia lalu menoleh ke arah Aleksis yang sedang gundah dan tidak mendengar sama sekali ucapan pengawalnya itu.     

"Uhmm.... Kau tadi bilang apa, Carl?" tanya Aleksis kemudian dengan mata setengah mengantuk dan pikiran yang tidak sedang hinggap di tubuhnya.     

"Carl bertanya kemana pengawal yang diberikan kekasihmu?" Nicolae yang menjawab pertanyaan Aleksis. Ia menatap gadis itu dengan pandangan dalam-dalam, "Kau sudah punya kekasih?"     

Gawat!     

Aleksis membelalakkan matanya mendapat todongan pertanyaan seperti itu tiba-tiba dari Nicolae. Sial sial sial... Ia seharusnya berkoordinasi dulu dengan Carl dan Sasha agar mereka tidak kelepasan bicara lagi.     

Untunglah Aleksis adalah seorang gadis yang sangat cerdas dan dengan cepat mampu menetralkan situasi. Ia hanya mengangkat bahu dengan acuh.     

"Orang secantik aku, pasti banyak yang mau menjadi kekasihku," Ia lalu melirik Nicolae dengan senyuman terjahilnya, "Kau saja kemarin setuju menjadi kekasih pura-puraku di kampus, kan? Kau pikir kau satu-satunya?"     

Oh... Nicolae segera menjadi tenang. Memang benar, kemarin ia sendiri yang menawarkan diri kepada Aleksis untuk menjadi kekasih pura-puranya, walaupun tentu saja dalam hati ia berharap nanti mereka akan menjadi kekasih sungguhan.     

Bisa jadi, ia bukanlah satu-satunya pria yang menawarkan diri menjadi kekasih pura-pura gadis itu. Mungkin memang Aleksis punya beberapa dan tentu saja di antara mereka tidak ada yang serius. Aleksis sepertinya memang gadis yang sangat iseng. Buktinya kemarin di kantin ia bersikap manja kepada Terry dan bersikap seolah-olah ia adalah kekasih Terry untuk membuat Verona marah.     

Terry-lah yang kemarin mengkhianati Aleksis dan mengaku sebagai kakaknya. Hmmm... baiklah. Biar saja Aleksis punya banyak kekasih pura-pura, Nicolae akan menjadi yang terbaik dari semuanya, hingga gadis itu nanti tidak akan merasa perlu dengan yang lain.     

"Carl, aku belum memperkenalkan kepadamu... Ini Nicolae... dia.. uhm... sepupu jauhku," kata Aleksis kemudian. "Saat ini, dia juga pura-pura menjadi kekasihku. Dia kemarin melarikanku dari kampus saat melihat ada orang yang sepertinya berniat menculikku. Kalian nanti bisa berkoordinasi dengan Nicolae untuk menyelidiki siapa orangnya yang mengincarku..."     

"Kekasih pura-pura?" Sascha tampak tersenyum simpul sambil geleng-geleng melihat ke arah mereka lewat kaca spion. "Kalau begitu Nona ini seorang playgirl ya... Senang sekali memainkan hati banyak pria..."     

"Ssshhh... jangan sembarangan, ya, aku bukan playgirl..." dengus Aleksis, tetapi nadanya sama sekali tidak marah. Ia tahu Sascha hanya bercanda. "Iya, kemarin waktu Nicolae melarikanku, Takeshi dan Mischa mengejarnya, karena mengira Nicolae-lah yang ingin menculikku... Mereka berkelahi dan sama-sama terluka.. Padahal itu semua hanya salah paham."     

Nicolae sempat melihat wajah Carl dan Sascha menjadi sangat terkejut dan diam-diam mengamatinya dari kaca spion.     

Mereka tak menyangka Nicolae berhasil bertahan menghadapi dua assassins dari Rhionen Assassins seperti Mischa dan Takeshi yang sudah ada di level Naga dan Phoenix... bahkan membuat mereka sama-sama terluka.     

Orang macam apa ini? pikir keduanya dengan sangat terkejut.     

"Kenapa, Carl?" Akhirnya Nicolae tak bisa menahan penasarannya dan bertanya juga. "Kalian barusan seperti melihat hantu."     

Carl menoleh ke belakang dan menahan napas, "Kau... kau sangat mengagumkan... Kau bertarung menghadapi dua orang Rhionen Assassins tingkatan tertinggi seperti itu tetapi kau tidak mati... malah sekarang bisa duduk dengan santai di mobil ini seperti tidak terjadi apa-apa..."     

"Rhionen Assassin?" Nicolae mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Aleksis berusaha mengonfirmasi Carl tadi tidak salah bicara. "Dia bilang apa tadi? Rhionen Assassin?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.