The Alchemists: Cinta Abadi

Memang anak Lauriel



Memang anak Lauriel

0Karena tak dapat menghubungi Aleksis, akhirnya Alaric menghubungi Mischa.     

"Aku tak bisa menghubungi Aleksis. Kau tahu dia di mana?" tanya Alaric dengan cepat ketika Mischa mengangkat teleponnya.     

"Nona belum menghubungi kami. Aku juga tidak bisa meneleponnya. Aku akan mencoba mencari ke asramanya," kata Mischa segera.     

"Hmm.. tidak usah, kau pulihkan diri dulu. Aku akan menyuruh Pavel mencari tahu keberadaan Aleksis."     

Alaric mengirim pesan kepada Pavel untuk mencari tahu kabar Aleksis. Seharusnya mudah saja mencari gadis itu karena ia masih kuliah di St, Mary dan tinggal di asrama. Ia kemudian ingat bahwa Pavel juga sudah ditugasinya mencari Aldebar.     

"Pavel, sudah ada kabar dari Wolf?" tanyanya sambil berjalan keluar kamarnya hendak mengambil teh dari lobi sayap kanan istana.     

"Wolf hanya akan menerima tugas itu kalau ia mengetahui siapa kliennya. Akhir-akhir ini dia memang terkenal semakin mempersulit klien yang ingin mengontraknya. Orang dengan reputasi seperti dia sudah tidak perlu uang," keluh Pavel. "Sekarang informasi adalah mata uang yang lebih berharga."     

Alaric mengangguk pelan. Ia juga menetapkan kebijakan yang sama sejak puluhan tahun lalu. Ketika Rhionen Assassins sudah memiliki reputasi yang menggentarkan, mereka tidak lagi melakukan tugas secara anonim. Semua klien yang hendak mengontrak mereka harus memberikan identitas mereka sebagai jaminan. Berapa pun uang yang ditawarkan, kalau mereka menolak syarat itu, maka ia takkan menggubris permintaan klien.     

Akhirnya, klien-klien itu menyerah dan tunduk pada syarat yang ia tentukan karena mereka sadar, tidak ada pembunuh bayaran sebaik Rhionen Assassins. Identitas mereka dan risiko Rhionen Assassins kelak menggunakannya untuk mengikat mereka sudah dianggap bagian dari harga yang harus mereka bayar ketika mereka mengontrak organisasi misterius itu. Biasanya ini adalah orang-orang yang sangat membutuhkan jasa pembunuh terbaik dan bersih, sehingga tidak dicurigai oleh lawan mereka.     

Rhionen Assassins telah membunuh calon presiden unggulan sehingga lawan politiknya lah yang memenangkan pemilu, saingan bisnis, pelaku kejahatan yang sangat berkuasa dan tak dapat disentuh polisi, angota parlemen yang terlalu vokal, bintang film terkenal yang selingkuh dengan seorang perdana menteri di Eropa dan berniat mengungkapkan hubungan gelap mereka ke media, dan masih banyak lagi.     

Sebagai profesional, Rhionen Assassins tidak membedakan korbannya, baik lelaki atau perempuan, tua ataupun muda. Mereka hanya menolak membunuh kalau ada anak-anak yang terlibat di sana. Semua data kliennya itu terbukti sangat berguna ketika kemudian Alaric beralih mendirikan perusahaan teknologi dan membutuhkan kemudahan-kemudahan di berbagai negara.     

Dengan mudah mereka memeras orang-orang penting yang menjadi klien mereka untuk memberikan dukungannya. Kontrak dengan China didapatkan dengan cara demikian, demikian juga dukungan dari beberapa negara Eropa yang kemudian memuluskannya untuk mendapatkan kontrak Uni Eropa.     

Saingan bisnis dan politisi yang mempersulit bisnisnya sudah dapat ditebak akan mengalami nasib mengenaskan di tangan para assassins-nya. Bagi Alaric mereka hanyalah sekumpulan homo sapiens yang tidak ada artinya. Ia punya tujuan lebih besar dan ia takkan membiarkan siapa pun menghalanginya.     

Kini, melihat cara kerjanya ditiru oleh hacker bernama Wolf ini, Alaric hanya bisa tersenyum. Hmm... ia dapat memberitahukan identitasnya kepada Wolf, tetapi identitas yang mana...? Dirinya sebagai Alaric Rhionen, pemilik Rhionen Industries, atau dirinya sebagai pimpinan Rhionen Assassins.     

Dia tidak yakin seorang yang bersih seperti Wolf ini pernah mendengar tentang organisasi assassin-nya. Dia bisa saja mengaku sebagai Alaric Rhionen, pemilik grup perusahaan teknologi Rhionen Industries, dan ia bahkan dapat memberitahukan sedikit informasi bahwa tujuannya mencari Aldebar adalah untuk mendapatkan obat yang sangat penting bagi kemajuan umat manusia.     

Reputasi Rhionen Industries sebagai perusahaan penemu obat kanker tentu dapat menjadi pemanis, menunjukkan bahwa ia tidak bermaksud jahat dengan mencari Aldebar.     

Hmm... Setelah berpikir sesaat ia akhirnya mengambil keputusan.     

"Pavel, kau bisa memberikan identitasmu kepadanya. Bilang saja kau membutuhkan informasi tentang Aldebar karena sebagai perusahaan penemu obat kanker, kita mendapatkan petunjuk bahwa Aldebar memiliki formula untuk menyembuhkan berbagai penyakit, dan kita ingin sekali membeli formula itu darinya." Ia terdiam sebentar, "Tapi saat kau menghubunginya, minta Sisqo untuk memantau dan melacak identitas Wolf. Kita mungkin akan membutuhkannya di masa depan."     

"Baik, Tuan." Pavel mencatat semua dengan baik di notesnya, "Ada lagi?"     

"Tolong kau cari tahu keberadaan Aleksis di kampus atau asramanya. Mischa dan Takeshi kemarin berkelahi dengan temannya dan sekarang masih memulihkan diri. Dari cerita mereka aku yakin Aleksis tidak apa-apa, tetapi aku harus memastikannya. Ia tak bisa dihubungi..."     

"Hmm... baik, Tuan. Saya akan segera mengontak John di kantor untuk mengurusi ini."     

"Baiklah. Laporkan kepadaku semua perkembangannya,"     

"Baik."     

***     

Aleksis terpaksa harus berangkat ke kampus karena ia ingin mencari jam ponselnya yang kemarin hilang. Ia tak bisa menghubungi Alaric sama sekali karena pria itu menaruh chip khusus di ponselnya agar bisa dihubungi oleh Aleksis. ia tak ingat berapa nomornya dan kalaupun iya, nomornya tidak akan dapat tertembus kecuali ia memiliki chip khusus tadi.     

Aleksis ingat, dirinya juga sama privasinya dengan Alaric dalam hal merahasiakan identitas. Jam ponselnya adalah produk yang baru dijual di Amerika dan dilengkapi dengan chip khusus. Hanya orang-orang yang ia hubungi langsung dengan ponselnya itu yang bisa meneleponnya balik atau mengirim pesan kepadanya.     

Orang lain tidak akan bisa meneleponnya. Dengan demikian hanya orang yang ia percayailah yang bisa berhubungan dengan Aleksis. Di era saat privasi menjadi hal yang sangat penting, perangkat dibuat semakin spesifik dan menyesuaikan dengan kebutuhan privasi masing-masing pelanggan.     

Awalnya pengaturan privasi seperti ini memang sangat berguna, tetapi dalam situasi seperti sekarang, justru hanya menjadi beban dan sumber masalah. Kalau ia gagal mendapatkan jamnya, Aleksis bertekad akan membeli ponsel baru biasa tanpa setting privasi sekuat sebelumnya. Ia akan memberikan nomornya kepada staf di Rhionen Industries supaya Alaric bisa menghubunginya.     

Nicolae memaksa menemaninya ke kampus untuk mencari jam itu, walaupun ia masih terluka. Ia mengingatkan Aleksis bahwa gadis itu telah setuju menjadikannya kekasih pura-pura untuk mengenyahkan gangguan mahasiswa iseng dan membuat saingannya, si ratu lebah Verona makan hati.     

"Tapi kau kan masih terluka?" protes Aleksis. "Nanti Paman Rory akan marah kalau anaknya kukerjain..."     

Lauriel yang sedang meneliti beberapa tanaman obat yang dipesannya dari China mengangkat wajah saat mendengar kata-kata Aleksis, dan segera menggeleng, "Tidak apa-apa. Laki-laki harus terbiasa bekerja keras dan melindungi perempuan. Nicolae sudah baikan."     

"Tuh, kan? Ayahku tidak keberatan," tukas Nicolae. Diam-diam ia mengedip kepada Lauriel. Dalam hati ia sangat senang karena ayahnya yang baru ia temui setelah hampir 100 tahun terpisah ini ternyata sangat mengerti dirinya.     

Lauriel hanya tersenyum simpul. Tentu saja ia bisa langsung mengetahui perasaan anaknya kepada Aleksis. Hanya laki-laki tidak normal yang tidak bisa melihat pesona gadis itu. Aleksis tidak hanya cantik dan cerdas, ia juga memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan. Memang dia keras kepala dan suka seenaknya, tetapi hatinya sangat baik dan berlimpah kasih sayang.     

Dalam hati tentu saja ia berharap Aleksis akan melupakan obsesinya terhadap Pangeran Siegfried yang dulu hanya ditemuinya selama satu minggu itu. Pria itu sekarang pasti sudah tua dan malah mati.     

Tentu saja, dengan profesinya sebagai pembunuh bayaran, hidupnya selalu dipenuhi bahaya dan diam-diam Lauriel tidak rela anak angkat kesayangannya harus hidup susah dan menderita bila menikah dengan seorang pembunuh.     

Kehadiran Nicolae bagaikan jawaban doa dari semesta. Pemuda itu baik, kepribadiannya sangat menyenangkan, ia juga sangat cerdas dan bersikap sangat melindungi Aleksis. Tanpa ragu ia hampir mengorbankan nyawanya demi menolong gadis itu. Sekarang di mata Lauriel, tidak ada pria yang lebih baik bagi Aleksis selain Nicolae.     

"Aku tidak akan mengambil risiko sama sekali, aku akan minta Carl dan Sascha untuk menemani kita ke kampus," kata Aleksis akhirnya.     

"Bagaimana dengan Takeshi dan Mischa?" tanya Lauriel, "Mereka kan terluka, sudah mendapatkan perawatan?"     

"Sudah. Mereka bisa mengurus diri sendiri. Aku tak mau mereka datang ke sini dan mengetahui rahasia kita kalau Paman yang mengobati mereka," jawab Aleksis memberikan alasan. Ia tentu tak dapat membawa Takeshi dan Mischa ke penthouse, mereka tidak tahu ia adalah anak pemilik gedung. Dan ia takut mereka akan keceplosan bicara tentang Alaric di depan Lauriel.     

Duhhh... rasanya semakin banyak hal yang disembunyikannya dari Lauriel, semakin berat hati Aleksis. Ia tak ingin membohongi Lauriel, tetapi ia tak bisa membiarkan Lauriel mengetahui rahasia Alaric.     

"Oh, ya... Ayah... ada orang yang mencari Aldebar di darknet. Apakah Aldebar pernah terancam jiwanya sebelum ini?" tanya Nicolae, ia baru ingat tentang kontrak yang ditawarkan tadi subuh. "Aku sering menerima pekerjaan-pekerjaan meneliti dan meretas... kebetulan tadi malam ada klien yang menawarkan tugas itu untukku."     

Lauriel mengerutkan keningnya. "Benarkah? Kau bisa cari tahu siapa orangnya?"     

"Aku sedang usahakan. Tapi yang jelas, tolong bilang Aldebar agar sangat berhati-hati, karena ada orang yang sedang mencarinya. Entah dengan niat baik atau niat jahat..."     

"Baiklah. Aku akan bicara kepada Caspar." Lauriel mengangguk. "Termasuk soal dugaan percobaan penculikan terhadap Aleksis. Aku akan coba mencari tahu siapa dari anggota Wolf Pack yang berada di sekitar Singapura, biar kita bisa mendapatkan bantuan..."     

"The Wolf Pack?" tanya Nicolae. "Siapa itu?"     

"Itu adalah tim-nya Paman Rory sejak ia masih bertualang ratusan tahun lalu, sebagian sudah mengikutinya sejak Paman masih menjadi bajak laut," kata Aleksis dengan nada bangga, "Mereka adalah tim petualang abadi paling keren! Mereka banyak membantu keluargaku saat aku hampir mati diracun orang 17 tahun lalu."     

"Wolf Pack?" Seketika seulas senyum tersungging di bibir Nicolae.     

Ia memang anak ayahnya. Nama samaran yang dipilihnya di darknet adalah Wolf, karena ia menyukai hewan satu itu, dan ia selalu menganggap dirinya sebagai 'lone wolf' sejak puluhan tahun lalu ketika keluarga angkatnya satu persatu meninggal.     

Ternyata ayahnya juga seorang serigala, tetapi ayahnya tidak sendirian karena ia memiliki kelompok anak buah yang disebutnya 'The Wolf Pack' tadi....     

"Kenapa kau tersenyum?" tanya Aleksis.     

Nicolae menatap ayahnya dengan pandangan kagum, "Karena nama samaranku di darknet adalah 'Wolf'. Aku benar-benar mengikuti ayah dalam banyak hal..."     

Lauriel balas tersenyum dan mengangguk pelan. Ia pun bangga kepada anaknya.     

"Wolf" Aleksis bergumam, "Kok sepertinya aku pernah dengar nama itu?"     

Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tetapi karena tidak bisa mengingat di mana ia pernah mendengar nama 'Wolf' akhirnya ia hanya mengangkat bahu.     

"Kau bilang kau pernah diracun orang 17 tahun lalu? Astaga... berarti saat itu kau belum 3 tahun kan? Siapa yang begitu tega kepada anak kecil?" tanya Nicolae kemudian.     

Aleksis menghela napas. "Panjang ceritanya."     

"Aku tidak kemana-mana... aku akan mendengarkan." kata Nicolae berkeras. Ia menatap Aleksis dengan prihatin. Ia tak dapat membayangkan anak demikian kecil hampir mati diracun orang... Tega sekali!     

Dalam hati ia sudah bertekad akan mencari tahu dan membalas orang-orang jahat itu atas perbuatan mereka kepada Aleksis dulu. Ia akan memastikan mereka menerima hukuman yang pantas walaupun terlambat. Baginya, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.