The Alchemists: Cinta Abadi

Anak-anak Lauriel



Anak-anak Lauriel

0Dokter Lin dengan cekatan mengambil sampel darah Nicolae dan memasukkannya ke dalam alat penguji. Kemudian ia meminta sedikit darah dari ujung jari Lauriel dan juga mengujinya. Hasilnya keluar semenit kemudian yang membuat semua orang saling berpandangan keheranan.     

Hasil analisis jelas menunjukkan bukan hanya golongan darah tetapi juga laporan-laporan genetik sederhana. Dokter dapat segera mengetahui kondisi kesehatan kedua orang itu secara umum untuk menghindari alergi obat atau suatu perawatan yang tidak tepat. Selain itu, informasi DNA keduanya juga ditampilkan dan kromosom Y dari kedua laporan itu memiliki sangat banyak persamaan, hingga membuat Dr. Lin garuk-garuk kepala.     

Ia ingat reaksi negatif Lauriel tadi saat Dr. Lin mengira pemuda yang terluka itu sebagai adiknya. Sepertinya kedua orang ini tidak saling mengenal, lalu kenapa kromosom Y keduanya memiliki sangat banyak persamaan...? Hampir seperti ayah dan anak...     

Tetapi apakah itu mungkin? Kedua orang ini sepertinya seumuran...     

Ia tak habis pikir.     

Sementara itu Aleksis dan Lauriel saling pandang dengan sangat terkejut. Aleksis bahkan menekap mulutnya, berusaha menahan seruan kaget. Ia sangat cerdas dan tahu pasti arti dari kedua laporan DNA tadi. Lauriel pun demikian.     

Ia melayangkan pandang ke arah pemuda tampan yang sedang berbaring di tempat tidur dengan wajah pucat karena kehilangan banyak darah...     

DNA tidak berdusta. Pemuda ini adalah anaknya...     

Tetapi dari siapa? Ia bukan lelaki yang sering tidur dengan banyak wanita, hingga mempunyai seorang anak yang tidak diketahuinya. Di masa lalu ia mengingat satu dua perempuan yang pernah berbagi ranjang dengannya, tetapi tidak ada yang memiliki arti baginya. Satu-satunya perempuan yang dicintainya sepenuh hati sudah meninggal, dan membawa anak mereka yang masih ada dalam kandungan bersamanya...     

Tanpa terasa setetes air bening berkumpul di sudut matanya, saat ia memandangi Nicolae dan merasakan dadanya dipenuhi kehangatan.     

Kalau ini benar anaknya.. alangkah bahagianya, Lauriel ternyata tidak sebatang kara di dunia ini.     

"Tolong cepat ambil darahku agar dia bisa segera dioperasi," kata Lauriel dengan suara tegas. Pikirannya segera bekerja dan ia tahu saat ini yang paling penting adalah menyelamatkan Nicolae. Memang luka tembakannya tidak membahayakan jiwa, tetapi jika ia terus dibiarkan kehilangan banyak darah, maka ia bisa mati.     

Dokter Lin mengangguk dan segera bergerak cepat untuk melakukan transfusi darah dari tangan Lauriel, langsung dihubungkan ke tangan Nicolae agar tidak membuang waktu, kemudian dengan cekatan ia mengeluarkan peluru yang masih bersarang di bahu pemuda itu.     

Aleksis menggenggam tangan Lauriel selama proses operasi dan keduanya saling menatap kemudian menoleh ke arah Nicolae bersamaan. Tanpa perlu bicara, mereka sudah saling mengetahui isi hati masing-masing.     

Aleksis sangat bahagia mengetahui Paman Rory tersayangnya ternyata memiliki seorang anak... Pasti ada begitu banyak misteri di balik hidup Nicolae, dan mereka tak sabar ingin segera mengetahui apa yang terjadi.     

***     

Suasana di perpustakaan itu sangat haru. Alaric tidak malu meneteskan airmata di depan Portia, karena untuk pertama kalinya dalam hidup, ia merasa menemukan keluarga yang selama ini dikiranya telah tiada.     

Ibunya memang telah meninggal, tetapi ternyata ia masih memiliki sepupu, dan bibi yang sangat menyayanginya. Ned, suami Portia pun tampak sangat baik kepadanya.     

Setelah mereka bertangisan dan melepas rindu, Portia sama sekali tidak mau melepaskan Alaric dari rangkulannya. Ia mengajak mereka makan siang di taman belakang yang indah dan bertukar cerita pelan-pelan, apa yang terjadi selama ini.     

"Aku sangat bangga kepadamu," kata Portia sambil tersenyum haru, "Kau berhasil hidup sendiri dengan baik dan mencapai begitu banyak hal... Luna pasti bangga."     

Alaric mengangguk. "Ibu adalah penyemangatku... Aku hanya punya satu cita-cita saat ini, yaitu memastikan manusia tidak lagi melakukan kebodohan yang sama seperti mereka lakukan dulu. Aku tidak akan membiarkan manusia merusak bumi lebih jauh dengan perusakan lingkungan dan perang... Peranglah yang menyebabkan kita kehilangan banyak orang terkasih ...."     

Portia mengangguk, "Aku dan Ned sepakat denganmu. Itulah sebabnya, ketika Sophia membahas tentang proyek otomasi dari Rhionen Industries, kami setuju untuk memberikan dukungan. Dengan pimpinan Inggris, tentu negara-negara Uni Eropa lainnya akan mengikuti. Kami punya keinginan yang sama denganmu. Kau tidak tahu betapa bangga dan senangnya aku, saat hari ini aku mengetahui bahwa pelopor proyek ini, pemilik Rhionen Industries, adalah keponakanku sendiri..."     

Sophia mendeham dan menceritakan sedikit kepada Alaric tentang siapa Ned dan Portia sebenarnya. Alaric tercengang saat mengetahui bahwa kedua orang itu adalah penguasa sesungguhnya dari Kerajaan Inggris yang membentang ke seluruh persemakmurannya sejak ratusan tahun lalu, dengan berada di belakang layar.     

Pantas saja ia dengan mudah kemarin mendapatkan proyek otomasi Uni Eropa. Untuk China, ia memang memiliki hubungan sangat dekat dengan Partai Penguasa, ditambah Rhionen Assassins memang sangat banyak melakukan pekerjaan untuk mereka di masa lalu.     

Tetapi untuk Uni Eropa, ia mengira ia memperoleh keberuntungan saat Group Meier mendukung proyeknya dan kemudian kontrak tersebut didapatnya. Ternyata itu karena penguasa Inggris Raya memiliki pandangan yang sama dengannya, sehingga mereka memberikan restu agar ia mendapatkan kontrak proyek besar tersebut.     

"Aku ingin sekali berkunjung ke makam Luna. Kalau perlu aku ingin memindahkan makamnya ke taman di belakang istana ini, bagaimana menurutmu?" tanya Portia.     

Alaric mengangguk, "Ibu pasti akan senang bisa tinggal dekat dengan keluarga."     

"Ngomong-ngomong soal tempat tinggal keluarga..." Sophia tiba-tiba angkat bicara, "Sebenarnya sebagai anak Putri Luna, kau mewarisi istana di Yorkshire, milik Keluarga Linden. Saat ini aku yang tinggal di sana, karena aku tidak tega melihat istana sebagus itu dibiarkan kosong. Tetapi kalau kau menginginkannya, aku akan mengembalikannya."     

"Aku punya banyak rumah," kata Alaric, tetapi ia tampak berpikir sejenak, "Kau boleh tetap tinggal di sana sesukamu.. Tetapi aku ingin sekali melihatnya."     

"Tentu saja, kita bisa ke sana sore ini atau besok," kata Sophia sambil tersenyum manis sekali. Ia senang karena Alaric tidak menyuruhnya pergi.     

Ia yakin saat Alaric melihat istana ibunya, ia akan ingin tinggal di sana, dan tentu saja Sophia akan menemaninya di sana.     

"Hmm... ada banyak hal yang harus kau ketahui sebagai seorang alchemist," kata Ned sambil menuang wine untuk istrinya, lalu dirinya sendiri. "Tidak semua alchemist menginginkan hal yang sama seperti kita."     

"Bisa tolong dijelaskan?" tanya Alaric dengan penuh perhatian.     

"Saat ini, ada sekitar 300-an anggota klan Alchemist di dunia ini. Lebih dari 300 orang telah meninggal saat perang dunia dulu. Sisanya hidup di dalam bayang-bayang, karena aturan klan yang sudah turun-temurun menyatakan bahwa kita tidak boleh muncul ke permukaan apalagi sampai memerintah manusia secara terbuka. Banyak dari kita menguasai bisnis dan pemerintahan secara tersembunyi. Sophia, misalnya, dengan Group Meier, menguasai banyak bisnis keuangan dan teknologi. Lalu ada Group Schneider yang merupakan salah satu grup bisnis terbesar di dunia... itu juga milik keluarga Alchemist."     

"Oh ya?" Alaric sekarang ingat betapa sulitnya ia memenuhi kontraknya 20-an tahun lalu untuk membunuh pemilik Group Schneider.     

Pantas saja... ternyata orang itu adalah seorang Alchemist yang pasti punya jauh lebih banyak sumberdaya dari manusia biasa.     

"Benar. Malah sebenarnya Caspar Schneider, saat ini menjabat sebagai pimpinan klan, dan ia bersikeras menerapkan aturan klan kita yang sudah ketinggalan zaman. Kami sudah mulai berseberangan pemikiran dalam banyak hal, dan sejak peristiwa 17 tahun lalu saat ia mengambil tindakan sendiri dengan menghukum mati Alexei, kakak Sophia, aku sudah ingin memisahkan diri dari kepemimpinannya."     

"Apa yang ia lakukan?" tanya Alaric ingin tahu. Ia beberapa kali mendengar tentang Alexei yang dihukum dengan kematian tetapi ia tak mengetahui kisah lengkapnya. "Aku ingat Alexei pernah mengontrak Rhionen Assassins untuk membunuhnya 20 tahun yang lalu. Apakah Caspar membalas dendam kepada Alexei karena hal itu?"     

Sophia tampak menghela napas panjang. "Kakakku dan Caspar dulu berteman. Tetapi mereka berselisih paham, karena Alexei menganut paham purist, bahwa kita kaum Alchemist tidak boleh bercampur dengan manusia biasa, karena mereka penuh dengan kelemahan, kekurangan, dan kebusukan. Membawa masuk manusia biasa ke dalam klan kita akan merusak kehidupan masyarakat kita yang sudah sempurna. Tetapi Caspar dan keluarganya adalah pencinta manusia biasa... Adiknya menikah dengan manusia biasa. Caspar sendiri juga menikah dengan perempuan dari kalangan biasa. Keluarga Schneider menentang reformasi kaum purist yang ingin memurnikan kaum kita, karena mereka tidak ingin melepaskan manusia-manusia yang mereka bawa masuk ke dalam klan... Dari situlah perselisihan dimulai. Caspar memulai dengan membunuh Famke, kekasih Alexei, dan itu menjadi pemicu Alexei untuk membalas dendam..."     

Portia mengangguk, "Membunuh sesama anggota klan Alchemist adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Seharusnya Caspar juga diusir keluar dari klan dan dihukum dengan kematian, tetapi Sophia berbaik hati membelanya di hadapan sidang lima keluarga. Karena Sophia mengetahui bahwa Alexei dihasut oleh Katia, mantan kekasih Caspar, seorang manusia biasa yang dibawanya masuk ke dalam klan 70 tahun yang lalu. Kau bisa lihat orang-orang biasa itu hanya membawa masalah..."     

Wajah cantik Portia tampak kesal sekali mengingat Katia yang berhasil menghasut Alexei untuk melakukan berbagai tindakan jahat yang akhirnya membuat Alexei dihukum dengan kematian. Ia membenci manusia-manusia bawaan seperti Katia, yang hanya merusak tatanan sempurna masyarakat Alchemist.     

"Benar... Aku membela Caspar dan ia dibebaskan dari semua tuduhan... Tetapi kemudian ia justru menggunakan kekuasaannya dan dukungan dari Lauriel untuk membalas dendam kepada Alexei dan menjatuhinya hukuman kematian, bahkan tanpa berkonsultasi kepada sidang lima keluarga..." Sophia mengatupkan rahangnya dengan penuh kemarahan. "Aku kehilangan kakakku satu-satunya... Aku sangat membenci Caspar dan Lauriel!"     

"Siapa Lauriel?" tanya Alaric tertarik.     

"Lauriel adalah satu-satunya anggota keluarga Medici yang tersisa. Ia adalah Alchemist tertua saat ini, dan secara aturan seharusnya ia menjadi pimpinan klan, tetapi ia menghilang dan tidak mau mencampuri urusan duniawi." Sophia menoleh ke arah Portia dan menatapnya dengan pandangan rumit, "Lauriel pernah hampir menikah dengan Putri Luna. Aku tidak tahu kenapa mereka berpisah. Portia lebih tahu."     

Alaric tertegun mendengar informasi dari Sophia barusan. Lauriel pernah hampir menikah dengan ibunya? Apakah... apakah Lauriel ini adalah ayahnya?     

"Kau bilang ibuku menyembunyikan kehidupan pribadinya dari orang luar, bagaimana kau tahu ia pernah hampir menikah dengan Lauriel? Apakah Lauriel ayahku?" tanyanya sambil mengerutkan kening.     

"Lauriel itu seorang penyendiri. Ia tidak percaya pernikahan..." kata Portia sambil memijit keningnya. Ia tak suka acara makan siang mereka harus diwarnai pembicaraan yang terlalu serius dan menyakitkan baginya. Tetapi ia mengerti Alaric tentu sangat ingin mendapatkan informasi tentang keluarganya. "Di kepalanya hanya ada petualangan... Luna mengikutinya selama puluhan tahun, tetapi setelah sekian lama Lauriel tidak juga mau menetap dan menikah lalu membina keluarga. Jadi waktu Luna mengetahui bahwa ia hamil, ia memutuskan untuk mengurus dirinya sendiri dan pulang ke rumah keluarganya. Setelah Luna meninggal, Lauriel pun menghilang. Selama hampir 100 tahun ini, aku hanya bertemu dia satu kali. Dia adalah ayahmu, Nak... tetapi aku tidak yakin kau akan dapat menemukannya, ataupun ia bersedia ditemui..."     

Alaric mengangguk pelan. Ia sudah mengerti apa yang terjadi. Ibunya memeliharanya sendirian dan mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan dan melindunginya, tanpa bantuan Lauriel, ayah Alaric.     

Kalau ia mengetahui informasi ini puluhan tahun lalu, mungkin ia akan sangat sedih, karena ternyata ayahnya tidak menginginkannya...     

Tetapi kini ia tidak akan membiarkan perasaan lemah seperti itu menguasai pikirannya. Walaupun ayahnya tidak menginginkannya, ibunya sangat mencintainya dan menginginkannya, dan rela mati untuknya.     

Itu sudah cukup bagi Alaric. Ia tidak membutuhkan ayah yang tidak menginginkannya dan tidak mencarinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.