The Alchemists: Cinta Abadi

Kesalahpahaman



Kesalahpahaman

0Nicolae berprinsip pertahanan terbaik adalah menyerang, maka saat melihat dua orang laki-laki muda yang tampak berbahaya keluar dari mobil hitam, ia segera mengacungkan Swiss Knife yang tadi diambilnya dari laci mobil dan segera memasang kuda-kuda.     

Kedua pemuda yang baru keluar dari mobil itu saling pandang dan malah tersenyum. Seketika Nicolae merasa mereka lebih berbahaya dari yang diduganya.     

Yang seorang tampak berkebangsaan Jepang dan berpenampilan seperti seorang mahasiswa biasa, sementara rekannya tampil flamboyan dengan kemeja biru langit dari sutra yang kancingnya terbuka hingga dada dan kalung kulit dengan pendant logam berbentuk dream catcher yang menggantung manis di lehernya.     

"Boleh juga kita olahraga sedikit. Mau kau duluan atau aku yang menghajar anak ini?" tanya Mischa kepada Takeshi. Takeshi hanya menyeringai dan mengangkat tangannya agar Mischa mundur. Ia pelan-pelan menggulung lengan bajunya lalu juga memasang kuda-kuda.     

Melihat bahwa lawannya tidak akan mengeroyok, Nicolae lalu menyimpan Swiss Knife-nya dan segera bergerak duluan menyerang Takeshi. Ia harus segera membereskan si Jepang ini agar temannya tidak sempat mengganggu Aleksis.     

Takeshi pun rupanya berpikiran sama, ingin menghabisi Nicolae secepatnya. Ia melompat dengan begitu ringan ke arah Nicolae dan hampir tanpa kelihatan tangan kanannya sudah mencengkram bahu pemuda itu sementara tangan kirinya terangkat untuk menghantamkan pukulan sangat keras ke dada Nicolae.     

"Ugh...!!" Nicolae terkejut selama sepersekian detik karena ia tak mengira Takeshi bergerak demikian cepat. Ia berhasil menahan hantaman tangan kiri Takeshi dengan siku lengan kanannya dan dengan secepat kilat menurunkan posisi tubuhnya. Kaki kanannya dengan cepat menyapu bagian bawah tubuh Takeshi dan berusaha membuatnya terjungkal.     

Takeshi berhasil menghindar dengan melompat ke samping dan kemudian berdiri memperbaiki keseimbangan tubuhnya. Dengan cepat ia kembali menyerang. Kali ini dengan tendangan yang mengarah ke leher Nicolae.     

Sebelum kakinya menyentuh leher pemuda itu, Nicolae berhasil menunduk tepat waktu. Ia kemudian bangkit dengan kedua tangan diangkat dan menghantam dada Takeshi sekuat tenaga.     

Bruk!     

Hantaman Nicolae keras sekali hingga menimbulkan bunyi tulang berderak, dan Takeshi terlempar hingga enam meter ke belakang. Tubuhnya terbanting ke bumper depan mobil dengan keras. Pemuda itu memuntahkan darah segar dari mulutnya dan jatuh pingsan.     

"Ahh..!" Mischa sangat terkejut melihat apa yang terjadi.     

Ia buru-buru bergerak maju dan mengarahkan tendangannya ke dada Nicolae untuk membalas apa yang dilakukan pemuda itu kepada Takeshi.     

Nicolae, yang tidak menduga akan diserang dari samping, tidak sempat menghindar, akibatnya tubuhnya terdorong jatuh menghantam tanah. Dadanya terasa sakit sekali, tetapi ia dengan refleks segera bangkit dan memasang kuda-kuda kembali.     

Mischa tampak berdiri mengamatinya dengan pandangan penuh perhatian. Ia sama sekali tak menduga seorang mahasiswa biasa bisa mengalahkan Takeshi dengan begitu cepat seperti tadi, padahal Takeshi adalah seorang assassin yang sudah ada di level Phoenix, hanya satu tingkat di bawahnya sendiri.     

Ia tahu pasti kekuatan Takeshi karena mereka tumbuh bersama, dan melihat Nicolae dengan cepat bisa menundukkan Takeshi seperti itu membuat Mischa menjadi sangat berhati-hati. Bisa jadi pemuda ini malah lebih kuat darinya.     

Ia juga kagum karena setelah terkena tendangannya yang begitu kuat tadi, Nicolae bisa langsung bangkit kembali dan bersiap-siap menghadapinya.     

Orang biasa pasti sudah semaput dengan tulang yang patah...     

Hmm.. sudah sangat lama ia tak bertemu lawan sepadan, dan kesempatan bertarung dengan Nicolae ini dirasanya sangat menarik.     

Mischa kemudian teringat bahwa dua hari yang lalu pemuda inilah yang sangat cepat menyelamatkan Aleksis di kafetaria sangat dipukul seorang gadis jahat hingga hampir jatuh menghantam meja.     

Waktu itu ia tidak terlalu memperhatikan betapa cepatnya Nicolae bergerak... sekarang ia sadar pemuda itu memang bukan orang sembarangan...     

"Baiklah... aku tidak akan bermain-main," gumamnya pada diri sendiri.     

Ia menggulung lengan kemejanya dan memasang kuda-kuda lalu tanpa peringatan sudah menyerang Nicolae dengan berbagai gerakan berbahaya. Mischa sekarang sama sekali tidak menganggap remeh lawannya kali ini.     

Serangan demi serangan Mischa yang mengarah ke berbagai organ vital Nicolae membuatnya sangat kerepotan. Ia harus menunduk, menangkis, membalas dengan tinju, sikutan, tendangan dan sekaligus menghindari serangan Mischa yang bertubi-tubi.     

Setelah sepuluh menit berkelahi jarak dekat keduanya sudah mulai luka-luka, tetapi tidak ada satu pun yang terlihat akan menang.     

Mischa benar-benar tidak menduga ada orang yang bisa menahan serangan jarak dekatnya hingga begini lama, bahkan berkali-kali berhasil membalasnya. Sebagai seorang assassin dengan level tertinggi dalam organisasinya, harga dirinya merasa terusik.     

Ia hanya pernah kalah oleh satu orang, dan itu adalah ayah angkatnya sendiri, Alaric Rhionen. Baginya itu adalah kekalahan terhormat, karena Alaric-lah yang mendidiknya selama ini.     

Namun ia tidak terima bila harus kalah oleh seorang mahasiswa biasa seperti Nicolae ini.     

Kalau begini terus, mereka bisa sama-sama lelah dan terluka parah. Mischa sadar ia harus segera menyudahi pertarungan ini agar bisa menolong Takeshi dan membawanya untuk mendapatkan pengobatan. Ia tak tahu separah apa luka dalamnya.     

"Hei, mau kemana kau?!" seru Nicolae saat Mischa tiba-tiba melompat ke belakang dan berlari cepat masuk ke dalam mobilnya. Ia mengejar Mischa tetapi dua detik kemudian ia terpaku di tempatnya.     

"Aku tidak kemana-mana...." jawab Mischa begitu keluar dari mobil. Ia telah mengacungkan pistol yang tadi diambilnya dari mobil dan mengancam Nicolae agar mundur.     

Ugh, situasi sekarang sungguh sangat buruk, pikir Nicolae. Kedudukan menjadi semakin tidak seimbang saat senjata api sudah keluar seperti ini.     

Ia tidak suka berkelahi, dan memang sangat jarang ia berada dalam situasi yang membuatnya harus mengandalkan otot. Ia bahkan menolak membawa pistol kemana-mana padahal banyak temannya sudah menasihatinya untuk mulai melindungi diri dengan senjata yang layak sejak ia memberi tahu mereka bahwa ia akan pindah ke Singapura untuk melakukan proyeknya.     

Kini ia menyesal tidak mendengarkan mereka.     

"Aku tidak punya waktu lagi bermain-main denganmu... " kata Mischa sambil mengusap darah di sudut bibirnya. Ia melirik ke arah Takeshi yang terluka, lalu ke mobil sport Nicolae, berusaha melihat apakah Aleksis ada di dalam.     

Nicolae mengikuti arah pandangan Mischa yang tertuju ke mobilnya.     

"Ah... Aleksis.." gumamnya. Ia segera teringat keselamatan Aleksis masih dipertaruhkan kalau ia tidak bisa menyingkirkan lawan di depannya ini. Tanpa pikir panjang lagi ia pun mencabut Swiss knife-nya dari saku belakang, dengan kilat membuka pisaunya lalu melemparkannya ke arah Mischa untuk menjatuhkan pistolnya.     

Mischa tidak kalah cepat sudah menarik pelatuknya sambil berusaha menghindari lemparan pisau Nicolae, tetapi pisau berhasil mengenai tangannya setengah detik setelah pelurunya ditembakkan.     

"Aaghhh..!!"     

Terdengar teriakan kesakitan keduanya saat pistol terjatuh dan Mischa memegangi tangan kanannya yang terluka berlumuran darah, sementara Nicolae yang tidak sempat menghindar telah menerima tembakan di bahu kirinya.     

Aleksis yang stress menunggu di dalam mobil sangat terkejut mendengar bunyi letusan pistol. Ia tidak melihat Nicolae membawa pistol tadi, itu artinya penjahat yang hendak menculiknya-lah yang mengeluarkan tembakan tadi...     

Siapa yang tertembak..? Apakah... apakah itu Nicolae? Apakah dia mati...???     

Aleksis melihat kunci mobil yang tergantung di dalam mobil dan ingat pesan Nicolae untuk melarikan diri mencari pertolongan bila terjadi apa-apa dengannya...     

Tetapi bagaimana mungkin Aleksis akan kabur begitu saja dan meninggalkan orang yang sudah bersusah payah menolongnya?     

Oh Tuhan... seandainya pengawalnya ada di sana... Seandainya Lauriel ada di sana... Seandainya Alaric ada di sana bersamanya....     

Aleksis menangis mengingat orang-orang itu... Mereka pasti sangat kuatir.     

Ia mengusap matanya yang hampir basah oleh air mata dan membulatkan tekad untuk mencoba mengajak para penjahat itu bicara dan menawarkan uang tebusan yang sangat banyak...     

"Nico...!! Kau tidak apa-apa?" Ia keluar dari mobil dan segera berlari ke arah Nicolae yang sedang membungkuk memegangi bahunya yang berlumuran darah.     

"Aleksis!! Tetap di mobil!" seru Nicolae dengan suara menahan sakit.     

"Nona, Anda tidak apa-apa???!!" seru Mischa dengan nada terdengar lega.     

Mereka berdua bicara bersamaan, dan saat mendengar suara masing-masing Nicolae dan Mischa saling tatap keheranan.     

"Kau..?"     

"Siapa kau?!"     

Aleksis tertegun melihat ketiga orang yang terluka di depannya itu.     

"A.. apa yang terjadi...? Kenapa kalian berkelahi?" tanyanya bingung dan kuatir.     

"Kami melihatnya menculik Nona, maka kami langsung mengejar..." kata Mischa dengan nada bingung, "Tetapi Anda baik-baik saja?"     

"Dia tidak menculikku, Mischa... Dia bilang melihat dua orang mencurigakan mengawasiku dan ia curiga mereka berniat menculikku..." Aleksis menghela napas panjang. Ia lalu menoleh kepada Nicolae, "Apakah dua orang yang kau lihat itu adalah mereka berdua? Takeshi dan Mischa?"     

Nicolae menggeleng, "Bukan mereka... Dua orang itu lebih tua dan penampilannya sangat mencurigakan, mereka kebetulan mengendarai mobil hitam yang sama. Saat kedua orang ini mengejar kita, aku pikir mereka bagian dari gerombolan penculik..."     

"Aduh...." Aleksis dan semua orang yang tadi bertarung habis-habisan segera sadar bahwa mereka telah salah paham. Nicolae memang hendak menyelamatkan Aleksis dari kawanan penculik, tetapi Mischa dan Takeshi yang melihatnya membawa lari Aleksis, justru mengira Nicolae ingin menyakiti Aleksis, sementara Nicolae mengira Takeshi dan Mischa adalah anggota kawanan si penculik yang mengejar mereka.     

Gadis itu memeriksa Takeshi yang pingsan lalu merobek bajunya dan menyerahkannya kepada MIscha agar dapat membalut luka di tangannya. Kemudian ia bersimpuh dan menghampiri Nicolae yang sekarang sudah duduk dan berusaha memeriksa lukanya sendiri.     

"Kau tertembak?" tanya Aleksis dengan prihatin.     

Ia merasa sangat bersalah karena menjadi penyebab semua pria itu terluka hari ini.     

Nicolae hanya mengangguk, tidak menjawab.     

"Mischa... kau bisa membawa Takeshi ke rumah sakit? Aku akan membawa Nicolae untuk mendapatkan pertolongan. Aku akan mencari tahu siapa yang berusaha menculikku... Kalian sembuhkan diri dulu..."     

Mischa mengangguk. Ia bangun dan memapah Takeshi masuk ke dalam mobil. Kemudian ia membantu Aleksis memapah Nicolae ke dalam mobilnya. Aleksis tidak akan kuat kalau harus memapah pemuda itu sendirian.     

Saat keduanya bertemu pandang, Nicolae dan Mischa tampak saling menilai dan mengerutkan kening. Mischa penasaran siapa pemuda itu sebenarnya.     

Nicolae pun demikian. Ia tak habis pikir, ternyata kedua orang penguntit itu memiliki hubungan baik dengan Aleksis. Apakah mereka temannya? Pengawalnya...?     

Ia memutuskan untuk menyimpan pertanyaan-pertanyaannya hingga situasi menjadi lebih tenang.     

Nicolae didudukkan di kursi belakang dan Aleksis mengambil kemudi untuk membawa mereka pergi dari situ.     

"Mischa, terima kasih kalian telah menjagaku hingga terluka begini, walaupun harus mengalami kesalahpahaman seperti tadi... Jaga diri kalian baik-baik, semoga cepat pulih..." kata Aleksis saat menyalakan mesin mobil dan mengangguk kepada Mischa. Ia lalu buru-buru membawa mobil itu ke arah Hotel Continental.     

Ia tahu tidak akan bisa membawa Nicolae ke rumah sakit karena luka tembaknya, Pihak rumah sakit akan segera menghubungi polisi dan Mischa akan terkena masalah. Padahal ini semua hanyalah kesalahpahaman... Di saat kritis seperti ini, a hanya bisa mengandalkan Lauriel untuk menolong Nicolae.     

Lauriel pasti tahu apa yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan pelurunya dan mengobati luka-luka Nicolae. Lauriel tentu punya obat luka yang manjur untuk Nicolae, pikirnya.     

Mischa menarik napas panjang lalu masuk ke dalam mobil. Ia mengeluh kesakitan saat menyalakan mesin mobil, karena pisau Nicolae tadi menimbulkan luka cukup besar di antara jempol dan jari telunjuknya, ia agak kesulitan memutar kunci.     

Ia harus segera memberi tahu Alaric apa yang terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.