The Alchemists: Cinta Abadi

Kekasih pura-pura



Kekasih pura-pura

0Aleksis menutup ponselnya dan buru-buru membereskan tasnya untuk masuk ke kelas perkuliahan berikutnya. Terry sudah pergi dari tadi dan hanya ada Mel di dekatnya. Dave dan Kris belajar di perpustakaan setelah makan siang dan akan bertemu mereka di kelas.     

Nicolae tampak masih duduk di mejanya mengerjakan sesuatu. Bisa dilihat betapa berpengaruhnya ia sebagai siswa, karena mejanya memang memiliki letak yang sangat privasi di sudut ruangan dan dengan santai ia bisa duduk di sana sesukanya tanpa ada yang mengganggu.     

Tentu saja banyak gadis yang duduk di sekitarnya agar dapat memandanginya dengan puas dari jauh, tetapi mereka sudah belajar selama bertahun-tahun ini untuk membiarkannya sendiri. Pada dasarnya Nicolae sangat ramah dan kalau mereka tidak mengganggunya, ia akan bersikap sangat baik kepada para penggemarnya.     

Ketika melihat Aleksis berjalan keluar kafetaria, Nicolae buru-buru membereskan tasnya juga dan berjalan mengikuti gadis itu.     

"Hei... tunggu dulu!" serunya sambil berlari kecil menjajari langkah Aleksis.     

Mel membulatkan matanya dan terpaku di tempat. Tadi Aleksis tampil begitu akrab dengan Terry, dan ternyata kini Nicolae juga datang menghampirinya.     

Astaga... dua CALON SUAMI IDAMAN kampus sekaligus!!!     

Aleksis tertawa melihat sikap Mel lalu menepuk punggungnya, "Heiiii.... ssshhh.. bangun... sshhh..."     

"Eh.. i... iya..." Mel buru-buru mengerjap-ngerjapkan matanya dan mengangguk malu. Karena salah tingkah ia buru-buru beranjak pergi, "A... aku ada perlu ke perpustakaan sebentar. Sampai jumpa di kelas!"     

Dengan wajah merah seperti kepiting rebus ia buru-buru melangkah ke arah perpustakaan. Mel ternyata sangat mengidolakan Nicolae dan melihat pemuda itu berada begitu dekat membuatnya tak bisa bersikap normal.     

Aleksis hanya dapat terpana melihat tingkah polah teman sekelasnya itu.     

"Astaga...." Ia menoleh ke arah Nicolae, "Apa kau selalu membuat perempuan bereaksi seperti itu?"     

Nicolae tersenyum bangga dan mengangguk. Ia senang setidaknya Aleksis melihat betapa gadis-gadis lain memujanya, walaupun Aleksis sendiri tampak tidak menyadari betapa tampannya Nicolae dan selalu bersikap acuh tak acuh kepadanya.     

"Semua perempuan, kecuali..." Nicolae menatap Aleksis dan tidak melanjutkan kata-katanya.     

Gadis itu mengerti maksud Nicolae dan tertawa terbahak-bahak. "Maaf ya, seleraku tinggi soalnya."     

Nicolae merengut mendengar kata-kata Aleksis. "Jadi menurutmu aku ini lelaki rendahan? Memangnya seperti apa yang menurutmu selera tinggi itu? Terry?"     

Saat itu Aleksis seketika diingatkan betapa Terry 'mengkhianatinya' demi status di polling sialan itu dan bibirnya segera merengut. Awas kau, Terry.... pikirnya gemas.     

Kakaknya itu memang nyentrik dan tidak dapat diduga, tetapi sebenarnya ia sangat mirip dengan Aleksis sendiri. Kalau Aleksis yang ada di posisi Terry, bisa jadi Aleksis pun akan melakukan hal yang sama karena gadis itu juga sangat kompetitif. Hal itulah yang membuat Aleksis tidak bisa marah kepada Terry. Ia dan kakaknya itu terlalu mirip.     

"Jangan sebut-sebut nama Terry kampret itu," tukas Aleksis sebal.     

"Kalau kau mau membalas gadis-gadis yang mengganggumu kemarin, kenapa tidak menggunakan aku saja? Aku lebih bisa dipercaya dibandingkan Terry, dan aku tidak peduli dengan status di polling yang tidak ada artinya." Nicolae tersenyum simpul, "Aku bersedia kau jadikan pacar pura-pura. Yah.. siapa tahu nanti jadi betulan, aku tidak keberatan."     

Aleksis tahu-tahu menghentikan langkahnya dan menatap Nicolae keheranan. Ternyata pemuda ini tahu permainannya dengan Terry tadi... Dan kini ia menawarkan diri untuk menjadi kekasih pura-pura Aleksis?     

"Kenapa kau menawarkan ini?" tanyanya tidak habis pikir. "Kalau kau mengaku sebagai kekasihku, nanti para penggemarmu akan kabur."     

Nicolae hanya mengangkat bahu, "Aku sudah capek melayani mereka. Bagus kan, kalau mereka pikir aku sudah punya pacar, mereka akan meninggalkanku. Kau pikir tidak capek bertemu penggemar di setiap tikungan jalan?"     

Aleksis mengerti maksudnya. Ia sendiri selama beberapa tahun terakhir sengaja harus membuat dirinya terlihat jelek untuk menghindari gangguan lelaki iseng. Ia tak mengira laki-laki tampan seperti Nicolae ternyata juga memiliki masalah yang sama.     

Jadi sekarang Nicolae menawarkan solusi bagi mereka berdua. Ia ingin melepaskan diri dari para penggemarnya, dan Aleksis justru ingin memberi pelajaran kepada gadis-gadis norak yang ingin menindasnya karena mengira ia merebut idola mereka.     

Hmm.... benar juga. Kenapa tidak sekalian saja ia sungguhan merebut idola mereka seperti yang mereka tuduhkan?     

Terry sudah jelas ada di pihaknya, karena pemuda itu adalah kakaknya. Kalau sekarang ia juga bisa menggenggam Nicolae dalam tangannya, alangkah besar rasa kepuasan yang akan diperolehnya saat melihat gadis-gadis itu gigit jari dan kalau perlu menjambaki rambut mereka saking kesalnya...     

Ha ha ha...     

Aleksis tersenyum jahil sekali membayangkan reaksi Cindy dan teman-temannya di kelas kuliah gabungan minggu depan....     

Akhirnya Aleksis menyipitkan matanya dan melipat tangannya di dada, "Penawaranmu menarik.. Aku setuju, tapi dengan satu syarat."     

Nicolae sangat senang mendengarnya, ia tersenyum lebar dan balas melipat tangannya di dada, "Apa syaratnya?"     

"Cuma satu, kau jangan sampai jatuh cinta kepadaku." Kata-kata Aleksis yang diucapkan dengan sangat tegas itu membuat Nicolae agak keheranan.     

"Kenapa tidak boleh?" tanya Nicolae, "Bagaimana kalau justru kau yang jatuh cinta kepadaku?"     

Aleksis tersenyum simpul, "Aku tidak akan jatuh cinta kepadamu. Aku sudah punya kekasih..."     

"Oh..." Nicolae mengamati Aleksis agak lama, berusaha menyelidiki apakah gadis itu sungguh-sungguh atau hanya bercanda, tetapi ia tak dapat memastikan yang mana. "Kalau kau sudah punya kekasih, kenapa tidak membawa kekasihmu saja ke sini?"     

"Tidak bisa, dia sibuk," jawab Aleksis sekenanya. "Itu saja syarat dariku, bagus kalau kau mau. Kalau tidak mau, ya sudah. Aku masih bisa memikirkan cara lain untuk mengerjai cewek-cewek itu, walaupun tanpa Terry atau dirimu."     

Ia lalu berjalan meninggalkan Nicolae dan tidak menunggu pemuda itu memikirkan jawabannya. Aleksis hanya iseng. Tawaran Nicolae untuk pura-pura menjadi pacarnya memang sangat menarik, dan ia terlihat lebih bisa diandalkan dari kakaknya Terry yang nyentrik itu. Tetapi Aleksis tidak terlalu serius mempertimbangkannya.     

Bagaimanapun ia sudah menikah dengan Alaric dan nanti ia harus menjelaskan kepada suaminya mengapa ia mengadakan perjanjian dengan Nicolae. Ia cukup yakin dengan selera humor Alaric dan menganggap suaminya itu hanya akan menanggapi dengan tertawa.     

Yang dikuatirkannya justru kalau Nicolae nanti benar-benar jatuh cinta kepadanya.     

Karena itulah dari awal ia membuat syarat seperti itu, untuk melindungi dirinya di masa depan. Nicolae tidak boleh sampai serius menyukainya.     

"Aleksis! Tunggu!!"     

Aleksis tak mengira Nicolae akan berlari mengejarnya dan berhasil menghentikannya tepat sebelum ia tiba di pintu kelas. Aleksis menoleh dan mengangkat sebelah alisnya ke arah Nicolae, "Jadi bagaimana?"     

"Aku setuju." kata Nicolae sambil tersenyum lebar. "Win-win buat kita."     

"Oh..." Aleksis teringat lagi akan daftar polling CALON SUAMI IDAMAN yang tadi membuat Terry berbelot darinya, "Kau akan dikeluarkan dari daftar polling penting kalau kau mengumumkan bahwa kau sudah punya kekasih."     

Nicolae hanya mengangkat bahu, "Aku tidak peduli."     

Ia mengedip lalu berbalik pergi meninggalkan Aleksis yang tertegun di pintu kelas.     

Hmm... Nicolae mungkin sama populer dan sama tampannya dengan Terry, tetapi ia jauh lebih bisa diandalkan dan tidak seegois kakaknya itu.     

Aleksis tersenyum sendiri lalu ikut mengangkat bahu. Ia masuk ke dalam kelas yang kini penuh sesak oleh siswa. Ternyata sekarang bukan hanya ada mahasiswa laki-laki tetapi juga mahasiswa perempuan.     

Rupanya Ian dan beberapa anggota gerombolannya termasuk cowok idola juga di kampus dan berita bahwa mereka sekarang datang ke kelas untuk mengikuti perkuliahan telah memancing banyak mahasiswa perempuan untuk ikut masuk ke kelas.     

Aleksis hampir tak bisa mendapatkan kursi saat ia tiba. Untunglah Ian sudah mengosongkan satu kursi di sebelahnya dan segera memberi tanda agar gadis itu duduk.     

Ahhhh.... ini baru rasanya kuliah yang menyenangkan, pikir Aleksis sambil tersenyum lebar.\     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.