The Alchemists: Cinta Abadi

Aleksis menyimpan rahasia



Aleksis menyimpan rahasia

0Lauriel menghampiri Aleksis dan menepuk-nepuk punggungnya dengan penuh kasih sayang, "Kau tidak enak badan? Mau Paman buatkan ramuan penyegar dari jamur favoritmu?"     

Ia tahu Aleksis menyembunyikan sesuatu, tetapi ia tidak ingin memaksa Aleksis untuk memberitahunya apa yang terjadi.     

Aleksis menatap Lauriel dengan pandangan sedih. Ia bisa merahasiakan banyak hal dari orang tuanya saat mereka jauh darinya, tetapi saat kini ayah angkatnya ada di depannya, ia merasa sangat bersalah dan tak sanggup berbohong sambil menatap mata Lauriel.     

"Aku baik-baik saja, Paman..." Aleksis hanya bisa menggeleng dan membuang muka. Ia tak sanggup menatap Lauriel seperti ini.     

Lauriel pura-pura tidak melihat kegelisahan Aleksis lalu duduk di sebelahnya di sofa dan mengajak Terry berbincang-bincang lebih mendalam tentang proyeknya. "Lalu sudah sejauh apa informasi yang kau peroleh?"     

Terry tampak menjadi bersemangat dan melupakan tentang sikap Aleksis yang aneh. "Nah, aku punya rekan kerja yang sangat canggih. Dia adalah hacker dunia terbaik saat ini... Sebenarnya dia yang menghubungiku karena dia tertarik dengan penelitianku, dan mengatakan bahwa sebenarnya selama 7 tahun terakhir ini ia telah menyelidiki mereka. Tepatnya setelah krisis psikologis waktu itu... yang mengakibatkan banyak orang bunuh diri massal..."     

Lauriel tampak menjadi semakin tertarik. "Memangnya apa hubungannya krisis waktu itu dengan Rhionen Industries?"     

"Nah, rekanku ini, ia menggunakan nama samaran Wolf, menemukan adanya campur tangan Rhionen Industries dalam krisis itu. Mereka menggunakan penargetan khusus lewat media sosial Splitz untuk membuat orang-orang yang lemah secara psikologis untuk melihat berbagai konten yang membuat mereka kehilangan pegangan hidup dan memutuskan bunuh diri."     

"Memangnya Splitz punya kemampuan sejahat itu?" tanya Lauriel keheranan.     

"Waktu itu sebenarnya masih dalam tahap eksperimen, tetapi dampaknya sudah luar biasa. Bayangkan berapa banyak kemajuan yang bisa mereka capai dalam waktu tujuh tahun? Wolf sangat kuatir kalau tidak segera dihentikan, Splitz akan mengulangi peristiwa ini dengan skala yang lebih besar. Mereka sudah mengumpulkan data profil sangat banyak manusia di dunia..." Terry mendesah ngeri, "Selain Splitz, Rhionen Industries juga membawahi Gen23, itu perusahaan teknologi yang sudah menambang data genetik hampir seperempat penduduk bumi... Aku tak bisa membayangkan kalau mereka menggabungkan keduanya... Mereka bisa tiba-tiba mengeluarkan virus yang mengincar hanya orang-orang dengan kode genetik tertentu misalnya..."     

Bahkan Lauriel yang selalu tenang dan emosinya tertata, kini tampak mengernyit ngeri. "Apa tujuan mereka melakukannya? Apa kau bisa mengira?"     

Terry menggeleng, "Entah ini perbuatan orang gila, eksentrik, atau mereka sangat membenci manusia..."     

Aleksis hanya bisa menggigit bibir mendengar percakapan kakaknya dan ayah angkatnya.     

Hanya ia yang tahu alasannya... Tetapi ia tak dapat memberi tahu mereka...     

Alaric membenci manusia karena ia menyalahkan manusia yang gemar berperang sebagai penyebab kematian ibunya. Memang beberapa puluh tahun lalu perang masih saja berkecamuk di timur tengah, Eropa timur, dan Afrika, dan hampir 100 tahun lalu terjadi 2 perang sangat besar yang menggoreskan catatan sangat kelam dalam sejarah umat manusia, Perang Dunia 1 dan 2.     

"Mungkin orang itu punya alasan mengapa ia membenci manusia..." kata Aleksis kemudian. Ia menatap Lauriel, "Paman juga membenci manusia, kan? Paman memilih mengasingkan diri dari kehidupan duniawi karena Paman tidak menyukai cara hidup manusia yang senang berperang dan merusak alam...."     

Lauriel menatap Aleksis agak lama, dan ia mengangguk, "Itu benar... Tetapi Paman tidak pernah bermimpi ingin menjadi pembunuh..."     

Aleksis terdiam. Itu benar. Lauriel juga punya alasan yang sama kuatnya untuk membenci manusia; kekasihnya dan anaknya yang belum lahir mati akibat perang... Tetapi Lauriel tidak menyalahkan manusia hingga ingin memusnahkan mereka...     

Mengapa Alaric tidak bisa seperti Lauriel? pikirnya sedih.     

Sementara itu, Lauriel kemudian memejamkan mata, berpikir.     

Bayangan demi bayangan melintas di pikirannya dan kemudian ia ingat bahwa pemuda yang dulu menolong Aleksis di kereta menuju Chiang Mai memiliki tato naga di dada kanannya.     

Tato naga yang sama yang dimiliki Famke, sebagai salah seorang pembunuh dari Rhionen Assassins.     

Berarti kemungkinan pemuda itu juga adalah salah seorang assassin di organisasi misterius itu.     

Rhionen Assassins kemungkinan memiliki hubungan dengan Rhionen Industries yang sekarang sedang diselidiki oleh Terry, dan Aleksis barusan tampak pucat karena mendengar perbincangan mereka tentang perusahaan itu.     

Apakah Aleksis telah bertemu dengan Pangeran Siegfried-nya dan mengetahui bahwa ia memang bagian dari Rhionen Assassins?     

Kalau itu benar... maka Aleksis seharusnya tidak boleh dibiarkan lama-lama di Singapura. Ia harus segera dibawa pulang, pikir Lauriel.     

Lauriel menyesal menyuruh Aleksis melanjutkan kuliahnya selama setahun demi memenuhi komitmennya. Akan sangat berbahaya membiarkan gadis itu berlama-lama di Singapura dan bertemu 'Pangeran Siegfried' yang memiliki latar belakang begitu gelap.     

Ia membuka matanya dan menatap Aleksis, "Aleksis sayang... Paman berubah pikiran tentang komitmenmu untuk kuliah di sini... Paman ingin kau pulang dan tinggal bersama Paman di Afrika. Bagaimana pendapatmu? Lagipula di sini adalah markas baru Rhionen Industries yang menurut Terry sangat berbahaya... Paman tak ingin kau kenapa-kenapa..."     

Aleksis tertegun mendengar kata-kata Lauriel. Pasti ayah angkatnya ini mencurigai sesuatu. Baru minggu lalu ia menyuruh Aleksis untuk bertahan kuliah di Singapura... Sekarang ia ingin Aleksis pulang...     

Tapi ia tak bisa mengikuti kata-kata Lauriel sekarang. Ia telah menikah dengan Alaric dan ia ingin menunggu Alaric pulang, lalu kemudian membawanya kepada keluarganya...     

"Uhmm... aku suka tinggal di sini, Paman... Aku mulai punya teman kok... Menurutku ini bagus untukku mendapatkan pengalaman baru. Lagipula buat apa Paman kuatir? Kan ada Terry di sini... aku juga punya pengawal yang setia menjagaku..."     

Terry mendengus mendengar kata-kata Aleksis, "Benar sekali! Pengawalnya empat sekaligus, padahal hidupnya gampang sekali... Paman Rory sih tidak perlu kuatir, adikku ini sangat banyak yang menjaga..."     

Lauriel mengerutkan kening, "Empat pengawal? Tadi aku baru bertemu dua orang. Di mana yang dua lagi?"     

"Uhm... mereka aku suruh kerja bergantian biar tidak capek.." kata Aleksis buru-buru. "Besok aku akan memperkenalkan mereka kepada Paman. Biar Paman bisa lihat sendiri, kalau aku aman di sini..." jawab Aleskis buru-buru.     

Pfew... Untung ia selalu bisa berpikir cepat. Kalau tidak, dia akan kelabakan menerangkan kenapa ia memiliki empat orang pengawal.     

Baiklah... Besok ia akan membawa Carl dan Sascha untuk menemui Lauriel dan membereskan kecurigaannya.     

"Baiklah, kalau begitu." Lauriel akhirnya menyerah. Ia tak dapat memaksa Aleksis pulang dengannya ke Kenya kalau memang gadis itu mendapatkan pengawalan yang cukup di Singapura. Tetapi ia tak bisa membiarkan Aleksis terus bertemu si 'Pangeran SIegfried' itu... Ia harus memikirkan cara yang tepat agar Aleksis menjauhinya.     

Jam ponsel Aleksis bergetar dan ia melihat ada pesan masuk dari Alaric. Hatinya yang gundah seketika menjadi tenang dan bahagia. Ia buru-buru permisi keluar ruang belajar Terry dan membaca pesan Alaric di ruang tamu.     

Seulas senyum otomatis muncul di wajahnya ketika ia membaca pesan singkat dari pria itu.     

[Sebentar lagi mendarat di London. Aku merindukanmu.]     

Aku juga merindukanmu, bisik Aleksis pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.