The Alchemists: Cinta Abadi

Menyelidiki Rhionen Assassins



Menyelidiki Rhionen Assassins

0"Paman, mereka itu pengawalku yang baru, jadi wajar saja kalau mereka membuntutiku..." kata Aleksis dengan suara berbisik. "Aku akan memperkenalkan mereka kepadamu nanti."     

Lauriel mengerutkan kening, kemudian mengangguk paham.     

Hmm... kalau begitu kedua orang ini adalah pengawal yang sangat bagus, pikirnya, mereka bisa menjaga Aleksis dari jarak yang aman tapi tidak menarik perhatian sama sekali.     

"Mereka juga mengikutimu ke kampus?" tanya Lauriel.     

"Iya, mereka banyak membantuku kemarin saat ada gadis sombong berusaha menyerangku..." kata Aleksis kemudian. "Eh.. tapi kalau aku memperkenalkan Paman kepada mereka, aku tak bisa menyebutmu sebagai ayah angkatku. Mereka manusia biasa yang tidak mengetahui rahasia kaum kita. Mereka pasti curiga kenapa ayah angkatku terlihat begini muda dan tampan... hehehe..."     

Lauriel geleng-geleng sambil mengacak rambut Aleksis yang menggodanya barusan.     

"Jadi kau akan memperkenalkanku sebagai siapa?" tanya Lauriel.     

"Aku akan memperkenalkan Paman sebagai sahabat ayahku, itu saja. Jadi aku tidak berbohong kan?"     

Aleksis memuji dirinya sendiri karena berhasil berpikir cepat dan menemukan solusi untuk masalahnya. Memang Carl dan Sascha tidak mengetahui rahasia mereka sebagai kaum Alchemists. Mereka bekerja untuk Caspar tanpa pernah bertemu majikannya. Mereka hanya bertemu Aleksis setiap kali mereka bertugas.     

Aleksis bisa menjadikan hal itu sebagai alasan yang sama saat memperkenalkan Takeshi dan Mischa.     

Ia sangat senang melihat Lauriel mengangguk setuju. Ia segera memberi tanda kepada Takeshi dan Mischa yang sedang menikmati makan siang mereka, agar keduanya datang.     

Wajah Takeshi dan Mischa tampak sangat terkejut melihat Aleksis dengan santai memanggil mereka begitu saja. Dengan ragu-ragu keduanya bangkit dari meja mereka dan berjalan mendatangi Aleksis dan Lauriel.     

"Uhm... Nona memanggil kami?" tanya Takeshi sambil mengerutkan kening. Mischa tampak mempelajari Lauriel dengan penuh perhatian.     

"Iya, aku mau memperkenalkan kalian kepada Lauriel. Dia tahu kalian membuntuti kami, jadi aku harus memberitahunya tentang kalian," kata Aleksis. Ia sengaja menekankan bahwa Lauriel menangkap basah Takeshi dan Mischa mengikuti mereka, supaya kedua assassins itu merasa bersalah tidak melakukan tugasnya dengan baik hingga diketahui oleh orang lain.     

Takeshi dan Mischa saling pandang. Keduanya terkejut karena seharusnya orang lain tidak akan curiga seperti ini. Mereka segera menyadari bahwa Lauriel bukan orang biasa.     

"Selamat siang, Tuan. Saya Takeshi, pengawal Nona Aleksis," kata Takeshi akhirnya, ia membungkuk sedikit.     

"Saya Mischa." Mischa mengikuti.     

Lauriel melirik keduanya sekilas dan mengangguk acuh,"Aku Lauriel."     

"Lauriel adalah kerabatku, dia sahabat ayahku, jadi kalian tidak usah membuntuti kami lagi. Aku aman bersamanya. Kalian lanjutkan pengawalan mulai besok saja di kampus ya..." kata Aleksis kemudian. "Aku akan meneleponmu besok pagi. Tapi kalian santai saja, silakan selesaikan makan siang kalian. Aku akan baik-baik saja."     

Takeshi mengangguk. Ia dan Mischa lalu kembali ke mejanya dan melanjutkan makan siang mereka. Sesekali mereka melihat ke arah Aleksis dan Lauriel yang asyik berbincang dengan sangat akrab. Kalau melihat betapa eratnya hubungan Aleksis dengan pria itu, tentu mereka memang kerabat, pikir Takeshi.     

Ia menyadari bahwa Aleksis dan pria itu tidak memiliki hubungan romantis, dan Aleksis tidak selingkuh dari bosnya, sebab Aleksis dengan santai memperkenalkan mereka.     

Tadinya ia sudah mengambil foto Aleksis dan Lauriel dan hendak mengirimkan laporan kepada bosnya, tetapi kini ia batalkan niatnya dan menyimpan saja foto-foto itu. Rasanya tidak penting, dan buat apa mengganggu Alaric dengan hal sepele seperti itu?     

Toh Aleksis hanya sedang bersama kerabatnya. Alaric tidak perlu direpotkan dengan laporan yang tidak penting seperti itu.     

Setelah menyelesaikan makan siangnya, Takeshi dan Mischa pamit keluar dari Sky Bar.     

***     

Setelah bermalas-malasan di Penthouse selama beberapa saat, Aleksis lalu mengajak Lauriel ke rumah Terry untuk menjenguk anjingnya.     

Pangeran Siegfried Kecil tampak sangat senang melihat kehadiran mereka. Tubuhnya yang bulat berguncang-guncang saat ia mengebaskan ekornya menyambut Aleksis di muka pintu.     

"Hei... Paman, apa kabar?" tanya Terry sambil memeluk Lauriel. "Aku senang ada Paman di sini... aku sedang ada proyek menarik yang memerlukan nasihat Paman..."     

"Kabar baik." jawab Lauriel. Setelah melepaskan pelukan Terry ia menggendong anjing Aleksis dan menciumi kepalanya, "Nasihat apa?"     

"Ayo masuk ke ruanganku, aku akan tunjukkan." Dengan semangat Terry mengajak mereka semua masuk ke ruang belajarnya yang berisi berbagai perlengkapan elektronik tercanggih, termasuk komputer dengan tiga monitor besar.     

Aleksis segera duduk di sofa yang nyaman dan memperhatikan Terry menyalakan monitornya dan menunjukkan informasi yang ingin dibagikannya. Lauriel berdiri mengamati sambil masih menggendong Pangeran Siegfried Kecil.     

"Paman pernah dengar Rhionen Assassins?" tanya Terry kemudian.     

Lauriel mengangguk, "Pernah, tapi sangat sedikit informasi yang tersedia tentang mereka. Apa hubungannya proyekmu dengan Rhionen Assassins?"     

"Hmm... aku sedang menyelidiki perusahaan yang bernama Rhionen Industries... kemungkinan besar keduanya memiliki hubungan atau dimiliki oleh organisasi yang sama," kata Terry menjelaskan. "Menurutku ini akan menjadi bahan dokumenter yang sangat menarik. Aku perlu informasi sebanyak-banyaknya."     

Lauriel menggeleng, "Sebaiknya kau jangan ikut campur... Rhionen Assassins sangat berbahaya. Caspar pernah kerepotan 20-an tahun yang lalu karena mereka. Selama setahun penuh mereka mengincarnya karena mereka mendapat kontrak dari Keluarga Meier... Ia kehilangan sangat banyak pengawal karena mereka... Orang-orang itu sangat berbahaya..."     

Aleksis tanpa sadar menekap bibirnya dan mendesah tertahan.     

Ia tidak tahu sama sekali bahwa 20-an tahun lalu kelompok Rhionen Assassins pernah mengincar ayahnya...     

Aduh... bagaimana ini? Bagaimana ia bisa memperkenalkan Alaric kepada keluarganya sekarang...?     

"Kau kenapa?" tanya Terry yang mendengar desahan Aleksis dan kini melihat wajahnya menjadi pucat. "Kau sakit?"     

"A... aku sakit perut... Mungkin tadi kebanyakan minum..." kata Aleksis buru-buru. Ia menekap bibirnya dan batuk-batuk.     

Ia memang tak dapat menyembunyikan wajahnya yang memucat. Lauriel tampak mengamatinya dengan penuh perhatian.     

Ia sangat mengenal Aleksis dan tahu pasti bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran gadis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.