The Alchemists: Cinta Abadi

Tuan dan Nyonya Rhionen (17++)



Tuan dan Nyonya Rhionen (17++)

0Alaric menepati kata-katanya dengan mengeramas rambut Aleksis yang panjang dan indah. Memijat kepalanya dengan sabar dan menaruh krim pada rambutnya, membuat gadis itu merasa sangat dimanjakan.     

"Kau sangat berbakat," kata Aleksis sambil memejamkan mata menikmati perlakuan Alaric pada rambutnya. "Ah, aku hampir lupa kau pernah punya rambut panjang..."     

"Hmm..." Alaric mengangguk     

Aleksis tampak memikirkan sesuatu. Ia lalu menoleh ke belakang dan menatap Alaric yang masih mengenakan topengnya di saat mereka mandi bersama di bathtub. Ia menyentuh pipi Alaric lalu mengambil keputusan.     

"Terima kasih, kau selalu memperlakukanku dengan sangat baik. Aku yakin pasti tidak nyaman mengenakan topengmu di saat seperti ini... Kau tahu aku sama sekali tidak keberatan dengan wajahmu, bagaimana pun rupamu di balik itu, tetapi aku mengerti kalau kau belum siap menunjukkan siapa dirimu kepadaku," Aleksis tersenyum sangat lembut saat mengusap-usap dagu Alaric, "Aku akan menutup mataku, supaya kau bisa melepaskan topengmu dan mandi dengan nyaman. Aku berjanji tidak akan mengintip. Aku hanya akan melihat wajahmu kalau kau sudah siap memperlihatkannya..."     

Ia lalu memejamkan matanya sambil tetap tersenyum simpul lalu kembali menikmati pijatan Alaric pada kepalanya.     

Alaric tertegun mendengar kata-kata Aleksis.     

Ternyata walaupun jauh lebih muda, gadis itu sangat dewasa. Ia merasa beruntung telah menikahi perempuan yang begitu pengertian...     

Memang tidak nyaman mengenakan topengnya saat mereka mandi seperti ini, karena uap air panas membuat kulitnya terasa panas.     

"Baiklah..." kata Alaric kemudian, ikut tersenyum.     

Sebenarnya di titik ini, ia tidak keberatan kalaupun Aleksis mengintip dan melihat wajah aslinya. Ia tidak malu dengan penampilannya, ia tidak tua, tidak jelek, dan wajahnya tidak cacat. Tentu Aleksis akan terkejut saat mengetahui yang sebenarnya, dan akan merasa mendapatkan kejutan menyenangkan.     

Kalau Aleksis bertanya mengapa ia tidak menua, Alaric akan menceritakan yang sebenarnya.     

Di titik ini, sudah tidak ada yang perlu ia sembunyikan.     

Pelan-pelan ia melepaskan topeng kulit yang menutupi setengah wajahnya dan menaruhnya di pinggir bathtub lalu membasuh mukanya. Terasa sangat nyaman dan menyegarkan. Wajahnya yang sangat tampan dan memiliki garis-garis simetri sempurna tampak berkilauan diterpa cahaya puluhan lilin romantis di kamar mandi mereka.     

Ia mencium puncak kepala Aleksis lalu memeluk gadis itu erat-erat dari belakang.     

"Aku tidak akan membuka mataku..." bisik Aleksis, "Tetapi itu artinya aku tidak akan bisa melihat, kau yang harus menuntunku..."     

"Aku akan menuntunmu..." jawab Alaric dengan suara berat. Hasratnya sudah tak tertahankan lagi. Ia belum pernah bercinta dengan Aleksis tanpa topengnya, dan pengalaman kali ini membuat hatinya tergetar. Akhirnya mereka menjadi satu sepenuhnya, tanpa ia harus menutupi wajahnya.     

Ia membalik tubuh Aleksis agar menghadap ke arahnya dan mencium bibir gadis itu yang setengah terbuka, sangat seksi dan menggemaskan. Sentuhan kulit wajah mereka sepenuhnya membuat ia merasa sangat bahagia. Tanpa penghalang apa pun lagi.     

Ia menciumi Aleksis dengan rakus dan merambah turun ke leher, kemudian dadanya, dan seluruh tubuhnya. Aleksis hanya bisa menikmati semua curahan kasih sayang Alaric tanpa dapat membalas karena ia sudah berjanji tidak akan membuka matanya. Namun, Alaric tidak merasa perlu dibalas. Ia menganggap kesediaan Aleksis menikah dengannya dan menerima dirinya apa adanya, sudah merupakan bentuk curahan cinta tanpa syarat yang membuatnya sangat tersentuh.     

Dan kini bahkan dengan penuh pengertian istrinya itu membiarkannya menyembunyikan wajahnya sampai ia merasa siap untuk membuka diri. Di mana lagi ia akan menemukan perempuan seperti ini?     

Setelah puas dengan kegiatan mereka di kamar mandi, Alaric mengeringkan tubuh mereka berdua, lalu membopong Aleksis ke tempat tidur dan melanjutkan kegiatan bercinta mereka di sana.     

Ia ingin tahu sampai sejauh mana Aleksis akan menepati kata-katanya dan tidak mengintip wajahnya.     

Ia memimpin permainan cinta mereka yang berlangsung berjam-jam dengan dahsyat hingga mereka berkali-kali mencapai kepuasan dan merasa sangat lelah. Hingga akhirnya Alaric menghentikannya dan sadar bahwa sampai saat terakhir Aleksis memang menepati janjinya untuk tidak membuka mata. Gadis itu mendesah, menggigit bibir dan mengerang tanpa sekalipun membuka matanya.     

"Kau sungguh perempuan yang luar biasa, dan aku sangat mencintaimu..." bisik Alaric dengan mesra di telinga Aleksis saat menyudahi permainan cinta mereka. "Sekarang mari kita tidur."     

Dalam hati ia merasa sangat tersentuh karena Aleksis benar-benar bisa dipercaya dan menepati ucapannya. Ia tidak perlu menunjukkan wajahnya malam ini. Mungkin lain kali kalau Aleksis memintanya, ia akan membuka topengnya dan membuka jati dirinya. Perempuan sebaik ini, tentu akan dapat menerima dan menjaga rahasianya.     

"Terima kasih, aku juga sangat mencintaimu, Alaric," bisik Aleksis.     

"Kau sudah boleh membuka mata," kata Alaric kemudian.     

Aleksis pelan-pelan membuka matanya dan melihat suasana kamar yang sangat gelap karena lampu sudah dimatikan. Ia tersenyum dan mengangguk, "Selamat tidur Tuan Rhionen."     

Alaric mencium bibirnya lalu mengambil posisi memeluknya dari belakang, "Selamat tidur, Nyonya Rhionen. Sampai besok pagi."     

Keduanya segera tidur dengan kepala dan dada terasa ringan dan dipenuhi kebahagiaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.