The Alchemists: Cinta Abadi

Aku ingin menjadi keluargamu



Aku ingin menjadi keluargamu

0Saat Alaric menciumnya, secara refleks Aleksis memejamkan mata dan menikmati momen kebersamaan mereka sebelum esok kekasihnya itu pergi ke London.     

Ia sangat terharu ketika mendengar Alaric mengatakan bahwa Aleksis membuatnya merasa ada harapan bagi manusia.     

Itu berarti bagi Aleksis juga ada harapan bahwa suatu hari nanti Alaric pun akan dapat berubah.     

Mungkin dengan cintanya, Aleksis dapat mengubah pikiran Alaric dan membuatnya melihat kehidupan dengan sudut pandang berbeda. Bahwa memang ada harapan bagi manusia untuk berubah... Bahwa manusia dapat berbuat lebih baik jika didukung dan diarahkan.     

Alaric sangat terkejut ketika melepaskan diri dari Aleksis ia melihat tetes demi tetes air mata telah membasahi pipi gadis itu. Ia buru-buru mengusap wajah Aleksis dengan ekspresi kuatir, "Ada apa? Kenapa kau menangis? Apakah aku menyakitimu? Apakah ada kata-kataku yang salah?"     

Aleksis menggeleng pelan, mencoba tersenyum.     

"Tidak apa-apa... aku terharu mendengarmu mengatakan bahwa ada harapan bagi manusia..."     

"Oh..." Alaric tampak lega mendengar kata-kata Aleksis. Tadi ia sempat kuatir Aleksis merasa sedih. Ia lalu tersenyum dan mengangguk, "Di seluruh alam semesta ini, kau adalah orang yang paling dekat denganku. Bersamamu, aku merasa seperti memiliki keluarga."     

Aleksis tertegun mendengar kata-kata Alaric yang diucapkannya dengan sepenuh hati. Pria itu pasti tidak sadar dampak dari ucapannya terhadap Aleksis pada saat itu.     

Ia hanya mencurahkan isi hatinya setelah bersama gadis itu sejak beberapa hari terakhir ini. Ia merasa dalam waktu yang begitu singkat jiwa mereka telah tertaut, dan untuk pertama kalinya dalam hidup ia merasa menemukan orang yang dapat diajaknya berbagi hidup.     

Aleksis sangat tersentuh mendengarnya. Ia mungkin tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengganti semua kesedihan dan penderitaan yang dialami Alaric di masa lalu, tetapi ia dapat memastikan Alaric memiliki keluarga di masa depan, dan membuat pria itu merasa dicintai...     

"Alaric... " Aleksis menyentuh pipi Alaric dan berbisik, "Aku mau menukar permintaanku... Aku sudah tahu apa yang kuinginkan."     

"Hmmm." Alaric mengangguk, "Kau sudah memikirkannya baik-baik?"     

"Sudah." Aleksis mengangguk mantap. Ia tersenyum tipis, "Aku ingin kita menikah. Aku ingin menjadi keluargamu."     

Mereka memang baru resmi menjadi kekasih selama empat hari, tetapi Aleksis telah mencintai Alaric jauh sebelum ini, dan semakin hari mereka bersama, semakin ia merasa pria ini adalah orang yang diciptakan untuknya.     

Alaric adalah Altair untuk Vega-nya.     

Mereka sangat cocok dan kompatibel. Bukan hanya dalam sifat dan kebiasaan, mereka pun memiliki hubungan fisik yang sangat erat dan penuh kasih.     

Aleksis tahu mungkin permintaannya akan dianggap konyol oleh Alaric, mengingat pria itu lebih dewasa dan tidak impulsif seperti dirinya. Ditambah lagi, di awal mereka berhubungan, Alaric juga menolaknya dua kali.     

Tetapi ia merasa cepat atau lambat ia akan mengajukan permintaan yang sama. Lalu untuk apa menunggu setahun atau sepuluh tahun lagi, kalau Aleksis sudah mengetahui apa yang ia inginkan?     

Namun kali ini dugaan Aleksis salah.     

Alaric menatap Aleksis cukup lama, dengan bibir sedikit terbuka, karena merasa terkejut. Ia tak menyangka Aleksis akan mengajukan permintaan ini. Gadis itu memang sangat jujur dan blak-blakan.     

Selama beberapa hari terakhir, setelah memutuskan untuk menjalin kasih dengan Aleksis, Alaric sering membayangkan masa depan mereka bersama.     

Sebagai seorang manusia yang telah hidup selama hampir 100 tahun dengan penampilan yang tetap muda, ia tahu kalau ia akhirnya memutuskan untuk menikah dengan seseorang, maka ia harus siap kehilangan perempuan itu pada usia tua dan kematian.     

Itu adalah risiko yang tak pernah mau diambilnya selama puluhan tahun, hingga ia bertemu dengan Aleksis beberapa hari lalu.     

Gadis ini membuatnya berubah pikiran dan mau mengambil risiko itu untuk pertama kalinya. Ia sudah membayangkan akan bersama Aleksis selama beberapa tahun dan kemudian menikahinya, dan kemudian entah ia akan membuka rahasianya atau tidak. Ia masih belum memutuskan.     

Tetapi malam ini, tanpa diduganya, tiba-tiba saja Aleksis menukar permintaan yang ia janjikan... dan meminta mereka menikah.     

Diam-diam Alaric merasa sedikit tidak adil terhadap Aleksis, karena sebenarnya tanpa diminta pun, Alaric akan menikahinya, hanya saja gadis itu tidak mengetahuinya, dan meminta duluan.     

Aleksis mulai menjadi kuatir melihat Alaric hanya menatapnya dengan pandangan rumit, dan tidak menjawab. Ia langsung menduga Alaric akan menolak dan mengatakan bahwa semua ini terlalu cepat. Ia hanya bisa menggigit bibirnya dengan sedih.     

Aleksis sama sekali tak menduga Alaric akhirnya mengangguk dan tersenyum saat menjawab permintaannya. Pria itu hanya mengucapkan satu kata, "Kapan?"     

Senyum Aleksis langsung merekah sangat indah ketika mendengar akhirnya Alaric mengeluarkan suara.     

"Sebelum kau pergi ke London..." bisik Aleksis lirih.     

"Baiklah." Alaric mengangguk. "Sehabis makan malam kita bisa ke Sentosa. Di sana ada kapel pernikahan yang buka 24 jam."     

Aleksis tak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Tidak seperti dugaannya semula, Alaric sama sekali tidak membantah ataupun menolak permintaannya.     

Ia mengabulkan permintaan Aleksis tanpa syarat. Setelah makan malam mereka bisa langsung menikah!     

Dadanya terasa berdebar-debar, dan dengan penuh semangat ia berdiri dan memeluk Alaric.     

"Aku tidak butuh apa-apa lagi. Satu permintaan ini sudah cukup untukku. Terima kasih..." bisiknya haru.     

Alaric mengusap-usap punggung Aleksis dan mencium puncak kepalanya beberapa kali,     

"Terima kasih, Aleksis, karena kau menerimaku apa adanya. Aku laki-laki paling beruntung di dunia," kata Alaric sambil mengeratkan pelukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.