The Alchemists: Cinta Abadi

Tubuhku merespons cintamu



Tubuhku merespons cintamu

Rasanya Aleksis ingin menumbuhkan sayap agar ia dapat segera tiba di Gedung Continental, mengganti penampilannya, dan mendatangi Alaric di kantornya.     

Begitu taksi berhenti ia segera melompat keluar dan bergegas masuk lift menuju lantai 100. Aleksis menyempatkan diri mandi dan memilih pakaiannya yang paling cantik dengan sandal bertali yang feminin sekali.     

Ia terlihat seperti seorang supermodel yang baru turun dari catwalk.     

Setelah mematut diri sebentar di depan cermin dan merasa puas dengan penampilannya, Aleksis segera turun ke lantai 39. Dalam perjalanannya turun ke lantai 39, lift beberapa kali berhenti di lantai lainnya dan orang-orang pun keluar dan masuk lift.     

Tidak satu pun dari mereka yang tidak terpana melihat gadis yang begitu cantik dan mempesona di dalam lift dengan wajah yang demikian berseri-seri itu.     

Ketika akhirnya lift berhenti di lantai 39, Aleksis segera keluar lift dan bergegas masuk ke kantor Rhionen Industries. Begitu ia masuk, seorang staf perempuan dengan sigap menghentikan langkahnya.     

"Maaf, Nona. Mau bertemu siapa? Sudah ada janji?"     

"Aku mau bertemu Tuan Rhionen. Dia ada di ruangannya?" tanya Aleksis cepat.     

Staf itu tampak menilai Aleksis dari ujung kepala hingga ujung kaki dan tanpa sadar mendecak kagum. Ia merasa bahwa gadis yang demikian memukau ini datang hendak menemui bosnya tentu karena mereka sudah punya urusan sebelumnya.     

Dalam hati ia bertanya-tanya siapakah gadis ini sebenarnya dan apa hubungannya dengan Tuan Rhionen.     

"Uhm... silakan tunggu di lobi ini sebentar, saya akan menelepon beliau."     

Ugh... tadinya Aleksis ingin memberikan kejutan, tetapi ia tahu diri, pegawai di perusahaan ini akan menganggapnya sombong kalau ia memaksa masuk begitu saja. Sebaiknya ia menghargai proses di kantor ini dan menerima tawaran staf ini untuk meneleponkan Alaric untuknya.     

"Baiklah..." Aleksis duduk di sofa dan menunggu dengan sabar. Staf itu menghampiri meja dan menelepon ke ruangan Alaric.     

"Selamat sore, Tuan. Ada seorang nona yang ingin bertemu dengan Anda." Ia mengangkat wajahnya dan menatap Aleksis dengan pandangan bertanya.     

"Oh... bilang saja ini Tuan Putri Aleksis..." kata Aleksis cepat-cepat. Tadinya ia ingin jahil dan menyebutkan nama palsu, tetapi kemudian kuatir jika Alaric menolak menemuinya karena tidak mengenali nama itu. Akhirnya ia iseng menambahkan kata 'Tuan Putri' di depan namanya.     

Staf itu tampak tercengang mendengar 'Tuan Putri Aleksis', tetapi ia menyampaikan apa yang didengarnya itu kepada bosnya. Lima detik kemudian ia mengangguk dan menutup telepon.     

"Tuan akan keluar menemui Anda."     

"Oh..." Aleksis merasa agak terkejut mendengar Alaric akan keluar menemuinya. Tadinya ia mengira pria itu akan menyuruh stafnya mengizinkan Aleksis masuk ke ruangannya. Ternyata ia yang akan keluar menemui Aleksis di lobi.     

Apakah ini berarti Alaric tak ingin ia masuk ke dalam?     

Beberapa menit kemudian pertanyaannya terjawab dengan munculnya Alaric di lobi. Rambutnya tampak pendek dan berwarna agak platinum. Aleksis ingat baru kemarin ia bertemu Alaric dengan rambutnya yang pirang dan panjang sebahu, diikatnya dengan pita merah.     

Kenapa hari ini penampilannya berubah???     

Masakan dia memotong dan mewarnai rambutnya hari ini? Untuk apa?     

Aleksis sungguh tak mengerti.     

Kalau Aleksis tidak sangat mengenali bentuk tubuh Alaric dan penampilan wajahnya yang ditutupi topeng kulitnya, ia akan mengira ini adalah orang lain.     

Alaric tampak menyunggingkan senyum saat ia melihat Aleksis. "Selamat sore, Tuan Putri."     

Stafnya yang tadi menelepon tampak tercengang melihat bosnya tersenyum dan bahkan menyebut gadis ini 'Tuan Putri'.     

Apakah tamu yang ada di lobi mereka sekarang ini memang seorang putri bangsawan? Tadi ia mengira perempuan itu hanya bercanda.     

"Apa yang terjadi dengan rambutmu?" tanya Aleksis bingung.     

Tubuhnya, penampilannya, suaranya semua milik Alaric, tetapi rambutnya sungguh berbeda dengan saat terakhir ia melihat pria itu kemarin.     

Alaric hanya mengangkat bahu.     

"Mungkin kelainan genetik. Aku pun masih menyelidiki penyebabnya. Rambutku sering berubah warna sendiri kalau aku mengalami perubahan emosi mendalam. Bisa dibilang para ilmuwanku sangat senang menjadikanku kelinci percobaan mereka, ada banyak informasi menarik yang mereka bisa selidiki tentang diriku selama ini." Ia menggenggam tangan Aleksis dan mengajaknya melintasi kantor dan kemudian masuk ke ruangannya. "Aku tidak mengira kau sampai secepat ini. Takeshi tadi sudah bilang kau akan datang, tapi kupikir masih agak lama."     

"Oh..." Aleksis hanya bisa menggumam mengiyakan.     

Ternyata benar, Takeshi melaporkan semua yang terjadi kepada Alaric. Lalu... apakah Alaric sudah mendengar apa yang terjadi di kafetaria?     

Alaric sangat berwibawa dan semua orang di kantor bahkan tidak berusaha memiringkan kepala mereka untuk mencuri lihat siapakah gadis yang datang menemuinya dan kemudian dibawanya ke dalam ruangannya.     

Mereka hanya bisa menduga-duga dalam hati, tetapi tidak ada yang berkasak-kusuk membicarakannya.     

Di dalam ruangannya Alaric mengeluarkan sepoci teh dan dua buah cangkir lalu menyuguhkannya kepada Aleksis. "Teh?"     

"Terima kasih." Aleksis menerima satu cangkir dengan hati gembira. Ternyata dugaannya tadi salah. Alaric keluar menemuinya di lobi untuk menyambutnya, bukan karena ia tak ingin Aleksis masuk ke ruangannya.     

Pikiran ini membuatnya sangat senang. Alaric ternyata sangat menghargainya dan memperlakukannya betul-betul seperti seorang putri. Ia bahkan dengan cuek mengikuti kejahilan Aleksis tadi dan menyapanya dengan panggilan 'Tuan Putri' di depan stafnya.     

"Bagaimana kehidupan di asrama? Bagaimana kuliah hari pertama?" tanya Alaric sambil menyesap tehnya.     

"Biasa saja, kuliahku tidak menarik," kata Aleksis cepat. "Aku ingin tahu kenapa rambutmu bisa berubah begini cepat. Kalau aku tidak mengenali tubuhmu... mungkin tadi kupikir kau itu orang lain yang menyamar sebagai Alaric Rhionen."     

"Mengenali tubuhku?" tanya Alaric dengan nada pura-pura keheranan, membuat Aleksis hampir menyemburkan teh yang sedang diminumnya.     

"Ugh... kau mengerti maksudku," cetus Aleksis dengan wajah merah.     

Yah, di titik ini tentu ia telah mengenali tubuh Alaric, karena mereka telah saling menjelajahi tubuh masing-masing dengan begitu intim selama beberapa jam kemarin. Dan sampai kapan pun ia akan selalu mengenali pembawaan halus dan lembut yang menutupi sosok mematikan sang Raja Iblis itu. Sang Yin dan Yang yang sempurna.     

"Aku mengerti," Alaric mengangguk. Wajahnya di balik topeng tampak sangat terhibur. Ia lalu menepuk pahanya dan memberi tanda agar Aleksis duduk di pangkuannya.     

Dengan agak malu-malu gadis itu menurut. Tentu saja ia sangat senang duduk di pangkuan Alaric. Kalau bisa ia akan duduk di situ selamanya dan tak usah pulang ke rumah.     

"Kelainan genetik bagaimana? Aku belum pernah melihat orang yang bisa berubah rambutnya menjadi putih dalam semalam." kata Aleksis sambil menyentuh rambut Alaric, memastikan rambutnya memang asli.     

"Ini bukan putih, tapi platinum blonde (pirang platinum)." Alaric mengoreksi ucapan Aleksis. Ia keberatan disebut memiliki rambut putih, karena ia tidak merasa tua. "Sudah kubilang aku tidak tahu penyebabnya apa, tetapi aku sudah beberapa kali mengalami perubahan warna rambut drastis seperti ini. Biasanya karena terjadi sesuatu yang besar dalam hidupku. Tim ilmuwanku sampai sekarang masih menyelidikinya. Dan kau salah, ada beberapa orang yang pernah dicatat sejarah mengalami perubahan warna rambut dalam semalam, salah satunya adalah Ratu Marie Antoinette* dari Prancis. Ia ditangkap dalam revolusi Prancis dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine. Karena sangat tertekan akibat kehilangan anak-anaknya, seluruh rambutnya yang indah berubah menjadi putih dalam semalam."     

"Hmmm... kau benar..." kata Aleksis akhirnya. Ia masih ingat nama Marie Antoinette dari buku sejarah. Ia terus mengelus-elus rambut Alaric, "Tapi kenapa rambutmu sekarang pendek?"     

"Aku tidak suka punya rambut berwarna platinum dan panjang, karena membuatku terlihat seperti kakek-kakek atau peri dari Rivendell, jadi aku memotongnya..." Alaric tertawa kecil. "Kau tidak suka?"     

"Uhm... aku suka. Sebenarnya kalau aku boleh jujur, ini adalah model dan warna rambut yang paling cocok untukmu. Aku SANGAT menyukainya..." kata Aleksis pelan. Ia menatap Alaric dengan pandangan terpesona. Pria di depannya ini sebenarnya terlihat sangat menawan, walaupun wajahnya ditutupi topeng. Aleksis yakin, bahkan bila wajahnya yang cacat itu terlihat, ia tetap akan tampak keren.     

Alaric mengangguk-angguk. "Hmm... mungkin itu yang terjadi. Karena aku sangat menyukaimu, tubuhku secara tidak sadar menyesuaikan diri agar terlihat menjadi seperti apa yang kau sukai. Rambutku secara alami mengikuti keinginanmu..."     

Aleksis tertawa. "Ahahahaha.... ini kemajuan. Aku belum pernah mendengarmu menggombal seperti ini..."     

"Kau tidak percaya?" tanya Alaric.     

"Aku tidak percaya. Tapi aku menghargai usahamu untuk menggombal barusan..." kata Aleksis sambil tertawa terkekeh-kekeh.     

Aleksis tahu bahwa bagi kaum Alchemist, mengalami perubahan warna rambut adalah hal yang biasa. Tubuh mereka terbentuk sedemikian rupa dan secara alami mengetahui bagaimana penampilan terbaik bagi mereka. Itu sebabnya kaum alchemist tidak pernah memotong rambut mereka. Pertumbuhan rambut mereka akan terhenti sesuai dengan kebutuhan, warnanya pun dapat berubah pelan-pelan mengikuti keadaan yang sesuai bagi mereka.     

Hal ini membuat orang-orang dari kaum Alchemist selalu terlihat seperti versi sempurna dari diri mereka. Walaupun demikian, perubahan warna rambut biasanya tidak terjadi dalam semalam. Rambut Aleksis pernah berubah dari cokelat terang ke pirang dalam kurun waktu beberapa bulan.     

Mengingat Alaric adalah manusia biasa, maka semakin tidak mungkin bila tubuhnya menyesuaikan diri dengan penampilan yang disukai Aleksis. Kemungkinan besar memang Alaric memiliki suatu kelainan genetik yang mempengaruhi sistem tubuhnya, atau ia mengalami kejadian traumatis seperti Marie Antoinette.     

"Semoga kelainan genetik yang kau alami ini tidak berdampak negatif..." kata Aleksis kemudian. Ia masih mengusap-usap rambut Alaric.     

Pria itu mengangguk. Ia tidak lagi berusaha meyakinkan Aleksis bahwa dalam hatinya ia sungguh percaya bahwa tubuhnya merespons cinta Aleksis dan entah bagaimana mengubah fisiknya menjadi seperti yang sangat disukai gadis itu.     

Tadi pagi saat ia bangun dengan rambut berwarna platinum, ia tidak mengerti kenapa rambutnya berubah warna sedemikian dan buru-buru memotongnya karena ia tidak suka. Tetapi saat barusan ia mendengar pernyataan Aleksis bahwa gadis itu ternyata sangat menyukai penampilannya yang baru, barulah Alaric menduga ini adalah respons tubuhnya terhadap cinta Aleksis.     

Gila, bahkan tubuhnya mencintai gadis itu hingga tanpa sadar mengikuti preferensinya.     

Selama beberapa tahun terakhir para ilmuwannya telah menemukan beberapa hal menarik mengenai tubuh Alaric.     

Sejak mendirikan Rhionen Industries 15 tahun yang lalu, ia memutuskan untuk menyelidiki dirinya sendiri, mengapa ia tidak menua, dan bagaimana gen super dalam tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk kemajuan teknologi.     

Dari hasil penelitian itulah mereka berhasil menemukan obat kanker, yang membuat perusahaannya kaya raya dan kemudian menjadi sangat berpengaruh.     

Ternyata gen super dalam tubuh Alaric dapat menyembuhkan segala jenis penyakit. Karena itulah anak perusahaan farmasi di Rhionen Industries kemudian didirikan, dan sejak itu mereka terkenal sebagai satu-satunya perusahaan penemu obat kanker.     

Setelah 15 tahun, masih saja ada banyak hal yang tak dapat dijelaskan dari tubuh Alaric, termasuk di antaranya adalah kemampuan tubuhnya untuk mengubah diri pelan-pelan sesuai kebutuhan.     

Ia tak mungkin menceritakan ini kepada Aleksis, karena gadis itu takkan mengerti... Lebih baik ia tetap menyebutnya sebagai kelainan genetik, lebih mudah dipercaya, pikirnya.     

"Hmm..." Alaric menyentuh tangan Aleksis yang masih mengusap kepalanya, "Jadi kau menyukai penampilan baruku?"     

Aleksis mengangguk. Alaric tersenyum senang melihatnya.     

Untuk sesaat mereka bertatapan.     

Lalu tanpa ada yang mengomando, keduanya secara bersamaan mendekatkan wajah masing-masing dan mencari bibir kekasihnya. Secara bersamaan pula keduanya memejamkan mata dan saling mencium dengan penuh gairah. Tubuh keduanya seperti pasangan magnet utara dan selatan yang saling bertemu dan segera tertaut otomatis. Aleksis tak dapat menahan desahan keluar dari bibirnya saat lidah Alaric menjelajah mulutnya dan membuat pria itu semakin antusias menciuminya.     

Ciuman keduanya diikuti dengan belaian penuh kasih sayang pada wajah dan tubuh masing-masing dan sesaat kemudian Alaric bangkit dengan Aleksis masih di pangkuannya, secara otomatis membopong gadis itu ke kamar tempatnya beristirahat di kantor.     

Ini sudah bukan yang pertama bagi mereka, jadi Alaric tidak bertanya lagi apakah Aleksis mau melakukannya di tempat tidur di kamar itu atau di tempat lain. Ia tak sanggup lagi menunggu.     

.     

*Marie Antoinette = Ratu terakhir Prancis saat masih berbentuk sebagai kerajaan, ia adalah istri Raja Louis XVI. Marie Antoinette banyak dibenci rakyat karena berasal dari Austria, sehingga dianggap orang asing. Gaya hidupnya yang mewah serta senang mengadakan pesta-pesta mahal di saat rakyat Prancis banyak yang kelaparan menjadi pemicu berlangsungnya Revolusi Prancis. Sejak itu rakyat menolak kehadiran bangsawan dan raja, dan Prancis berubah menjadi Republik.     

Marie Antoinette dan suaminya Raja Louis XVI dijatuhi hukuman mati dengan guillotine (pemenggal kepala). Rambut Marie Antoinnette dikabarkan menjadi putih dalam semalam sebelum ia dieksekusi. Anaknya, putra mahkota terakhir Prancis, dipelihara oleh para prajurit yang memberontak dan kemudian menghilang, sampai kini tidak diketahui keberadaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.