The Alchemists: Cinta Abadi

Kesepakatan dengan Carl dan Sascha



Kesepakatan dengan Carl dan Sascha

0Aleksis memutuskan untuk memikirkan masalah itu besok saja. Biasanya setelah tidur ia akan dapat menemukan solusi.     

Ia kembali ke kamar dan tersenyum canggung kepada Rosemary.     

"Uhm.. Aku sudah selesai menelepon kakakku.." katanya.     

"Oh, oke. Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Rosemary. "Tadi aku dengar kalian seperti bertengkar..."     

"Ohoho.. Tidak kok. Kami memang kalau ngobrol seperti itu. Tidak usah kuatir." Aleksis tersenyum lebar, menenangkan Rosemary.     

"Aku belum tahu kau jurusan apa.. Besok sudah tahu kuliah di mana?" tanya Rosemary lagi.     

Aleksis sudah lupa ia mengambil jurusan apa.. Haha. Ia tidak terlalu peduli sebenarnya. Ia buru-buru mengeluarkan agenda yg diberikan Ms. Lauren kepadanya hari Jumat lalu dan meneliti jadwalnya.     

"Aku masuk jurusan manajemen informasi," jawabnya kemudian sambil mengangkat bahu.     

"Ohh.. Berarti kau sefakultas dengan Nicolae.. Dia salah satu cowok paling populer di kampus," kata Rosemary antusias. "Dia dan Terry itu saingan dalam hal popularitas. Mereka selalu masuk ranking teratas calon suami idaman di kampus kita."     

"Suami idaman???" Rasanya Aleksis ingin tertawa keras-keras mendengar Terry masuk daftar aneh itu. Idaman dari Hong Kong!     

Ia lalu mengerutkan kening saat mendengar nama Nicolae. Ia pernah mendengar nama itu sebelumnya... Tapi di mana ya?     

Melihat reaksi Aleksis, Rosemary hanya geleng-geleng. Ia membuka komputernya dan menunjukkan platform sosial media Splitz dan membuka grup khusus St. Mary University. Di group board ada sangat banyak polling, pengumuman dan berita-berita seputar kampus dan para mahasiswanya.     

"Terry tidak punya akun di Splitz, tetapi ia sangat terkenal sehingga banyak yang membuatkan fan page untuknya dan memasukkannya ke dalam berbagai polling. Selain sangat tampan, masa depannya sangat cerah sebagai aktor atau pembuat film. Ia sudah memenangkan banyak penghargaan dari sejak tingkat satu." Rosemary membuka salah satu polling board dan menunjukkan DAFTAR CALON SUAMI IDAMAN.     

Di tempat pertama adalah Terry Chan dengan fotonya yang sangat tampan entah diambil secara diam-diam oleh siapa, dan di tempat kedua ada seorang pemuda tampan lainnya yang berambut panjang pirang dan bermata biru gelap... yang membuat Aleksis seketika berseru tertahan.     

Rupanya ini Nicolae! Ia sekarang ingat.     

Mereka sudah bertemu tiga kali dan Aleksis sempat mengira ia adalah Pangeran Siegfried-nya sebelum ia bertemu Alaric.     

"Kenapa kau terkejut begini? Kaget ya karena di kampus kita ada pria-pria yang begini tampan?" tanya Rosemary sambil tertawa kecil. "Selain mereka masih ada beberapa mahasiswa lainnya yang masuk polling ini, tetapi hanya mereka berdua yang masih single, sehingga menjadi incaran agresif setiap perempuan... Uhm... eh, ralat, Terry tidak lagi single, karena hari Jumat yang lalu ia menyatakan cinta kepadaku..."     

Wajah Rosemary bersemu merah, dan membuat Aleksis ingin menepuk keningnya.     

Ugh.. ia harus membereskan masalah ini. Rosemary sepertinya adalah seorang gadis yang baik dan ia mungkin akan trauma terhadap laki-laki kalau besok Terry memutuskannya begitu saja dengan alasan bahwa ia hanya iseng.     

"Oh... selamat ya..." kata Aleksis dengan nada janggal. "Semoga kalian langgeng..."     

"Terima kasih..." Rosemary tersenyum malu-malu, "Siapa tahu nanti begitu kamu masuk kuliah, kamu bisa bertemu Nicolae dan mendapatkan cintanya..."     

"Eh, aku sudah punya kekasih..." kata Aleksis cepat.     

"Oh ya? Wahh.. iya aku lupa, tadi kamu sudah bilang." Rosemary mengangguk-angguk. "Baiklah, sudah larut, sebaiknya kita tidur, besok pagi aku akan membawamu sarapan dan berkeliling asrama, sebelum mulai kuliah."     

"Terima kasih..." Aleksis mengangguk "Selamat malam."     

***     

Keesokan paginya setelah membiasakan diri dengan situasi dan peraturan di asrama, Aleksis menghubungi Carl dan Sascha untuk menemuinya di depan gerbang kampus.     

"Paman-pamanku yang baik, aku sangat berterima kasih karena selama ini kalian telah menjagaku dari orang jahat. Kalian luar biasa dan aku sangat sayang kepada kalian..." Aleksis memulai pembicaraannya bersama kedua pengawalnya itu dengan memuji-muji Carl dan Sascha. "Kita sudah bersama selama berapa tahun?"     

"Hmm... hampir delapan tahun, sejak Nona Besar dulu diculik orang jahat," jawab Carl tegas.     

"Kalian pasti tahu siapa yang menyelamatkanku dari orang jahat waktu itu?" tanya Aleksis.     

"Anda menyebutnya Pangeran Siegfried.." kali ini Sascha yang menjawab.     

"Betul.. kalian tahu alasan aku pindah ke Singapura adalah untuk mencarinya kan... Nah beberapa hari yang lalu.. AKU MENEMUKANNYA! Aku bahagia sekali!!!"     

Carl dan Sascha saling pandang dan tersenyum. Mereka juga turut bahagia melihat Nona Besar mereka bahagia. Keduanya telah menjadi pengawal gadis itu sejak ia masih anak-anak dan mereka mengerti obsesinya terhadap pemuda yang menyelamatkannya.     

"Selamat ya, Nona. Apakah Tuan dan Nyonya sudah tahu?" tanya Carl penasaran.     

"Uhmm... belum tahu, dan aku mengandalkan kalian untuk membantuku merahasiakannya. Kau tahu sendiri Papa itu seperti apa, bisa-bisa dia langsung terbang ke sini dan menginterogasi Pangeran Siegfried..."     

Kedua pengawalnya mengangguk membenarkan. Mereka tahu Tuan Besarnya sangat over protective terhadap anak perempuan satu-satunya.     

"Kalau Tuan Lauriel, apakah dia sudah tahu?" tanya Sascha.     

Aleksis menggeleng, "Saat ini hanya kalian dan Terry yang tahu. Jadi kalian lihat betapa aku sangat mempercayai kalian dan memberi tahu kalian bahkan hal-hal yang tidak kuberitahukan kepada orang tuaku..."     

Wajah keduanya tampak senang sekali. Aleksis mempercayakan rahasianya kepada mereka membuat keduanya merasa dihargai. Gadis itu tidak melakukan hal-hal konyol di belakang mereka dan membuat mereka kuatir.     

"Baik, kami akan menjaga rahasia ini, asalkan Nona selalu memberi tahu kami apa yang terjadi, supaya kami tidak kelimpungan," kata Carl.     

"Nahhh... sekarang aku punya masalah..." Aleksis batuk-batuk kecil. "Pangeran Siegfried tidak tahu siapa aku sebenarnya. Dia pikir aku adalah anak orang biasa. Waktu dia tahu bahwa aku sengaja berpenampilan jelek agar tidak diganggu laki-laki iseng, ia memberiku dua orang pengawal pribadi untuk melindungiku... Bayangkan! Selain ayahku yang memberi kalian untuk menjagaku, Pangeran Siegfried juga sekarang mengirim pengawalnya..."     

Carl dan Sascha seketika mengerti dilema yang dihadapi Nona Besar mereka. Keduanya tersenyum geli.     

"Jadi Nona memberi tahu kami tentang hal ini, agar kami mengetahui dari awal kalau nanti ada dua orang mencurigakan yang membuntuti Nona?" tanya Carl mengambil kesimpulan.     

"Pantas saja tadi malam Nona minta kami untuk cuti," Sascha menahan tawanya dengan pura-pura batuk.     

"Nah.. itulah... Kalian cepat mengerti." Aleksis sangat senang karena walaupun Carl dan Sascha berpenampilan dingin dan sadis, keduanya sangat hangat kepadanya dan selalu berusaha memenuhi keinginannya.     

Bagaimanapun mereka telah melihatnya tumbuh dewasa dari sejak umur 12 tahun hingga sekarang hampir 20. Ia melanjutkan kata-katanya, "Kedua pengawal dari Pangeran Siegfried tidak akan mengetahui tentang kalian, tetapi kalian akan tahu tentang mereka, jadi kalian bisa bersiap-siap dan berlaku sebagaimana mestinya agar tidak menarik perhatian."     

"Baiklah, Nona. Kami mengerti. Anda tahu seperti apa pengawal yang akan dikirim untuk Anda?" tanya Carl.     

"Aku punya foto mereka." Aleksis buru-buru menunjukkan foto Takeshi dan Mischa kepada Carl dan Sascha, yang segera mengerutkan kening saat melihatnya.     

"Apa tidak salah? Mereka ini kan hanya mahasiswa biasa? Yang satu malah kelihatan seperti gigolo...." komentar Carl. "Mungkin salah foto?"     

Aleksis menggeleng tegas. Ia menunjuk foto Takeshi, "Ini Takeshi, dia level phoenix di Rhionen Assassins."     

Carl dan Sascha serentak menahan napas. Mereka pernah mendengar selentingan tentang organisasi pembunuh bayaran paling misterius di dunia itu. Hanya selentingan yang tidak pernah terbukti, sehingga mereka tadinya mengira semua itu hanya legenda urban saja.     

"Level phoenix itu menurut mitos daya bunuhnya sudah setara dengan satu pasukan khusus kami di militer dulu," gumam Sascha pelan. Ia saling pandang dengan Carl. Keduanya adalah mantan kapten pasukan khusus di Rusia dan tahu kemampuan satu pasukan mereka.     

"Uhmm.... ya, itu Takeshi. Yang satu lagi, namanya Mischa... dia itu level naga di Rhionen Assassins.." kata Aleksis melanjutkan.     

Ia puas melihat wajah kedua pengawalnya yang berubah shock.     

Level Phoenix saja sudah sangat berbahaya... namun ternyata Nona Besar mereka juga dikirim pengawal dari Level Naga?? Siapa Pangeran Siegfried itu sebenarnya? pikir kedua pengawal Aleksis galau.     

"Hmm... untung Nona memberi tahu kami duluan, sehingga kami bisa bersiap-siap. Kalau kami tidak tahu, kemungkinan besar kami dan mereka akan bentrok dan akibatnya pasti tidak akan menyenangkan," komentar Sascha. "Kalau begini, kami sudah tahu untuk menghindari mereka."     

"Terima kasih, kalian cepat mengerti," kata Aleksis. "Saat ini aku belum bisa mengungkapkan identitasku kepada Pangeran Siegfried... Mungkin nanti kalau semuanya sudah beres, aku bisa memberitahunya tentang keluargaku, dan semua hal tentangku..."     

"Kami mengerti."     

"Baik. Kalau begitu aku kuliah dulu. Kalian tidak usah mengkhawatirkanku. Nanti akan kukabari kalau aku sudah bertemu Takeshi dan Mischa... Sementara ini kalian bersantai saja..."     

"Baik, Nona. Selamat kuliah!"     

Aleksis lalu masuk ke dalam kampus dan bersiap mencari gedung kuliahnya. Ia sudah mendapat jadwal dan tahu bahwa kuliah pertamanya di aula mengikuti salah satu mata kuliah umum.     

Per hari ini Aleksis masih mengenakan pakaian lusuh dan sepasang kacamata kebesarannya, dan terlihat sangat kutu buku. Ia masih belum mau menarik perhatian di hari pertamanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.