The Alchemists: Cinta Abadi

Rahasia Gelap Rhionen Industries



Rahasia Gelap Rhionen Industries

0Aleksis masuk ke dalam penthousenya dengan perasaan kehilangan. Sungguh ia belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Pangeran Siegfried Kecil sudah tidur saat ia tiba. Carl dan Sasha sedang sibuk dengan laptop masing-masing. Kedua pria Russia itu segera berdiri menyambut ketika Aleksis masuk.     

Ah, ya... bagaimana menyampaikan kepada mereka ini kalau mulai besok Aleksis akan mendapatkan tambahan pengawal?     

"Carl dan Sasha... bagaimana kalau kalian berlibur dulu sebulan? Aku kan bakal tinggal di asrama, rasanya tidak akan ada hal aneh-aneh terjadi di sana..." kata Aleksis kepada keduanya.     

Kedua pria itu saling pandang, kemudian menggeleng bersamaan.     

"Nona besar jangan membuat kami dihukum Tuan..." keluh Carl. "Tugas kami adalah menjaga Nona..."     

Aleksis menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia tak bisa memikirkan alasan apa pun....     

"Ugh... baiklah. Kalau begitu kalian bantu aku membawa barang-barangku ke asrama. Kita mampir dulu ke Joo Chiat untuk menitipkan anjingku di rumah Terry."     

"Baik, Nona Besar."     

Mereka berempat segera berangkat ke rumah Terry dengan menggunakan mobil Tesla yang dikemudikan Carl. Terry sedang mengedit video di tiga buah layar raksasa ketika mereka tiba. Di rumah itu ia tinggal bersama seorang tukang kebun dan juru masak. Sang juru masak buru-buru memberitahunya akan kedatangan Aleksis.     

"Eh, kalian sudah tiba." Terry mengusap-usap kepala Pangeran Siegfried Kecil dan menunjuk sebuah kamar di lantai dasar, "Kamarnya sudah siap di ujung situ. Taruh saja barang-barangnya di sana. Anjingmu tidak boleh naik ke lantai dua, aku menyimpan banyak peralatan elektronik berharga di sana."     

Aleksis tercengang mendengarnya. "Kau menaruh Pangeran Siegfried Kecil di kamar tamu? Wahahah... Aku tahu kau pasti sayang sekali pada anjingku, sampai kau memberinya kamar sendiri...."     

Ia buru-buru memeluk Terry kemudian mencium pipinya. "Terima kasihhh!!"     

"Hmm..." Terry hanya menggerutu tidak jelas.     

Carl dan Sasha menaruh tas berisi barang-barang mainan Pangeran Siegfried Kecil, kotak musik kesukaannya, lalu beberapa karung makanan anjing di kamar yang ditunjuk.     

"Jam berapa Anda mau ke asrama, Nona?" tanya Sasha sebelum beranjak.     

"Uhm... belum tahu..." Aleksis menoleh kepada Terry, "Biasanya di asrama ada jam malam tidak?"     

"Jam 10 malam sih," kata Terry sambil mengangkat bahu, Kenapa?"     

"Kau antar aku ke asrama, ya... please. Biar kita bebas ngobrol. Carl dan Sasha bisa pulang dan tidak usah menungguku. Lagipula bukannya kau mau membahas tentang Rhionen Industries?"     

Terry berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah..."     

Carl dan Sasha lalu minta diri kembali ke mobil mereka dan mengawasi Aleksis dari jauh seperti biasanya.     

Setelah kedua pengawalnya itu pergi, Aleksis buru-buru menarik tangan Terry ke sofa dan duduk di sampingnya.     

"Aku sudah bertemu Pangeran Siegfried!!" serunya antusias. "Dia sama baiknya seperti yang aku bayangkan. Dan sekarang aku bingung..."     

"Bingung kenapa?" tanya Terry keheranan.     

"Aku tidak memberitahunya siapa diriku... Dia tidak tahu aku seorang alchemist dan bahwa aku punya dua orang pengawal yang mengawasiku ke mana-mana untuk melindungiku dari gangguan laki-laki iseng..."     

"Lalu?"     

"Lalu, dia menyiapkan dua pengawal untuk melindungiku dari gangguan laki-laki iseng..." kata Aleksis dengan wajah frustasi.     

"A... apa? Jadi dobel dong? Ahahahaha..." Terry tak dapat menahan tawanya, "Buang-buang sumberdaya manusia saja, lebih baik sebagian dipakai untuk melindungiku..."     

Aleksis tertawa dan memukul bahu Terry. "Kalau begitu kau pacaran saja dengan Pangeran Siegfried."     

Terry tampak merenung sejenak. "Dia perhatian sekali ya, sampai memberimu pengawalan segala, sama seperti ayahmu... Siapa dia?"     

Aleksis tersenyum simpul tapi ia hanya menggeleng, "Maaf, aku tak bisa membuka identitasnya sekarang... soalnya dia orang yang sangat privasi. Nanti kapan-kapan akan aku kenalkan..."     

"Huh.... misterius sekali," komentar Terry.     

"Iya, memang dia begitu. Kau sendiri bilang dia mirip Papa," balas Aleksis. "Anyway, kau bilang mau membahas tentang temuanmu di pesta kemarin. Ada informasi menarik apa?"     

Terry segera tampak menjadi antusias. Ia menarik Aleksis ke kamarnya dan menunjukkan berbagai data yang sedang ia buka di salah satu komputernya. Ia memencet mode hologram dan semua informasi tersaji secara tiga dimensi di depan mereka.     

"Rhionen Industries punya beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dan mereka memang terkenal karena menemukan obat kanker beberapa tahun lalu. Mereka juga merupakan salah satu yang terdepan dalam rekayasa genetik dan sudah berhasil menciptakan organ di lab, sehingga sekarang manusia tidak perlu menunggu transplantasi organ dari donor yang sudah meninggal..."     

"Kedengarannya keren sekali. Kita juga berinvestasi di bidang teknologi seperti itu kan?" komentar Aleksis.     

"Benar. Itu adalah beberapa hal positif dari perusahaan tersebut, yang membuat reputasi mereka terlihat baik, tetapi ada juga berbagai hal yang mereka lakukan yang cukup membuatku geleng-geleng dan ini tidak banyak terekspos. Divisi humas mereka sangat pintar mengolah informasi sehingga membuat kita hanya mendengar yang baik-baik saja tentang mereka." Terry tampak sangat serius saat membahas Rhionen Industries, "Mereka ternyata adalah perusahaan yang ada di balik Splitz dan Gen23. Kau tahu itu perusahaan apa saja?"     

"Splitz adalah platform media sosial terbesar saat ini... Dan Gen23 adalah perusahaan riset genetik. Kenapa rupanya?"     

"Splitz mengumpulkan informasi personal selama belasan tahun terakhir ini dan mereka sudah menyimpan sangat banyak data. Sementara Gen23 dengan dalih riset obat-obatan penyembuh kanker dan berbagai penyakit lainnya telah berhasil mengumpulkan sangat banyak data genetika manusia dari seluruh dunia. Kau bisa bayangkan betapa kayanya mereka sekarang. Mata uang di zaman modern ini adalah data."     

"Oke... aku mengerti, lalu apa hubungannya? Itu hanya berarti pemilik Rhionen Industries sangat kaya..." Aleksis sama sekali tidak kuatir. Bagaimanapun lihainya perusahaan itu mengumpulkan data, mereka takkan pernah dapat menyentuh informasi tentang para Alchemists.     

"Memiliki data sebanyak itu saja sudah cukup mengkuatirkan, karena kita tidak tahu apakah mereka orang baik atau jahat..." tukas Terry.     

Uhm... aku tahu Alaric pada dasarnya adalah orang baik. Ia hanya sedang sedih dan menyimpan dendam.. Kalau aku bisa mengubah hatinya, maka tidak ada yang perlu dikuatirkan, pikir Aleksis.     

"Dan aku yakin mereka bukan orang baik... berdasarkan informasi terkini yang kuperoleh dari rekanku..." Terry melanjutkan.     

"Rekanmu?" Aleksis mulai tertarik.     

"Well, aku punya teman diskusi tentang hal-hal yang kau sebut sebagai teori konspirasi ini. Dia merupakan hacker terbaik yang ada di dunia saat ini dan dia sudah beberapa tahun mengarahkan perhatiannya kepada Rhionen Industries."     

"Astaga... mendengarmu bicara begitu aku merasa seolah ada di film action..." komentar Aleksis. "Memangnya apa kata temanmu tentang Rhionen Industries?"     

"Well, yang pertama, dia bisa menemukan hubungan antara Rhionen Industries dan Rhionen Assassins. Kau tahu orang biasa bahkan tidak ada yang tahu keberadaan Rhionen Assassins, tapi dia tahu tentang mereka sejak 3 tahun yang lalu," kata Terry.     

Aleksis mulai memperhatikan dengan segenap hati. Terry benar, rekannya itu pasti cukup ahli kalau ia bahkan sampai mengetahui keberadaan organisasi pembunuh bayaran paling tersembunyi... Ini membuatnya menjadi penasaran, karena bagaimanapun menyangkut Alaric, kekasihnya.     

"Lalu?"     

"Rhionen Assassins punya rahasia banyak orang penting di dunia ini. Mereka menggunakannya untuk memeras pejabat atau tokoh politik agar memuluskan operasi Rhionen Industries di berbagai negara. Kau tahu China adalah negara yang sangat tertutup, tetapi mereka berhasil tumbuh di sana dengan sangat pesat, bahkan sekarang mendapatkan kontrak otomatisasi seluruh negara itu. Tentu ada permainan di balik layar dengan penguasa China yang sekarang. Lalu Rhionen Industries sendiri mengembangkan teknologi AI yang sangat maju yang tujuannya menggantikan semua pekerja manusia. Kau bayangkan saja dengan data genetika yang mereka punya... suatu saat nanti, tiba-tiba saja, mereka bisa mengeluarkan virus atau penyakit yang hanya bereaksi pada manusia dengan kode genetik tertentu, dan orang-orang itu akan mati. Hanya yang mereka pilih untuk tetap hidup yang akan bertahan. Kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlalu terpengaruh, karena toh semua tenaga kerja sudah digantikan manusia buatan atau robot, akibat proyek otomatisasi dengan AI.... Proses otomatisasi yang mereka lakukan, kalau dimulai sekarang... akan selesai dalam waktu 10 tahun saja... Dan sementara itu, mereka juga akan mengembangkannya ke seluruh Asia, Australia, Amerika, dan Afrika.."     

Semua keterangan Terry membuat Aleksis menjadi ngeri.     

Sebuah perusahaan sangat besar yang menyimpan data personal dan genetik sangat banyak manusia di bumi, dan punya kuasa untuk menyalahgunakannya...     

Aleksis menelan ludah...     

Sepuluh tahun lagi saat Alaric menyelesaikan proyek otomatisasinya, ia akan menjadi orang paling berkuasa di bumi.     

Ia harus bisa mengubah pendirian Alaric sebelum hal itu terjadi. Ia sangat percaya bahwa pada dasarnya Alaric adalah orang baik. Ia hanya tersesat karena seumur hidupnya tidak pernah merasakan cinta dari sesama manusia.     

"Lalu... apa yang ingin kau lakukan?" tanya Aleksis.     

"Aku ingin menyelidiki mereka dan membuat film yang akan mengungkap semua informasi ini ke publik."     

"Bukankah ini akan sangat berbahaya?" tanya Aleksis lagi.     

"Memang berbahaya, makanya aku iri sekali denganmu yang hidupnya sangat santai malah dapat empat pengawal sekaligus... Buang-buang tenaga saja..." keluh Terry.     

Aleksis merasa simpati kepada Terry, tetapi ia tak dapat berbuat apa-apa.     

Mereka membahas tentang Rhionen Industries sampai jam makan malam tiba, dan semakin lama ia mendengar tentang 'rahasia gelap' perusahaan itu, semakin hatinya menjadi resah.     

Setelah makan malam Terry mengantar Aleksis dengan mobil sport-nya yang membuat pemuda itu tampak keren sekali. Aleksis tiba di asrama beberapa menit sebelum jam malam diberlakukan.     

"Aku tidak bisa ikut mengantarmu ke dalam, ya, soalnya nanti kau jadi bahan gosip di kampus dan cewek-cewek akan menjadikanmu target bully... Kau kan tidak ingin menarik perhatian?" kata Terry saat membukakan pintu untuk Aleksis dan membantu mengeluarkan tasnya. Ia sengaja parkir di tempat yang agak tersembunyi agar tak ada yang memperhatikan mereka.     

Aleksis mengangguk. "Terima kasih. Sampai jumpa besok pagi di kampus!"     

Terry melambai dan masuk ke mobil, lalu pulang ke rumahnya. Aleksis buru-buru masuk ke ruang pengurus asrama dan melaporkan diri.     

Wanita berusia 40-an itu tampak galak dan tidak ramah. Ia melihat Aleksis dari ujung rambut hingga ujung kepala dan rupanya langsung memutuskan untuk tidak menyukai gadis ini. Aleksis sudah berganti pakaian dengan penampilan kuno dan kutu bukunya yang biasa. Ia masih belum terbiasa tampil seperti dirinya sendiri di depan orang luar.     

"Kau datang malam sekali, sudah hampir jam malam." Omel Ms. Lee, sang pengurus asrama. "Ikut aku. Kau akan berbagi kamar dengan mahasiswa tingkat 2 juga. Dia yang akan menjelaskan semua hal yang perlu kau ketahui tentang tinggal di asrama."     

"Terima kasih, Ms. Lee..." kata Aleksis sopan. Ia tidak terlalu peduli jika Ms. Lee tidak menyukainya. Ia tidak mencari teman setua ini. Tetapi ia berharap, teman sekamarnya adalah orang yang menyenangkan.     

Ia mengikuti Ms. Lee berjalan melintasi lorong dan masuk ke lift. Mereka naik ke lantai 3 dan kemudian mengetuk pintu di bagian paling ujung lorong.     

"Ada apa?" Seseorang segera membuka pintu dan menyambut mereka. Gadis berambut ikal panjang itu sangat cantik dan ekspresinya terlihat ramah.     

Ugh... rasanya Aleksis ingin mengubur diri saja saat itu.     

Ternyata teman sekamarnya di asrama adalah Rosemary.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.