The Alchemists: Cinta Abadi

Marion dan Jean



Marion dan Jean

0Marion pura-pura tidak memperhatikan ketika Jean pergi dari penthouse, padahal hatinya merasa sedikit tersinggung. Entah kenapa ia tidak rela Jean pergi makan malam dengan Billie Yves. Duh ... mereka kan tidak ada hubungan apa-apa? Kenapa ia mesti tidak rela begini ya?     

Lagipula wajar saja Jean makan malam dengan Billie karena mereka sudah lama tidak bertemu sejak memutuskan hubungan. Justru bagus kalau pria itu dan mantan kekasihnya masih membina hubungan baik karena tidak seorang pun menginginkan hal yang sama dengan Katia terulang kembali.     

Hubungan Caspar dan Katia berakhir buruk dan akibatnya dendam yang dalam membuat Katia berusaha menghancurkan hidup Caspar dengan meracuni anak perempuannya untuk membalas dendam.     

Marion jadi tahu banyak tentang Jean karena Alicia, asistennya yang merupakan penggemar berat Jean tidak henti-hentinya bicara tentang aktor terkenal itu setelah Jean datang ke rumahnya bulan lalu. Alicia membahas gosip-gosipnya dan semua tentang Jean.     

Duh, bahkan sekarang Marion jadi tahu kalau warna favorit Jean adalah biru langit (sama seperti Marion), makanan favoritnya adalah tiramisu (lagi-lagi sama dengan Marion) dan ia sangat menyukai anjing walaupun tidak pernah memelihara satu anjing pun setelah ia dewasa. Hmm... apa lagi ya?     

Astaga ... apa gunanya mengetahui semua informasi tak penting itu? desis Marion kepada diri sendiri. Ia menyelesaikan berenangnya dan segera membersihkan diri, lalu bersiap ke meja makan untuk makan malam.     

Chef Hotel Continental telah menyiapkan beberapa hidangan lezat sesuai pesanan Marion dan mereka undur diri setelah tugasnya selesai. Marion makan sendirian. Uhm ... alangkah senangnya kalau tidak harus makan sendirian lagi, pikirnya.     

***     

Billie tiba tepat pukul 7 di restoran Moonshine dan Jean yang sudah datang lima menit sebelumnya menyambut gadis itu dengan wajah gembira dan mendaratkan ciuman ke pipinya. Ia lalu membukakan kursi untuk Billie dan duduk di sampingnya. Billie tertawa kecil melihat Jean tidak berubah.     

"Kau masih suka duduk di sebelah, ya," kata gadis cantik berambut indah dengan highlight kebiruan itu sambil duduk di kursinya. "Kau masih tidak mau duduk di seberang."     

"Duduk berseberangan di meja rasanya seperti business meeting," kata Jean sambil mengangkat bahu. "Semua orang yang bersahabat atau pasangan kekasih seharusnya duduk berdampingan seperti ini."     

"Aku setuju," kata Billie sambil membuka serbetnya.     

Ia masih terlihat seperti gadis berumur 20-an saat ia meminum ramuan keabadian pertama kali. Banyak orang yang melihatnya berjalan ke mejanya tampak terpukau melihat betapa cantiknya penyanyi megabintang yang sudah berumur 45 tahun ini.     

Ia dan Jean selalu dianggap pasangan yang sangat serasi karena keduanya sangat cantik dan tampan, dan terutama karena keduanya sama-sama awet muda. Sayang sekali, hubungan cinta yang terjalin hampir 17 tahun berakhir juga karena kesibukan masing-masing - setidaknya itulah alasan yang mereka sampaikan ke publik.     

"Bagaimana rasanya cuti kerja sejauh ini?" tanya Billie setelah memesan makanannya. Ia menyesap wine-nya pelan-pelan sambil mengamati wajah Jean yang menurutnya tampak lebih bahagia dari biasanya. "Kau kelihatan senang."     

"Oh ya? Aku memang senang. Sudah lama sekali aku tidak cuti. Terus terang aku mulai bosan dikenali orang. Mungkin setelah semua urusan selesai aku akan menyepi di Swiss dan hidup seperti orang biasa, atau malah bertani," jawab Jean santai. "Pelan-pelan orang akan melupakan wajahku, dan aku akan bisa menjadi orang biasa lagi."     

Billie tertawa kecil mendengarnya, "Bertani? Aku ingin melihatmu mengenakan overall seperti petani dan naik traktor, pasti keren sekali."     

"Eh, aku pernah kok berakting menjadi petani, di film yang berjudul 'The Fateful Year'. Kau tidak suka film itu karena endingnya yang menyedihkan," tukas Jean. "Aku di situ berperan sebagai petani yang cukup seksi, banyak penggemar wanita yang memaksa suami mereka memakai topi yang kupakai di film itu. Topinya laku keras lho... Jadi kau bisa percaya bahwa kalau aku sungguh-sungguh menjadi petani, aku pasti akan tetap keren."     

Billie tak kuasa menahan tawanya lagi. Jean ikut tertawa bersamanya.     

"Kau masih terlalu percaya diri seperti biasa," komentar Billie kemudian. Ia selalu terhibur mendengar cerita-cerita Jean tentang para penggemarnya.     

Ia bersyukur keduanya bersahabat duluan sebelum menjalin hubungan cinta sehingga kini saat keduanya tidak lagi menjadi kekasih, mereka masih bisa berteman. Mirip seperti Jean dan Finland yang hingga sekarang masih bersahabat walaupun Finland sudah menikah dengan Caspar dan memiliki keluarganya sendiri.     

Mereka lalu mengobrol sambil makan malam dengan hangat. Setelah makan malam selesai dan mereka sedang menikmati kopi, Jean mengucapkan terima kasih kepada Billie karena memberikan sangat banyak tiket kepada Terry untuk dibagi-bagikan kepada krunya.     

"Tidak usah dibesar-besarkan. Anggap saja itu hadiah kelulusan dariku," kata Billie. "Kau juga besok akan datang, kan?"     

"Tentu saja," kata Jean.     

"Terima kasih. Konser ini penting bagiku, jadi aku tidak ingin ada skandal," kata Billie dengan nada menyesal. "Kalau besok ada banyak wartawan yang mencecarmu tentang hubungan kita, tolong abaikan saja ya."     

"Jangan kuatir. Mereka memang perlu melihat bahwa kita masih baik-baik saja," jawab Jean tegas. "Aku pasti datang."     

Jean tahu bahwa dalam kondisi sekarang, ia harus memberikan dukungan kepada mantan kekasihnya dengan datang dan menunjukkan kepada dunia bahwa hubungannya dan Billie masih tetap baik-baik saja walaupun mereka sudah berpisah.     

Pukul 9 kurang acara makan malam yang hangat itu selesai dan setelah mengantar Billie ke suite-nya di Hotel Continental, Jean buru-buru naik ke penthouse untuk mencari Marion. Gadis itu telah kembali menjadi dirinya sendiri dan tampak sedang sibuk berbicara dalam sebuah teleconference bersama beberapa orang pria. Jean mengenali wajah Lauriel sebagai salah satunya.     

"Hei, kau masih sibuk?" tanya Jean sambil duduk di sebelah Marion. Gadis itu hanya meliriknya dari sudut mata dan melanjutkan fokus perhatiannya kepada Petra yang sedang berbicara. Jean mendekati telinga Marion dan berbisik lembut di telinganya, "Ada Lauriel, kau tidak ingin membuatnya cemburu?"     

Wajah Marion memerah dan ia mencubit tangan Jean keras-keras hingga pria itu mengaduh. "Berisik amat, sih? Kau tidak lihat aku sedang bekerja?!"     

"Galak sekali," omel Jean. Ia sekilas melihat pandangan tidak suka dari Lauriel dan kembali berbisik kepada Marion, "Lauriel barusan melihat ke sini. Kupikir dia sudah mulai cemburu. Kau tidak mau memanfaatkan kesempatan ini?"     

Aku sudah tidak menyukai Lauriel, kok, bantah Marion dalam hati. Ia mendelik ke arah Jean dan menjadi kesal melihat wajah cerah pria itu. Pasti makan malamnya berjalan sangat menyenangkan kalau melihat wajahnya yang berseri-seri begini, gerutu Marion dalam hati. Apa sih yang mereka bicarakan saat makan malam? Apakah mereka masih saling cinta?     

Jean lalu mendesah melihat sikap acuh tak acuh Marion, "Baiklah, aku lihat kau masih sibuk, kalau begitu aku pergi tidur dulu ya, aku tunggu kau di kamar."     

Ia mencium pipi Marion lalu beranjak pergi keluar ruangan. Seketika pembicaraan telecoference itu terhenti. Semua mendengar jelas ucapan Jean barusan dan teman-teman Marion kini menatap gadis itu dengan pandangan bertanya.     

Marion yang sama terkejutnya dengan mereka seketika menutup wajahnya yang memerah dan melambai-lambaikan tangannya ke arah mereka, "Hahahaha... dia hanya bercanda, kok. Tidak usah pedulikan aktor kacangan seperti itu."     

Ia buru-buru keluar dari ruangan mengikuti Jean dan menepis kepala pria itu begitu tiba dalam jangkauannya.     

"Hei! Apa maksud kata-katamu tadi?!" seru Marion.     

"Ouch... kenapa kau pukul kepalaku? Kalau aku kena pendarahan otak dan menjadi lumpuh, kau harus bertanggung jawab dan mengurusku seumur hidup," balas Jean.     

"Ish... kau pikir aku bodoh? Aku ini sangat ahli mengendalikan kekuatanku. Lalat saja tidak akan kenapa-kenapa kalau kena tanganku barusan," omel Marion. "Tapi kau kenapa sengaja membuatku malu di depan teman-temanku?"     

"Aku tadi hanya berusaha membantumu. Kau masih mau membuat Lauriel cemburu agar ia memperhatikanmu atau tidak, sih?" tanya Jean.     

Marion terdiam sesaat mendengar perkataan Jean. "Benarkah? Jadi hanya itu alasannya? Kau ingin membantuku membuat Lauriel cemburu? Itu saja?"     

Jean menatap Marion agak lama. Ia tidak suka melihat Marion diperlakukan seperti itu oleh Lauriel. Menurutnya gadis itu sangat luar biasa dan tidak seharusnya ia mengejar laki-laki yang tidak balik mencintainya. Jadi ya, memang benar ia sangat ingin membantu Marion membuat Lauriel cemburu agar pria itu mulai memperhatikannya.     

Tetapi itu bulan lalu. Sekarang, kalau dipikir-pikir Jean hanya menggunakan hal itu sebagai alasan untuk bisa menggoda Marion. Ia tadi sangat senang mencium pipi gadis itu dan berpura-pura menjadi kekasihnya.     

"Memangnya kenapa?" tanya Jean sambil menatap Marion dalam-dalam.     

"Kau bilang kau bersedia menjadi kekasih pura-puraku untuk membuat Lauriel cemburu, dengan syarat aku tidak boleh jatuh cinta kepadamu," tukas Marion. "Tapi bagaimana kalau kau yang justru jatuh cinta kepadaku??"     

Jean tertegun. Ia tidak menyangka Marion seblak-blakan ini.     

"Kau pikir aku jatuh cinta kepadamu?" Jean lalu balik bertanya. "Tidakkah menurutmu itu terlalu cepat? Baru sebulan yang lalu kita ..."     

Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Marion telah menarik leher Jean mendekat dan mencium bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.