The Alchemists: Cinta Abadi

Kalian ayah dan anak???



Kalian ayah dan anak???

0Nicolae selama ini tahu tubuhnya istimewa. Ia tidak menua setelah memasuki usia 20-an, juga tidak pernah sakit, dan ketahanan fisiknya bisa dibilang sangat kuat. Ia dulu mengira dirinya adalah korban percobaan ilmiah zaman perang dunia dulu dan tidak tahu sama sekali tentang keberadaan kaum alchemists yang sama seperti dirinya, dan ternyata dapat hidup hingga ratusan tahun.     

Ayahnya, Lauriel adalah alchemist tertua di dunia yang telah hidup selama hampir 600 tahun, namun bisa berjalan berdampingan dengannya dan terlihat seusia dengannya.     

Kini melihat kemajuan Aleksis yang sangat pesat, Nicolae menjadi sangat lega. Ia tidak pernah bermimpi bisa menyaksikan pasien yang cedera batang otak dapat mengalami pemulihan demikian mengejutkan. Hari ini Aleksis sudah mulai menggerakkan tangannya merespons kehadiran kedua adik laki-lakinya. London, Rune, dan Nicolae sendiri hampir meneteskan air mata melihatnya.     

Mereka sangat lega dan tidak sabar melihat Aleksis bangun. Sang putri tidur telah tidak sadarkan diri selama hampir satu bulan dan semua orang sangat mengkhawatirkannya.     

Nicolae buru-buru menelepon kedua orang tua gadis itu dan mengabari kemajuannya yang mengejutkan, lalu menelepon ayahnya, Lauriel, yang hanya bisa diam di ujung telepon, tanpa mampu berkata apa-apa. Ia juga kemudian mengabari Terry dan Jean di Singapura.     

Semua sangat lega mendengar kabarnya ini dan pelan-pelan gelayut awan kelabu yang selama ini seperti menyelubungi keluarga besar itu perlahan mulai sirna. Semua merasa mendapatkan harapan.     

"Terima kasih karena kau menjagai Aleksis di sana," bisik Finland terharu lewat telepon. "Aku akan datang besok untuk menemani Aleksis."     

"Aku senang melakukannya, Bibi. Ini hal yang sangat ajaib. Sebagai dokter aku ingin belajar dari proses kesembuhan Aleksis," jawab Nicolae merendah.     

"Tetap saja, kami sangat berutang budi kepadamu," kata Finland lagi. "Kami keluarga Schneider sangat banyak menumpuk budi kepada kalian, ayahmu dan dirimu. Aku tak tahu bagaimana kami dapat membalas kalian."     

"Aduh, Bibi... jangan bicara begitu. Kita ini keluarga. Aleksis adalah anak angkat ayahku dan ayah sangat menyayanginya. Kami juga berutang budi kepada Aleksis. Tanpa dirinya, ayah mungkin sudah mengambil kematian 20 tahun lalu dan aku tidak akan dapat bertemu dengannya," kata Nicolae cepat-cepat. "Di antara keluarga kita tidak ada utang-piutang ... Bibi jangan beranggapan seperti itu lagi."     

Finland tersenyum mendengar kata-kata Nicolae yang sangat menyejukkan hati ini. Ia sangat menyukai pemuda itu. Nicolae ini seperti Lauriel tetapi dalam versi yang lebih hangat dan menyenangkan.     

Dalam hati Finland pun berharap suatu hari nanti hubungan keluarga mereka yang demikian dekat dapat dikukuhkan dengan pernikahan antara Aleksis dan Nicolae. Keduanya terlihat sangat cocok, dan ia dapat membayangkan betapa bahagianya Lauriel bila anak kandungnya dapat menikah dengan anak angkatnya. Caspar dan Finland sudah memberikan restunya. Kini tinggal menunggu Aleksis bangun.     

"Bagaimana?" tanya Caspar dengan suara yang sangat lelah. Ia mendengarkan pembicaraan di telepon antara Finland dan Nicolae dan sangat lega karena mengetahui Aleksis membaik. Yang ia tanyakan adalah rencana Finland untuk pulang ke Swiss menjagai anak-anak mereka. Ia ingin sekali ikut bersama Finland.     

Tidak ada tempat yang lebih diinginkannya di dunia ini selain bersama istri dan anak-anaknya, tetapi sayangnya ia masih harus mengurusi grup perusahaannya yang akhir-akhir sedang dilanda krisis karena kematian Kurt yang tiba-tiba membuat perusahaan goncang karena penggantinya belum sempat disiapkan.     

Sebenarnya Aleksislah yang dipersiapkan untuk mengambil alih dari Kurt beberapa tahun lagi, tetapi Aleksis pun sekarang sedang terbaring tidak sadarkan diri akibat kecelakaan yang menimpanya.     

Sementara itu Rhionen Industries yang selama beberapa tahun terakhir banyak bersaing dengan Group Schneider berkali-kali mengambil kesempatan dengan merebut proyek-proyek penting yang sedang dijalankan Group Schneider dan memasukkan proyek otomasi mereka ke banyak negara baru. Caspar terpaksa bekerja keras untuk memulihkan kepercayaan pasar terhadap grup perusahaannya.     

"Aku harus pulang ke Swiss .. kasihan anak-anak," bisik Finland sedih. "Aku berharap kau bisa segera menyelesaikan urusanmu dan pulang kepada kami."     

Caspar menggeleng, "Kalau benar Rhionen Industries dan Rhionen Assasins itu dipimpin orang yang sama, aku tidak bisa tinggal diam. Aku akan menjatuhkan mereka, untuk membalas apa yang mereka lakukan kepada Aleksis."     

Finland memeluk Caspar lama sekali, berusaha meringankan bebannya. "Kalau tidak karena anak-anak, aku akan tinggal di sini seterusnya denganmu, dan bahkan membantumu di kantor."     

Finland teringat bahwa 17 tahun yang lalu ia pernah bekerja di kantor yang sama dengan Caspar, dan mereka dapat menghabiskan sangat banyak waktu bersama. Nanti kalau Aeksis sudah sembuh ia sudah bertekad untuk ikut terjun dan membantu Caspar di perusahaan. Ia takkan membiarkan suaminya bekerja sendirian.     

"Aku rindu masa-masa waktu kita bekerja di kantor New York," kata Caspar sambil mencium rambut Finland dengan lembut. "Nanti kalau Aleksis sudah bangun kau harus membantuku di kantor. Aku tak tahan berpisah denganmu walau hanya beberapa jam saja. Aku bisa menjadikanmu asisten pribadiku. Ben sudah terlalu sibuk mengurusi banyak hal, aku perlu asisten sungguhan."     

"Pasti, Sayang. Nanti begitu Aleksis sembuh aku akan datang membantumu." Finland mencium bibir suaminya dengan penuh kasih sayang lalu melepaskan pelukannya. Ia harus bersiap untuk terbang ke Swiss dan menemui anak-anak mereka.     

***     

Kru Terry tidak pernah bermimpi mereka akan dapat bekerja dengan seorang bintang film sungguhan, seorang aktor yang sangat terkenal di generasi mereka: Jean. Pria itu sudah berumur 45 tahun tetapi penampilannya sangat muda dan segar, seperti masih seumuran dengan mereka. Sikapnya pun sangat ramah dan membumi, sungguh tidak terduga.     

Tadinya mereka mengira seorang bintang sekelas Jean akan tinggi hati atau minimal menjaga jarak dari mereka, para rakyat biasa ini, tetapi ternyata Jean sangat menyenangkan dan mereka sungguh mengaguminya.     

Syuting berjalan dengan sangat lancar dan dalam waktu seminggu saja semua pengambilan gambar telah selesai dilakukan. Mereka tinggal masuk ke proses pascaproduksi dan kemudian mendistribusikannya di beberapa bioskop lokal dengan mengundang para dosen penilai dan teman-teman mereka.     

"Baiklah, karena kita semua sudah bekerja dengan baik dan menyelesaikan tugas kita dengan sempurna, aku akan memberikan hadiah kepada kalian semua." kata Terry dengan penuh semangat ketika menutup acara syuting mereka di hari terakhir. Krunya saling pandang dan tersenyum lebar. Mereka tidak menduga Terry sudah menyiapkan hadiah untuk mereka.     

"Wahhh... seru sekali! Apa hadiahnya?" tanya Isla dengan penuh semangat.     

Terry tersenyum misterius lalu mengeluarkan setumpuk tiket dari tasnya, dan mengacung-acungkannya ke depan anak buahnya.     

"Hadiahnya adalah tiket konser Billie Yves dan akses masuk ke belakang panggung!" seru Terry keras-keras.     

Serentak anak buahnya melonjak gembira. Mereka tahu betapa susahnya mendapatkan tiket konser Billie Yves, selain karena harganya sangat mahal juga karena tiket itu sudah sold out di hari pertama penjualan. Billie Yves adalah seorang musisi legendaris.     

Jean hanya memandang kelakuan Terry dengan senyum simpul. Terry mendapatkan banyak tiket gratis dari Billie Yves sendiri sebagai hadiah kelulusan dan ia diperbolehkan membawa teman-temannya. Ia tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.     

"Astaga! Keren sekali!! Kau memang keren. Kau adalah pembuat film berbakat dan mendapatkan kesempatan bekerja denganmu sebelum kau menjadi terkenal sebenarnya sudah menjadi hadiah untukku. Tapi... ya ampuun, konser Billie Yves!!! Terima kasih, Terry!!" seru Donny sambil tanpa sadar memeluk Terry. "Aku tidak menyangka aksesmu begitu luas. Kau mengenal Jean dan bahkan sekarang bisa membawa kami menonton konser Billie Yves. Ya Tuhan ... mimpi apa aku semalam..."     

Melihat Donny mencubiti dirinya sendiri Jean tak kuasa menahan tawa. Donny mewakili teman-temannya yang sangat menyukai Terry dan terang-terangan menyatakan kekagumannya. Hal ini membuat dada Jean mengembang karena bangga terhadap anaknya. Akhirnya ia pun tidak tahan lagi dan menyampaikan yang sebenarnya.     

"Terry memang hebat, dan sebagai ayah aku sangat bangga kepadanya," kata Jean pelan sambil tersenyum tipis. Suaranya tidak terlalu keras tetapi semua orang di tempat itu dapat mendengar dengan baik isi kalimat pertamanya tadi.     

Tunggu dulu, Jean tadi bilang Terry anaknya?     

Kedelapan kru Terry saling pandang keheranan. Satu persatu mereka menoleh ke arah Terry dan menatapnya dengan wajah tercengang.     

Terry sendiri menoleh ke arah Jean dan menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Apa kata Jean barusan? Ayahnya itu dengan kasual memberi tahu teman-temannya bahwa ia adalah ayah Terry?     

Apakah Jean tidak takut terkena gosip lagi? Baru minggu lalu ia digosipkan macam-macam karena putus dari Billie dan mencium gadis lain ...     

"Ayah bicara apa barusan?" tanya Terry keheranan. Teman-temannya semakin terkesima mendengar Terry justru mengkonfirmasi ucapan Jean.     

Astaga.. astaga.. astaga     

Terry benar-benar anak Jean?     

Sekarang mereka semua menyadari kemiripan kedua pria itu. Memang kalau sedang berdiri bersama keduanya mirip sekali seperti kakak adik. Jean memiliki darah 50% Asia dan 50% Eropa karena ibunya orang Prancis dan ayahnya orang Singapura.Terry juga begitu. Ia memiliki wajah peranakan karena kedua ayah dan ibunya sama-sama blasteran.     

"Astaga ... kalian sungguhan?" Isla hampir terhuyung jatuh saking kagetnya. Ia harus berpegangan kepada Lorena agar tidak jatuh.     

Jean mengangguk. "Terry adalah anakku dan karena aku sudah berencana untuk pensiun dari akting, aku memutuskan untuk tampil di film terakhir kalinya di film buatan anakku sendiri."     

"A .. apa? Pensiun?? Kenapaaa?" Belum habis kaget mereka mengetahui bahwa Terry adalah anak Jean, kini teman-teman Terry menjadi semakin terkejut ketika mengetahui Jean juga berencana pensiun dari akting. Mereka tahu betapa terkenalnya aktor satu ini.     

Sungguh sangat disayangkan kalau ia berhenti begitu saja.     

"Kalau begitu ... gosip bahwa Jean putus dari Billie itu tidak benar ya?" tanya Isla lagi, penasaran. "Soalnya kita akan menonton konsernya ...Kalau memang putus seharusnya Terry tidak mungkin bisa dapat tiket begini banyak untuk kita ..."     

Terry buru-buru menutup mulut aktris utamanya dan menepis kepalanya, "Hush... jangan membahas gosip di sini."     

Ia menoleh ke arah Jean dengan pandangan meminta maaf, tetapi Jean hanya tertawa ringan.     

"Baiklah, sampai jumpa di konser, ya," Ia lalu bangkit dan bersiap untuk pergi.     

Semua menatap punggung Jean dengan pandangan setengah memuja, termasuk Terry yang masih tidak percaya ayahnya barusan mengakuinya dengan bangga di depan teman-temannya.     

Belum sampai satu menit, tiba-tiba Jean kembali dengan seorang gadis cantik yang mengikutinya sambil menggandeng tangannya dengan mesra.     

"Kakak, aku mencarimu ke mana-mana, kau tidak mengangkat teleponmu. Untung aku bertemu Paman Jean di depan." omel Aleksis sambil menghambur ke arah Terry yang memandangnya dengan wajah dipenuhi horor.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.