The Alchemists: Cinta Abadi

Kemajuan Aleksis



Kemajuan Aleksis

0Sementara Caspar sibuk mengurusi grup perusahaannya, Terry dan Jean menyelesaikan tugas film Terry agar ia segera lulus dan bergabung bersama keluarga Schneider, serta Finland mengurusi anak-anaknya, maka Lauriel dan Nicolae berkonsentrasi melacak para anggota Rhionen Assassins.     

Mereka hanya mengetahui wajah Takeshi dan Misscha dan Nicolae sudah membuat sketsa wajah keduanya yang kemudian ia gunakan untuk melacak mereka lewat semua kamera CCTV di seluruh dunia. Setelah dua minggu, mereka akhirnya berhasil mendapatkan jejak Takeshi di India. Rupanya ia menghabiskan waktunya di pegunungan di Nepal yang sepi dan barulah ketika ia menginjakkan kaki di kota besar ia berhasil ditemukan kamera.     

"Siapa yang paling dekat dengan India saat ini?" tanya Lauriel kepada para anak buahnya yang sedang menyebar melakukan tugas masing-masing.     

"Petra sedang di China. Ia bisa segera menemui Takeshi di India," kata Esso segera. "Aku akan menghubunginya."     

"Bagus. Berkoordinasilah dengan Nicolae untuk mengetahui posisi paling terkini Takeshi," perintah Lauriel. "Aku sangat ingin mendapatkan informasi tentang para anggota Rhionen Assassins yang lain."     

Lauriel duduk merenung di kursinya setelah menutup telpon dari Esso. Ia mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa 18 tahun lalu di kereta malam menuju Chiang Mai.     

'Pangeran Siegfried' terlihat seperti pemuda baik-baik dan bahkan saat itu ia menolong Aleksis tanpa pamrih, hingga Lauriel memberinya obat penyembuh luka ajaib miliknya dan nomor teleponnya agar pemuda itu dapat menagih satu juta dolar kapan saja dari Lauriel. Tetapi bahkan hingga kini, ia tidak juga meminta apa pun sebagai balas jasanya.     

Lauriel ingat delapan tahun yang lalu tiba-tiba saja ia mendapatkan SMS dari orang itu yang kembali menemukan Aleksis dan menghubunginya untuk memastikan ia adalah 'Paman Rory', dan tetap ia tidak meminta apa-apa setelah mengantarkan Aleksis dengan selamat kepada orang tuanya.     

Lauriel dan keluarga Schneider berutang budi dua kali kepadanya, tetapi kini situasinya justru membuat mereka harus memburu orang itu karena apa yang terjadi kepada Aleksis.     

Seandainya Rhionen Assassins tidak membasmi kelompok mafia di Singapura itu, Rosemary Lin tidak akan datang ke kampus mengancam nyawa Aleksis dan berakhir dengan kecelakaan yang hingga kini membuat Aleksis masih belum bangun dari koma.     

Caspar yang sangat marah menganggap Rhionen Assassins yang bertanggung jawab atas kecelakaan putri kesayangannya dan ia ingin memusnahkan mereka. Lauriel awalnya memang setuju, apalagi karena organisasi itu memiliki reputasi hitam.     

Tetapi kini, setelah ia mulai tenang dan dapat berpikir dengan baik, ia kembali teringat kepada 'Pangeran Siegfried' yang begitu disukai Aleksis, hingga gadis itu berusaha keras membujuk ayahnya agar diizinkan kuliah di Singapura, hanya agar dapat mencarinya.     

Pikirannya kembali ke malam pertemuan mereka di kereta dan entah kenapa Lauriel merasakan kesedihan di hatinya yang tidak ia mengerti.     

Lauriel tidak dapat mengingat wajahnya, tetapi ia ingat pemuda itu cukup tangguh karena berhasil menahan Lauriel dalam kontak fisik jarak dekat, dan aura yang keluar darinya saat itu sama sekali tidak terasa jahat, bahkan Aleksis yang masih kecil saja merasa nyaman dan percaya kepadanya.     

Sungguh sangat disayangkan, 18 tahun kemudian, 'Pangeran Siegfried' menjadi bagian dari organisasi pembunuh paling misterius di dunia, dan bahkan terlibat dengan Aleksis yang mengakibatkan gadis itu terkena kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.     

Lauriel menjadi bertanya-tanya apakah Pangeran Siegfried sudah menjadi pembunuh ketika mereka dulu bertemu, ataukah terjadi sesuatu yang membuatnya kemudian terjun ke dunia hitam itu? Kalau iya, apa yang terjadi dengannya?     

Mengapa pemuda baik seperti itu bisa terjerumus masuk ke dalam organisasi pembunuh? Apa hubungannya dengan Aleksis? Siapa dia sebenarnya? Saat ini usianya tentu sudah 40-an, jauh lebih tua dari Aleksis. Apakah ia memang mempengaruhi Aleksis dan mencuci otaknya? Di mana Siegfried ketika Aleksis kecelakaan seperti ini dan dikabarkan meninggal?     

Begitu banyak pertanyaan berkecamuk di kepala Lauriel. Tanpa sadar ia kemudian mengambil ponselnya dan menulis SMS kepada Petra.     

[Jangan sampai membunuh target. Aku ingin dia hidup. Ada yang ingin kutanyakan kepadanya.]     

Ia lalu menyimpan ponselnya dan berjalan menuju taman depan, masih dengan pikiran yang penuh. Langit tampak mendung dan udara terasa sangat dingin, bahkan Lauriel yang memiliki ketahanan sangat kuat terhadap dingin hari ini merasa perlu mengenakan sweater.     

"Ayah, aku mau ke Swiss untuk menjenguk Aleksis," kata Nicolae yang keluar dari ruangan dalam dengan membawa tasnya. "Tolong kabari aku kalau ada perkembangan dengan target, aku ingin dilibatkan sebisa mungkin. Aku sangat berharap belajar dari ayah."     

Lauriel mengangguk. Ia tersenyum sedikit saat melambai ke arah Nicolae yang bergegas masuk ke dalam mobil yang akan mengantarnya ke air strip di lembah untuk naik pesawat pribadi keluarga mereka menuju Swiss.     

Aleksis selalu membicarakan 'Pangeran Siegfried' sejak ia masih kecil dan bersikap seolah-olah orang itu adalah pangeran berkuda putihnya. Dulu Lauriel tidak pernah mempermasalahkan hal ini, tetapi kini setelah ada Nicolae dalam hidupnya, ia sungguh berharap Aleksis dapat melupakan obsesinya kepada orang itu dan mulai memberi anak laki-lakinya ini kesempatan.     

Nicolae adalah pemuda yang sangat luar biasa dan ia akan menjadi suami yang sempurna bagi Aleksis, pikirnya.     

***     

Kedatangan Nicolae membuat Finland sangat lega. Ia tahu tidak ada orang lain yang lebih dapat ia percayai untuk menunggui Aleksis selain pemuda itu, karena bukan saja Nicolae adalah seorang dokter, tetapi ia telah membuktikan dirinya selama beberapa minggu terakhir ini sebagai orang yang sangat dapat diandalkan.     

Finland tak dapat meninggalkan Aleksis hanya dalam pengawasan dokter keluarga dan kedua adiknya yang masih remaja, sementara ia pun harus mendampingi suaminya yang membutuhkan dukungan untuk dapat mengatur grup perusahaannya yang demikian besar dan selama hampir 20 tahun ini ia tinggalkan.     

Kadang Finland berharap ia dapat membelah diri agar dapat mendampingi semua orang yang ia cintai dan memastikan mereka baik-baik saja.     

"Bibi jangan kuatir, aku akan mengawasi semuanya di sini," kata Nicolae saat ia mengantar Finland ke mobil. London dan Rune berdiri di kiri dan kanannya, ikut mengangguk bersamaan.     

Finland mengangguk sambil tersenyum lega. Ia memeluk dan mencium kedua anak lelakinya sebelum kemudian masuk ke dalam mobil untuk menyusul Caspar ke Berlin.     

London yang terlihat sangat mirip dengan Caspar saat remaja dan Rune yang terlihat seperti Aldebar kecil kemudian secara bersamaan menghela napas setelah ibu mereka menghilang dari pandangan.     

"Duh ... aku tidak suka keluarga kita terpisah seperti ini," keluh Rune. "Aku berharap Kak Aleksis cepat bangun."     

London mengangguk sendu. Ia berjalan membawa bukunya dan masuk ke ruang perawatan Aleksis. Dengan wajah sedih ia menatap Aleksis berlama-lama. Gadis itu masih terlihat seperti putri tidur yang sedang bermimpi indah.     

"Aku sudah melihat laporan CT Scan terbarunya, Aleksis sedang menuju ke arah pemulihan dengan tingkat kemajuan yang sangat menjanjikan. Kalian tidak usah kuatir," kata Nicolae dengan lembut. Ia sudah menyusul London bersama Rune dan duduk di tepi tempat tidur. Ia mendeham sedikit, "Aku sudah bilang belum kalau aku ini dokter?"     

Kedua remaja itu menggeleng. Rune mengerutkan keningnya, "Aku pikir kakak adalah seorang hacker. Aku tidak tahu kau juga dokter."     

"Well, aku memang dokter. Itu adalah profesi pertamaku karena ayah angkatku juga dokter," kata Nicolae menerangkan. "Sekarang aku lebih tertarik dengan computer science, tetapi aku masih menyukai dunia kedokteran."     

"Hmm ... apakah ada yang dapat kami lakukan untuk membantu Aleksis?" tanya London kemudian.     

"Aleksis sudah ditangani perawat dan terapis terbaik agar tubuhnya tetap segar dan tidak kaku karena terus-terusan berbaring. Tetapi kalian bisa mengajaknya bicara agar Aleksis tidak kesepian. Kalian juga bisa membacakan buku yang ia sukai. Hal-hal seperti itu ..." kata Nicolae menjawab pertanyaan London.     

London memandang buku dongeng di tangannya dan kemudian mengangguk. "Baiklah, aku bisa membacakan buku-buku untuk Aleksis. Aku rasa ia akan suka cerita dari buku ini."     

Nicolae melirik judul buku yang dipegang London dan seketika ia mengomel di dalam hati.     

PANGERAN SIEGFRIED PEMBUNUH NAGA.     

Ugh, kenapa bukan buku lain, sih? pikirnya sebal. Ia sudah mengetahui obsesi Aleksis kepada 'Pangeran Siegfried'.     

"Ini salah satu cerita kesukaan Kak Aleksis," kata Rune. "Ia bilang ia pernah bertemu langsung dengan Pangeran Siegfried."     

"Benarkah?" tanya Nicolae. "Seperti apa sih orangnya?"     

"Aleksis bilang orangnya sangat halus dan menyukai tanaman. Ia juga sangat tampan. Aleksis dari dulu bilang suatu hari nanti ia akan bertemu kembali dengan Pangeran Siegfried dan mereka akan menikah," jawab Rune. Ia menatap Nicolae agak lama dan kemudian menambahkan, "Aku sih tidak ingin Aleksis menikah dengan Pangeran Siegfried. Aku lebih menyukaimu."     

Nicolae tercengang mendengar ucapan Rune yang blak-blakan. Ia tidak menyangka anak itu ternyata menyukainya. Sesaat kemudian senyum lebar terkembang di wajahnya. "Terima kasih."     

"Tapi kau harus berjanji tidak akan pernah menyakiti hati kakakku," ancam Rune dengan sikap sok dewasa. "Kalau tidak, aku tidak peduli walaupun kau anak Paman Lauriel, aku akan membunuhmu."     

"Astaga, kau ini masih kecil, jangan bicara yang tidak-tidak," cetus Nicolae. "Jangan kuatir, aku tidak akan menyakiti hati Aleksis. Aku sangat menyukai kakakmu."     

London menghentikan bisik-bisik di antara keduanya dengan pandangan matanya yang galak sambil mengangkat bukunya, "Aku mau baca nih, kalian bisa diam tidak?"     

Nicolae dan Rune buru-buru menutup mulut mereka dan mempersilakan London mulai membacakan cerita dari bukunya.     

Aleksis telah koma selama hampir satu bulan dan adik-adiknya telah sangat rindu melihatnya bangun dan bicara. Keduanya sangat menyayangi Aleksis dan kondisinya yang menyedihkan ini membuat London dan Rune cukup kehilangan.     

Suara London terdengar gemetar saat ia membacakan cerita favorit kakaknya, semantara Rune menggenggam tangan Aleksis dengan penuh kasih sayang. Mereka ingin sekali melihat tanda-tanda Aleksis akan bangun dan dengan penuh harap keduanya menatap sepasang mata Aleksis yang terpejam. Wajah London dan Rune dipenuhi kecemasan.     

Nicolae yang merupakan orang luar merasa lebih baik jika ia memberikan waktu bagi ketiga bersaudara itu untuk sendiri, akhirnya pelan-pelan bangkit berdiri dan keluar meninggalkan mereka.     

Ia menyibukkan diri dengan mengawasi pergerakan Takeshi di komputernya. Ia masih ingat ketika bertemu langsung dan berkelahi dengan Takeshi dan Mischa di Singapura. Saat itu ia tidak mengetahui siapa mereka. Seandainya ia tahu, tentu Nicolae akan lebih berhati-hati dan tidak sekenanya.     

Ia sibuk menduga-duga apakah memang 'Pangeran Siegfried' itu adalah pimpinan Rhionen Assassins atau bukan, dan apa hubungannya yang sebenarnya dengan Aleksis.     

Ketika ia sedang sibuk dengan pikirannya sambil menikmati segelas teh, tiba-tiba Nicolae dikejutkan oleh suara jeritan Rune yang berasal dari ruangan Aleksis. Dengan panik ia menaruh cangkirnya di meja dan buru-buru mendatangi arah suara.     

"Ada apa?" tanyanya dengan napas memburu ketika ia tiba di dalam.     

Nicolae sangat terkejut melihat Rune meneteskan air mata dan mengangkat tangan kanan Aleksis yang ada di dalam genggamannya.     

"Kak Aleksis tadi menggerakkan tangannya," bisik Rune dengan suara haru. "Aku sungguh-sungguh merasakannya tadi. Ia menggerakkan dua jarinya dan menyentuh tanganku!"     

London mengangguk dengan wajah tersenyum lebar, "Kak Aleksis bisa mendengar kami."     

Nicolae menarik napas lega. Tadi ia kuatir sesuatu yang buruk terjadi kepada Aleksis, namun ternyata justru kabar baik yang diterimanya. Gadis itu mulai merespons adik-adiknya. Kemajuan Aleksis sungguh luar biasa. Nicolae sama sekali tidak menduga kemajuannya begini cepat. Sepertinya daya juang gadis itu begitu kuat untuk bangun dan sembuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.