The Alchemists: Cinta Abadi

Makan malam keluarga



Makan malam keluarga

0Jean tiba saat makan malam terhidang di mansion keluarga Schneider. Caspar sudah pergi ke Berlin, demikian juga dengan Aldebar beserta Lauriel dan timnya. Hanya ada Finland dan anak-anaknya yang sedang membahas tentang pelajaran Rune dan London bersama Aldebar selama ini.     

"Hei, kau sudah pulang?" tanya Finland saat melihat Jean masuk ke ruang makan yang sangat besar itu. Sesaat Jean tertegun melihat pemandangan di meja makan. Ada Finland, London, Rune, dan Terry anaknya. Tanpa Caspar di Swiss, otomatis ialah yang seolah menjadi sosok ayah di rumah itu.     

Hal ini membuat bibirnya tersenyum sendiri. Finland yang melihat cengiran di wajah Jean menjadi bertanya-tanya apa yang terjadi di antara Jean dan Marion hingga Jean baru pulang di malam hari. "Ada apa denganmu?"     

"Tidak apa-apa," jawab Jean sambil mengangkat bahu. Ia merasa canggung mengucapkan isi hatinya di depan anak-anak mereka. Ia buru-buru mengambil kursi dan ikut makan bersama.     

Sejak Finland memiliki anak-anaknya sendiri, Jean sudah senang karena dilibatkan dalam kehidupan keluarga sahabatnya itu. Ia bisa menjadi paman yang keren, dan memperlakukan anak-anak itu seperti anaknya sendiri, tanpa harus mengalami kerepotan menjadi orang tua sesungguhnya.     

Singkatnya, ia bisa memiliki anak-anak manis itu dalam hidupnya dan ketika anak-anak itu sudah merepotkan, ia tinggal mengirim mereka kembali kepada orang tuanya. Sama seperti yang selama ini dilakukan Aldebar. Hahaha.     

Ketika akhirnya ia menjadi wali Terry dan memintanya memanggil dirinya sebagai ayah, ia juga tidak terlalu direpotkan karena Terry saat itu sudah berumur 15 tahun, sehingga sama sekali tidak menyusahkan.     

Jean merasa sangat diberkati, karena ia tidak harus menghadapi stress dan kericuhan memiliki anak yang harus ia besarkan dari bayi, tetapi sekarang pada kenyataannya, ia tetap memiliki anak-anak luar biasa ini dalam hidupnya. Ia tahu dirinya sangat beruntung.     

Ia bukannya sama sekali tidak mau menjadi ayah. Ia beberapa kali membahas hal ini dengan Billie. Tetapi ia memang tidak bisa. Pemikiran akan memiliki anak-anak yang nantinya akan hidup menderita bila orangtuanya bercerai, cukup menganggu benaknya.     

Ia mengerti bahwa di antara masyarakat Alchemist yang sempurna, mereka tidak mengenal perceraian karena semua orang hanya menikah bila mereka sudah sangat yakin dengan pasangannya, dan mereka bisa menjalani hubungan bahkan hingga 200 tahun baru memutuskan menikah.     

Tetapi ia belum ada di sana. Ia belum sepenuhnya yakin bahwa hubungannya dengan Billie akan langgeng selamanya. Ada beberapa hal yang tidak sepenuhnya cocok di antara mereka dan setelah 17 tahun bersama keduanya tidak juga mendapatkan titik temu. Jean tidak mau membawa-bawa anak ke dalam ketidakpastian hidupnya, karena itulah ia masih yakin tidak ingin memiliki anak sendiri.     

Mungkin ... mungkin kalau suatu hari nanti ia bisa menemukan pasangan yang memang sehati dengannya dan mereka bisa benar-benar cocok, seperti Finland dan Caspar, ia mungkin akan sanggup memiliki anak yang sesungguhnya. Never say never, pikirnya.     

Ia memandangi Terry, London, dan Rune dengan penuh kasih sayang. Anak-anak ini sangat manis. Ia takkan pernah menukar mereka dengan apa pun.     

"Kok Ayah memandangiku dengan tatapan aneh begitu?" tanya Terry tiba-tiba. "Ayah diracun Marionkah? Aku tahu dia belajar racun dari Lauriel."     

Jean tersentak mendengar pertanyaan Terry yang blak-blakan. "Eh, bicara apa kau? Marion itu gadis baik. Kau jangan berprasangka yang bukan-bukan."     

Terry menekap mulutnya kaget karena Jean terang-terangan membela Marion. "Astaga, Ayah ...? Jangan bilang kau ada hati kepadanya? Apakah ini artinya aku akan punya ibu tiri?"     

"Apa maksudmu ibu tiri? Aku dan ibumu tidak menikah." Jean mendelik ke arah Terry. Finland yang mendengar pembicaraan ayah dan anak itu menjadi terbatuk-batuk dan segera meminum air banyak-banyak untuk meredakan tenggorokannya.     

Keluarganya memang cukup unik. Ia dan Jean memiliki anak biologis bersama walaupun mereka tidak menikah. Jadi Terry memang sekarang memanggil Jean sebagai ayah dan Finland sebagai ibu, tetapi kalau sampai nanti Jean menikah dengan seorang wanita, maka Terry seharusnya tidak menyebut wanita itu sebagai ibu tiri karena Jean memang hanya punya satu istri.     

Jean mengunyah makanannya pelan-pelan pura-pura tidak mendengar pertanyaan konyol Terry. Tiba-tiba ponselnya berdering dan ia melihat nama di layar ponselnya: MARION SI CANTIK YANG HEBAT.     

Panjang umur, pikirnya geli. Speaking of the devil.     

Ia mengangkat teleponnya, "Ada apa? Kau sudah merindukanku? Cepat sekali. Rupanya aku memang sangat mempesona."     

Terry, London, dan Rune serentak membuang muka (menahan muntah), sementara Finland hanya mengerutkan kening. Jean terlihat sebagai salah seorang playboy dalam film-film-nya.     

"Aku hanya mau memastikan kau tidak mati konyol di jalan karena menyetir sambil mengantuk," terdengar suara acuh tak acuh Marion.     

"Tidak mungkin, kan kau sendiri yang tadi mengantarku tidur. Aku tidur sampai delapan jam kok, mana mungkin aku menyetir dalam keadaan mengantuk." Jean seketika sadar pembicaraannya dan Marion akan terdengar aneh di telinga keluarganya dan seketika wajahnya memerah. "Aku baik-baik saja, oke, Mami? Anakmu ini sudah besar."     

"Gila! Siapa mamimu?" cetus Marion sewot.     

"Habis, tingkahmu ini seperti induk ayam menguatirkan anaknya yang hilang," Jean tertawa. "Aku mengerti kalau kau hanya mencari alasan untuk meneleponku, aku tersanjung. Terima kasih. Aku baik-baik saja. Kami sekarang sedang makan malam."     

"A ... apa? Semua sedang makan malam di situ?"     

"Hanya ada Finland dan anak-anak kami,"     

Marion terdiam sejenak. Ia lupa Jean sudah punya anak dari sahabatnya sendiri. Rasanya canggung sekali memikirkan mereka semua sedang mendengarkan pembicaraannya dan Jean di telepon.     

TUT     

TUT     

TUT     

Tiba-tiba Marion menutup teleponnya. Jean terkesima menatap ponselnya yang mengeluarkan deringan nada sibuk lalu menaruhnya kembali di saku. Hmm, gadis aneh, pikirnya.     

Finland menatapnya dengan pandangan menyelidik. "Astaga, Jean ... aku belum pernah melihatmu begini."     

"Begini bagaimana?" tanya Jean heran.     

"Begini ...." Finland kesulitan menjelaskan maksudnya. Ia mengenal Jean sejak mereka sama-sama masih di tingkat satu bangku kuliah dan ia tidak pernah sekalipun melihat Jean menggoda perempuan. Pria itu terlalu sibuk, dan dulu ia memang menaruh hati kepada Finland sehingga ia tidak memikirkan perempuan lain sama sekali.     

Setelah mereka berpisah dan Jean menjadi aktor, ia juga tidak terlalu terlibat dengan kehidupan pribadi Jean. Sahabatnya itu berkali-kali digosipkan dengan aktris atau model atau penyanyi tetapi ia selalu membantahnya, dan Jean tidak pernah menceritakan kepada Finland bila ia dekat dengan seseorang.     

Ia hanya pernah sekali membawa Franka ke pesta barbekyu keluarga Schneider, tetapi kemudian Jean mengaku tidak ada hubungan spesial dengan gadis itu. Lalu tiba-tiba saja Jean menjalin hubungan cinta dengan Billie, Yves, penyanyi idola Finland dan bersama dengannya selama 17 tahun.     

Bisa dibilang, Finland tidak pernah merasakan langsung bagaimana melihat Jean mendekati perempuan. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Jean mendekati Billie juga seperti ia berkomunikasi dengan Marion barusan?     

"Aku tidak mengerti maksudmu," kata Jean. Ia mengunyah makanannya sambil memandang ponselnya dan berpikir apakah ia harus menulis SMS kepada Marion atau tidak. Akhirnya karena tidak ingin menjadi contoh buruk bagi anak-anak yang menggunakan ponsel di meja makan, ia akhirnya menyimpan ponselnya.     

Terry-lah yang menyampaikan pikiran Finland kepada Jean, karena ia juga memikirkan hal yang sama, "Maksud ibu adalah, Ayah hari ini agak aneh, karena sikapmu kepada Marion agak berbeda. Makanya ibu dan aku penasaran, apakah Ayah sedang jatuh cinta."     

"Astaga," Jean menaruh sendoknya dengan ekspresi keheranan. "Kalian pikir begitu?"     

Keempat orang di meja makan mengangguk serempak.     

"Kau ini publik figur. Berita tentang kau mencium Marion sudah tersebar dari semalam." Finland menghela napas. "Aku hanya memikirkan perasaan Billie kalau ia membaca semua itu."     

Jean sudah lama tidak mengikuti berita hiburan dan ia tidak menduga bahwa secepat itu gosip tentang dirinya sudah menyebar.     

"Baiklah, nanti setelah selesai makan aku akan menelepon Billie," jawab Jean sambil mengangkat bahu. Ia kembali melanjutkan makannya dan berusaha mengalihkan pembicaraan tentang sekolah anak-anak. "Kau sedang membuat tugas akhir, kan? Setelah itu lulus?"     

Terry yang ditodong pertanyaan oleh ayahnya tampak lesu, "Tinggal membuat film pendekku, tetapi Nicolae yang sudah menandatangani kontrak untuk bermain di situ tiba-tiba membatalkannya karena urusan Aleksis. Aku mesti mencari aktor baru."     

"Kau meng-casting Nic? Memangnya dia bisa akting?" tanya Jean keheranan.     

"Tidak, tapi dia tampan. Aku hanya perlu ketampanannya untuk menarik penonton," jawab Terry ringan. "Kalau saja aku bukan sutradaranya, aku akan bermain sendiri."     

"Hmm, begitu ya?" Jean mengerutkan keningnya seolah berpikir, "Aku sih sedang mengambil cuti selama setahun ke depan. Aku bisa membantumu, kalau kau perlu."     

Terry tercengang mendengar Jean dengan mudah menawarkan diri. Ia memang berharap Jean mau bermain dalam filmnya ini tetapi ia tidak tahu bagaimana cara memintanya, tetapi kini justru ayahnya yang menawarkan.     

"Benarkah, Ayah? Ayah mau berakting di film pendekku?" tanya Terry dengan nada antusias. "Aku akan senang sekali."     

Jean mengangguk. "Karena tahun depan aku akan mulai mengambil identitas baru, biarlah penampilan terakhirku di dalam akting ada di film buatan anakku sendiri. Begitu lebih baik."     

Terry sudah mendengar rencana Jean yang akan memalsukan kematiannya tahun depan dan mengambil identitas baru, tetapi ia tidak menduga Jean akan mau bermain film untuk terakhir kalinya. Ia sangat terharu dan tanpa sadar ia sudah bangkit dari kursinya dan memeluk Jean.     

"Terima kasih, Ayah." bisiknya haru, "Aku berjanji akan merahasiakan hubungan kita baik-baik."     

Jean mengangguk-angguk dan menyuruh Terry kembali makan. "Kirim saja skripnya, aku akan mempelajarinya dulu."     

"Pasti." Terry sangat sumringah di sepanjang malam itu karena tanpa perlu berusaha keras, Jean bersedia membantu filmnya. Nicolae yang tampan memang pasti akan menarik banyak penonton, tetapi bila Jean bersedia menggantikannya, film Terry akan jauh lebih sukses lagi karena Jean bukan hanya tampan, tetapi ia juga merupakan aktor yang sangat berbakat dan terkenal.     

Akhirnya mereka membuat rencana kembali ke Singapura untuk menyelesaikan film Terry agar pemuda itu bisa lulus, lalu ia akan pergi ke Berlin untuk membantu Caspar, sementara nanti setelah berperan di film Terrry, Jean akan kembali ke Swiss dan membantu mengawasi perawatan Aleksis sementara Finland menemani suaminya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.