The Alchemists: Cinta Abadi

SPOILER: Keanehan Aleksis



SPOILER: Keanehan Aleksis

0Yang udah nggak sabaran ingin tahu kapan sih Alaric memberi tahu Aleksis bahwa dia adalah anak Lauriel, silakan dilahap bab spoiler ini yaa... Tidak panjang, tapi semoga cukup menghibur.     

SPOILER dimulai dari sini:     

.     

.     

.     

.     

.     

-------- :red_heart::red_heart::red_heart: -------- :red_heart::red_heart::red_heart: -------     

.     

####################     

.     

Aleksis membuka matanya dan menemukan sesosok pria sedang tertidur di sofa di sebelah tempat tidur. Apakah ini Alaric Rhionen itu?     

Ia bangun pelan-pelan dan duduk di tempat tidur, berusaha tidak membuat suara sama sekali, tetapi ternyata Alaric sangat awas. Ia segera membuka mata dan saat melihat Aleksis duduk di tempat tidur, ia buru-buru bangkit dan bersimpuh di kaki tempat tidur.     

"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan suara paling lembut yang pernah didengar Aleksis. Gadis itu hanya dapat menatapnya dengan pandangan terkesima. Ia tadi tidak memperhatikan wajah pria itu dan sekarang ia terkejut melihatnya ternyata mengenakan topeng kulit berwarna hitam, menutupi sebagian besar wajahnya.     

Alaric menyadari pandangan Aleksis yang terpaku melihat wajahnya segera sadar gadis itu merasa tidak nyaman dengan topeng yang ia kenakan. Ia tersenyum tipis lalu duduk di samping Aleksis dan mengambil tangan kanan gadis itu dan kemudian menyentuhkannya ke wajahnya.     

"Dokter bilang kau mungkin agak linglung dan belum bisa langsung mengingat semua yang terjadi, itu wajar untuk orang yang sempat koma seperti dirimu. Aku hanya senang melihat kau baik-baik saja." Ia memejamkan matanya dan membiarkan tangan Aleksis mengusap wajahnya.     

Gadis itu mulai merasa tidak nyaman. Pria ini sepertinya sangat mencintai Aleksis, pikirnya.     

"Kenapa kau memakai topeng?" tanyanya kemudian dengan suara lirih. "Maaf, aku tidak bisa mengingat siapa dirimu."     

Alaric membuka matanya dan mengangguk, "Tidak apa-apa, aku akan menunggu sampai ingatanmu pulih. Tapi mulai sekarang aku tidak lagi akan merahasiakan apa pun darimu. Aku minta maaf karena walaupun kita menikah, aku belum percaya kepadamu untuk menceritakan yang sebenarnya. Maafkan aku, sungguh."     

Menikah? pikiran Aleksis memusing. Ia tidak tahu Aleksis menikah dengan pria ini. Apakah orang tuanya tahu? Apakah Lauriel tahu???     

"Uhm ... aku kehilangan ingatanku karena kecelakaan itu. Bisakah kau ceritakan kepadaku siapa dirimu?" Aleksis menatap sepasang mata keunguan itu dengan penuh pertanyaan. Hmm ... matanya terasa familiar.     

Alaric mengangguk. "Tentu saja, aku akan menceritakan semuanya. Tidak ada lagi rahasia di antara kita."     

Ia menepuk-nepuk tangan Aleksis dengan lembut dan memulai ceritanya.     

"Kita bertemu pertama kali di kereta malam di Thailand, waktu itu kau sedang bertualang dengan ayah angkatmu, Paman Rory. Aku membantumu mencarinya, umurmu waktu itu baru 2,5 tahun, kau adalah anak paling menggemaskan yang pernah kulihat. Sejak kita pertama bertemu, kau sudah memanggilku Pangeran Siegfried. Kau lucu sekali .... 9 tahun kemudian kau hampir diculik oleh komplotan perdagangan manusia di Singapura dan kita bertemu lagi. Saat itu kau juga kehilangan ingatan sementara dan aku tidak dapat menemukan keluargamu. Tetapi lagi-lagi kau memanggilku Pangeran Siegfried, itulah sebabnya aku dapat menghubungi Paman Rory-mu. Kita berpisah setelah satu minggu bersama. Aku tidak mengira selama 8 tahun kau terus memikirkanku dan bahkan mencariku ke Singapura," Alaric menatap Aleksis dengan pandangan penuh cinta. Sementara Aleksis hanya mendengarkan ceritanya dengan hati yang semakin teraduk-aduk.     

"Aku menutup hatiku dari siapa pun selama puluhan tahun, tetapi kau berhasil menembus masuk. Kau adalah wanita pertama yang mencintaiku begitu dalam dan membuatku mengalami perasaan-perasaan yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Singkatnya, aku jatuh cinta kepadamu, dan kau pun demikian. Perasaan yang kita miliki untuk satu sama lain begitu kuat dan mengguncang, hingga kau memintaku menikahimu sesudah empat hari saja kita berhubungan ..."     

Aleksis menekap mulutnya sambil berseru tertahan. Ia tidak menduga hubungan Aleksis dan Alaric ternyata sedekat itu. Mereka bahkan sudah menikah!     

"La ... lalu, apa yang terjadi. Apa yang belum kau ceritakan kepadaku?" tanya Aleksis dengan suara gemetar. Semua informasi ini membuat hatinya terguncang.     

Ini semua kesalahan.     

"Aku mengenakan topeng sejak 7 tahun lalu, dengan alasan wajahku rusak parah akibat kecelakaan, dan kau percaya itu. Tetapi yang sebenarnya adalah ..." Alaric menghela napas panjang dan pelan-pelan membuka topengnya, "Sebenarnya aku ingin menutupi kenyataan bahwa aku tidak menua. Kau pikir aku adalah seorang lelaki buruk rupa berusia 40-an. Tetapi sebenarnya, aku lebih tua dari itu ... Aku dilahirkan pada tahun 1945."     

Aleksis menjerit kaget saat melihat wajah Alaric tanpa topengnya. Ini bukanlah seorang pria tua maupun berwajah cacat. Yang dilihatnya duduk di sampingnya adalah seorang pria muda yang tampan dengan wajah agak pucat tetapi kulitnya sehalus salju, ia bahkan terlihat mirip perempuan karena garis-garis wajahnya yang halus. Sepasang matanya yang berwarna keunguan terlihat misterius, menambah kesan unik dari rambutnya yang berwarna platinum keunguan.     

Ini bukan penampilan seorang manusia biasa. Pria ini pasti merupakan seorang Alchemist, batin Aleksis.     

Inikah rahasia yang disimpan Alaric selama ini?     

"Aku biasanya menghilang dan mengganti identitas setelah beberapa puluh tahun, tetapi proyekku yang terakhir terlalu penting untuk kutinggalkan, maka aku memilih untuk menutupi jati diriku di balik topeng. Semua bawahanku di perusahaan mengira aku memang berwajah cacat, sama seperti semua orang. Di satu sisi, itu membuatku lebih mudah bergerak karena tidak ada yang mengetahui wajah asliku." Ia tersenyum menenangkan dan mengusap pipi Aleksis yang tampak pucat karena terkejut, "Kau ... tidak peduli wajahku cacat, kau mencintaiku tanpa syarat. Aku seharusnya tidak membiarkanmu pergi tanpa mengetahui siapa diriku yang sebenarnya. Kau tidak tahu betapa aku hampir menjadi gila saat aku mengira kau telah meninggal, tanpa pernah mengetahui kebenarannya."     

"Oh, Alaric ..." Aleksis menggigit bibirnya dengan perasaan kalut.     

Ini semua kesalahan.     

"Satu hal lagi yang kau perlu tahu tentang diriku, aku tidak menua, bukan karena kesalahan medis atau mutasi gen yang tidak wajar, seperti yang selama ini aku kira, ternyata aku adalah bagian dari kaum Alchemists - kau pasti tidak pernah mendengar tentang mereka - mereka adalah kelompok masyarakat yang tersembunyi. Mereka ada di sekitar kita, dan menguasai dunia ... dan aku akhirnya menemukan jejak keluargaku. Aku mengetahui siapa ibuku. Wajahku ini ... mereka bilang sangat mirip dengan wajah ibuku. Aku sekarang tidak lagi membenci wajahku."     

Aleksis menatap Alaric dengan mulut terbuka. Ia hendak berkata-kata tetapi tidak ada kata yang mampu keluar.     

"Si ... siapa ... ibumu?" tanyanya kemudian dengan susah payah.     

"Namanya Luna, dia adalah seorang putri dari Inggris. Ia meninggal saat melahirkanku di Rumania, tetapi sebelum ia meninggal ia memaksa bidan untuk menggunting sedikit rambutnya untukku." Alaric menyentuh liontin yang menggantung di leher Aleksis, lalu membukanya perlahan, "Ini rambut ibuku. Lihat, sama dengan rambutku, bukan?"     

Aleksis menatap jalinan rambut itu dengan hati terguncang. Tangannya menutup bibirnya dengan kaget saat pandangannya bergantian menatap rambut Luna dan wajah Alaric. Tidak diragukan lagi. Alaric memang anak Lauriel.     

"Kau ... kau tahu siapa ayahmu?" tanyanya kemudian.     

"Hmm .. ya, tapi aku tidak terlalu mempedulikannya. Namanya Lauriel. Ia seorang petualang yang tidak mengurusi kehidupan duniawi. Kau tidak perlu memikirkannya. Ia tak menginginkanku, maka aku pun tidak menginginkannya." Alaric menatap wajah Aleksis yang kini bersimbah air mata. "Hei, kenapa kau menangis? Kau takut kepadaku? Aku memang berbeda darimu, aku bukan manusia biasa, tetapi aku masih tetap Alaric yang sama. Aku tetap suamimu ... kumohon jangan takut kepadaku."     

Aleksis baru menyadari bahwa Alaric masih belum mengetahui bahwa Aleksis adalah seorang Alchemist juga. Alaric bahkan tidak mengetahui bahwa Paman Rory dan Lauriel adalah orang yang sama, dan bahwa ia sebenarnya sudah pernah bertemu langsung dengan ayahnya.     

Oh, Alaric ... malangnya dirimu.     

Ini semua kesalahan besar.     

Aleksis buru-buru bangkit dan keluar dari ruangan tempat ia dirawat. Pikirannya bergerak cepat mencari cara untuk memberitahukan kepada Lauriel apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak boleh terlambat.     

"Aleksis ...! Kau mau kemana? Kau masih sakit!" Alaric buru-buru mengejarnya. Ia bingung dengan keanehan sikap Aleksis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.