The Alchemists: Cinta Abadi

AKTOR TAMPAN IDOLA MARION



AKTOR TAMPAN IDOLA MARION

0Ketika Marion sedang asyik menikmati teh sore di beranda sambil sibuk dengan laptopnya, tiba-tiba terdengar jeritan histeris dari dalam villa. Dengan kaget ia buru-buru masuk. Asistennya, Alicia pasti baru melihat Jean dan langsung menjerit histeris, pikirnya. Ia tadi lupa memberi tahu Alicia bahwa aktor idolanya sedang bermalam di rumah Marion.     

Benar saja, ketika ia sampai di ruang tamu, ia melihat Alicia, gadis berumur 23 tahun yang ia pekerjakan sebagai asisten part-timenya tampak berdiri tercengang sambil memegangi wajahnya yang terkejut dan mulutnya masih terbuka lebar. Persis ekspresi Macaulay Culkin dalam film Home Alone yang populer puluhan tahun silam.     

Jean sedang berdiri kebingungan menghadapi Alicia yang sangat berlebihan dan ketika melihat Marion masuk matanya segera meminta penjelasan.     

"Alicia, ini bukan hantu, dia memang Jean," kata Marion dengan suara keras agar Alicia tergugah dari dari keterkejutannya. "Dia sedang bertamu di sini. Kau bisa bikinkan dia teh?"     

Tetes demi tetes air mata mengalir dari kedua mata Alicia saat ia sadar bahwa pria tampan di depannya memang aktor idolanya. Dengan malu-malu ia berjalan pelan dan menyentuh Jean dengan telunjuknya. Setelah yakin bahwa orang yang disentuhnya itu memang manusia, ia menarik napas lega.     

"Selamat sore, Alicia," sapa Jean sambil mencium tangan Alicia yang terjulur menyentuhnya. Ia mengembangkan senyumnya yang paling manis yang biasa menghias banyak majalah. Gadis itu seketika terkulai di lantai karena lemas. Ia tak mengira bisa sungguh-sungguh bertemu aktor idolanya, dan barusan Jean mencium tangannya.     

Marion membelalakkan matanya kaget. Ia tidak pernah tahu bahwa penggemar selebrita bisa demikian norak atau memang seperti inikah rasanya memiliki idola? Ia buru-buru menghampiri Alicia dan membantunya berdiri.     

"Sshh ... jangan bikin malu, dong, Alicia. Ayo bikinkan Jean teh." Ia lalu menoleh ke arah Jean, "Kau mau teh buah atau chamomile?"     

"Teh buah saja, aku baru bangun, tidak cocok minum chamomile," jawab Jean. Ia hanya tersenyum melihat tingkah Alicia yang tersipu-sipu dan segera beranjak ke dapur untuk membuatkannya teh.     

Jean lalu duduk di beranda diikuti oleh Marion setelah memastikan Alicia baik-baik saja.     

"Kau sedang apa?" tanya Jean. Ia melirik ke arah laptop Marion, "Kenapa ada banyak video keluarga Caspar di situ?"     

Marion mengangkat bahu, "Aku tidak yakin Wolfpack akan berhasil menemukan para pembunuh dari Rhionen Asssassins. Aku sedang mempelajari Aleksis agar nanti saat aku dibutuhkan aku bisa menyamar sebagai dirinya."     

"Oh ..." Jean mengamati Marion baik-baik, "Kau ini berbakat jadi aktor, lho. Aku masih ingat penampilanmu sebagai Katia 18 tahun yang lalu. Kau tidak pernah terpikir untuk main film?"     

Marion tertawa mendengar pertanyaan Jean, seolah pemuda itu sedang menyampaikan sesuatu yang sangat lucu, "Tentu sudah pernah. Aku menjadi bintang film waktu manusia masih menonton film di layar hitam putih. Tapi kemudian aku bosan. Petualangan di dunia nyata lebih menyenangkan daripada petualangan di film. Aku memilih kenyataan daripada khayalan."     

Jean mengangguk paham, "Kau benar. Aku tak sabar menjalani berbagai petualangan di dunia nyata."     

Obrolan mereka terhenti ketika Alicia datang membawakan teh dan kue-kue. Wajahnya tampak sumringah sekali. Ia sudah membaca berita bahwa Jean dan Billie telah mengakhiri hubungan mereka, dan tadi malam Jean dipergoki sedang berciuman dengan seorang wanita yang mirip bosnya.     

Alicia senang sekali kalau memang Jean dan bosnya yang cantik itu berkencan. Itu artinya ia akan sering melihat aktor idolanya itu datang kemari. Hihihi... Tak henti-hentinya Alicia tersenyum senang.     

"Maafkan Alicia, dia itu penggemar beratmu," kata Marion saat Alicia sudah kembali ke dapur. "Sejak menonton film-mu lima tahun lalu dia sudah terobsesi denganmu."     

"Kok minta maaf? Itu kan bukan kesalahan," komentar Jean. Ia menghabiskan tehnya lalu melihat jam tangannya. "Hm ... sudah sore, aku harus pulang. Terima kasih atas semuanya. Aku tadi sudah beristirahat dengan nyaman."     

Marion tertegun. Rasanya cepat sekali, pikirnya.     

"Kau tidak mau melihat rumah yang dijual itu?" tanya Marion cepat. "Aku sudah dapat infonya."     

"Hmm ... aku percaya saja kepadamu kalau kau bilang rumahnya bagus." Jean mengulurkan ponselnya kepada Marion, "Aku minta nomor teleponmu biar nanti pengacaraku yang menghubungi soal rumah itu."     

"Ah, oke." Marion menuliskan nomor teleponnya dan sebelum Jean sempat mengambil kembali ponselnya gadis itu buru-buru menulis namanya sebagai MARION SI CANTIK YANG HEBAT untuk nomor itu.     

Jean hanya geleng-geleng kepala melihatnya, "Kau ini tidak tahu malu ya."     

Ia memanggil nomor Marion dan melihat ponsel gadis itu di meja bergetar-getar. Sebelum Marion sempat mengambil ponselnya, giliran Jean yang sudah mengambil ponsel itu dan menyimpan nomor teleponnya sendiri sebagai JEAN AKTOR TAMPAN IDOLA MARION.     

"Gila! Siapa yang mengidolakanmu!!" seru Marion berusaha merebut ponselnya. Jean yang lebih tinggi darinya hanya perlu berdiri tegak dan mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi di atas kepalanya, walaupun Marion meloncat ia tetap tak mampu merebut ponselnya.     

"Akan kukembalikan kalau kau berjanji tidak mengganti namaku di ponselmu," kata Jean sambil tertawa-tawa jahil.     

"Kau ...! Aku akan menguburmu di salah satu lembah di Lauterbrunnen!! Sampai seribu tahun pun para arkeolog tidak akan menemukan mayatmu!"     

Jean pura-pura membuat tanda menguap dengan tangan di depan bibirnya, "Ancaman basi. Aku mesti pulang sekarang, kalau kau tidak mau menurut aku akan membawa ponselmu dan semua data klienmu akan hilang bersamaku."     

"Ugh ... baiklah. Kau menang!" Marion berhenti meloncat dan mengulurkan tangannya meminta ponselnya kembali. "Kemarikan ponselku. Aku banyak kontak rahasia di sana."     

Jean tersenyum manis dan menyerahkan ponselnya. "Setidaknya kita seri. Aku juga tidak mengganti kontakmu di ponselku kan. Kalau aku harus muntah melihat username-mu ini di ponselku setiap kali kau telepon, kau juga harus muntah melihat username-ku di ponselmu."     

"Siapa yang akan meneleponmu? Aku ini tidak kurang kerjaan, ya." cetus Marion.     

"Lah, tadi kau bilang akan mengirim data rumah dijual itu kepadaku? Aku memang sudah tua, tapi aku belum pikun,"     

Tanpa menunggu jawaban Marion, Jean mengambil kunci mobil dari sakunya dan mencium pipi Marion lalu beranjak keluar.     

"Hei ... kau tahu jalan pulang?" tanya Marion tiba-tiba. Ia baru sadar bahwa Jean benar-benar akan pergi.     

Jean hanya melambai tanpa menoleh. Ia telah menemukan mobil Mercedes yang dipinjamnya di depan gerbang dan segera masuk. Sepuluh menit kemudian ia telah berada di jalan raya ke arah Grindelwald.     

Marion tercenung. Ia membuka ponselnya dan melihat semua daftar kontaknya. Tidak satu pun nama di situ adalah nama asli. Ia banyak menggunakan nama kode hewan dan tanaman untuk semua orang yang dikenalnya untuk menjaga kerahasiaan mereka.     

Ia tergoda untuk mengganti username Jean, menjadi salah satu hewan paling menjijikkan, seperti kecoak rumah atau tikus lumbung. Akhirnya ia hanya menghapus nama JEAN dan membiarkan AKTOR TAMPAN IDOLA MARION.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.