The Alchemists: Cinta Abadi

Keputusan di ruang makan



Keputusan di ruang makan

0Nicolae hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan kedua adik Aleksis.     

"Sepertinya orangnya kuat, badannya tinggi besar seperti Paman Lauriel. Menurutmu apa profesinya?" tanya Rune kepada London.     

London memicingkan mata mengamati Nicolae baik-baik, "Dia memegang laporan diagnosis medis Aleksis dan sepertinya mengerti isinya. Dia juga diizinkan Papa untuk menunggui Aleksis di sini, berarti dugaanku, dia seorang dokter."     

"Hmm.. dugaanku juga begitu."     

Nicolae akhirnya sadar akan sia-sia saja jika ia meminta London dan Rune agar tidak membicarakannya seperti itu. Setidaknya kedua anak ini tidak membicarakannya di belakang, dan mereka juga tidak mengatakan hal-hal buruk tentangnya.     

Mungkin ia hanya harus terbiasa dengan kelakuan mereka. Ia jelas tak mungkin bisa mengubah kedua orang ini. Akhirnya ia menghibur diri dengan pemikiran seperti itu.     

Terry masuk lima menit kemudian mencari kedua anak itu dan saat melihat wajah Nicolae yang masam ia segera menyadari apa yang terjadi. Terry hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua adiknya.     

"Mereka membicarakanmu?" tanyanya kepada Nicolae. Pemuda yang ditanya hanya bisa mengangguk kecut. Terry tersenyum lebar. "Itu tandanya mereka menyukaimu. Dulu juga aku diperlakukan begitu. Kalau mereka tidak suka, mereka takkan mempedulikanmu sama sekali."     

"Oh.... aku baru tahu," komentar Nicolae. Ia menatap kedua remaja lelaki itu dan kemudian sebuah ide terlintas di benaknya. Ia lalu mengangguk kepada Terry. "Aku sih tidak keberatan kalau dibicarakan seperti itu. Sepertinya mereka anak pintar. Yang satu mirip sekali dengan ayahnya, yang satu lagi tidak. Apakah mereka bukan saudara kandung?"     

"Oh, yang satu memang lebih mirip paman Aldebar daripada ayahnya. Kami sering menggodanya memanggil dia anak Paman Aldebar. Sifatnya juga mirip Paman Aldebar." Terry seketika sadar Nicolae mau membalas kelakuan London dan Rune dengan membicarakan mereka di depan keduanya. Ia lalu menambahkan. "Dia sangat takut pada laba-laba."     

"Oh, begitu ya?" tanya Nicolae sambil tersenyum tipis. Ia menatap Rune yang tampak bergidik ketika mendengar kata 'laba-laba'. Nicolae kemudian menoleh ke arah Terry, "Kalau yang mirip ayahnya, takut apa?"     

Terry ikut tersenyum, "Dia tidak takut apa-apa, tetapi dia menganggap kelompok biri-biri peliharaannya seperti anaknya sendiri. Dia akan panik kalau kau bilang kau sedang lapar dan mau makan daging biri-biri."     

Nicolae tertawa mendengar penjelasan Terry. London dan Rune saling pandang. Mereka sadar bahwa Nicolae dan Terry sedang membalas mereka. Keduanya tak bisa menahan memasang wajah cemberut lalu keluar meninggalkan kamar Aleksis.     

Ketika kedua remaja itu menghilang, tanpa sadar Nicolae dan Terry saling beradu telapak tangan di udara dengan gembira. Terry tampak puas sekali.     

"Astaga... kau tidak tahu betapa inginnya aku membalas mereka. Tapi sulit sekali kalau sendirian ... Hahaha... Untung sekarang ada kau."     

Setelah kedua tangan mereka beradu di udara, sesaat kemudian keduanya tertegun dan pelan-pelan menurunkan tangannya masing-masing. Ini pertama kalinya mereka secara sadar bersikap kompak setelah lebih dari setahun bersikap saling bermusuhan.     

Pelan-pelan seulas senyum tersungging di bibir keduanya dan akhirnya Nicolae dan Terry tertawa dan saling menepuk bahu.     

Mulai hari ini, bukan hanya Wolf dan Billie Jean, tetapi Nicolae dan Terry juga secara resmi berteman.     

***     

Keesokan harinya keluarga Schneider dikejutkan dengan kedatangan Jean ke mansion mereka di Grindelwald. Ia bergegas datang setelah mendengar apa yang terjadi kepada Aleksis. Billie sedang mempersiapkan diri untuk konser keliling dunia sehingga tidak bisa ikut.     

Terry sangat senang melihat ayahnya datang. Semua orang bisa melihat wajahnya yang berseri-seri. Terry mengidolakan ayahnya yang seorang aktor terkenal, dan bercita-cita dapat menjadi pembuat film yang akan membuat ayahnya bangga.     

Aldebar yang sedang mengasuh London dan Rune di tempat penelitiannya juga datang untuk menjenguk Aleksis dan mencari tahu apa yang dapat dilakukannya untuk menolong. Dengan kedatangan Lauriel, Aldebar, dan Jean, suasana terasa seperti Natal, ketika keluarga besar Schneider biasa berkumpul seperti ini.     

Aldebar yang datang membawa London dan Rune seperti biasa menjadi pusat perhatian karena pakaiannya yang unik. Ia kali ini memilih mengenakan pakaian zaman Edwardian yang agak rumit dan sangat menarik.     

Dalam hati Finland merasa lega karena anak-anaknya tidak mengikuti gaya berpakaian Aldebar setelah tinggal bersamanya.     

Suasana mansion terasa sangat hangat dan meriah. Ada Lauriel dan Nicolae anaknya, sebagai sahabat keluarga Schneider, datang mendampingi keluarga ini di tengah-tengah masa sulit mereka. Kemudian ada Terry, anak biologis Finland dari sahabatnya, Jean, dan tentunya kedua anak lelaki mereka yang sebulan terakhir ini mengikuti Aldebar.     

Ketika mereka makan malam di ruang makan yang berisi meja sangat panjang dengan berbagai hidangan mewah, Nicolae memperhatikan semua orang yang hadir. Ia merasa sangat terkesan, karena setelah hidup sendiri selama puluhan tahun, ia bisa menghabiskan waktu dengan orang-orang yang menjadi keluarganya.     

Ia sangat bahagia telah bertemu ayahnya, dan kini kebahagiaannya bertambah karena mengetahui ia merupakan bagian dari klan Alchemist. Ia seperti menemukan keluarga baru yang lebih hangat dan lebih sempurna.     

Mereka berbincang-bincang sambil makan tentang kemajuan yang sudah terjadi dan Caspar menyampaikan permintaannya kepada Lauriel dan Aldebar untuk meminjamkan anak-anak buah mereka kepada Caspar untuk membalas orang-orang yang membunuh Kurt.     

Terry dan Nicolae saling pandang saat mereka menyimak pembicaraan para pria lebih tua di meja makan. Mereka baru mendengar apa yang terjadi kepada orang kepercayaan Caspar itu.     

"Kau tahu siapa pelakunya?" tanya Lauriel. "Aku bisa memanggil The Wolf Pack dan membantumu."     

Caspar mengangguk, "Berdasarkan penyelidikanku mereka adalah orang-orang dari Rhionen Assasins."     

"Dua hari lagi mereka semua akan tiba di sini. Aku bisa memberikan instruksi kepada mereka agar membantumu," kata Lauriel.     

"Terima kasih, Lauriel. Aku berutang budi kepadamu." kata Caspar. Ia lalu beralih kepada Aldebar adiknya. "Aku juga perlu bantuanmu."     

Aldebar mengangguk, "Tentu saja. Kita harus menghukum pelakunya dengan pantas. Kau tahu kenapa mereka menculik Kurt?"     

Caspar menghela napas, "Sepertinya mereka mencari Aleksis."     

Nicolae segera teringat isi pesan Alaric Rhionen di ponselnya. Tadinya ia merasa kasihan kepada pria itu dan ingin memberitahukan keadaan Aleksis kepadanya, tetapi begitu mendarat di mansion ini dan sibuk menyiapkan perawatan untuk Aleksis ia menjadi lupa.     

Kini setelah mendengar tentang kematian Kurt, ia mengambil keputusan untuk tidak akan memberi tahu apa pun tentang Aleksis kepada Alaric. Ia tidak menduga pria itu dengan sangat kejam mengakibatkan kematian Kurt. Ternyata ia bahkan lebih berbahaya dari yang diduga Nicolae. Dalam hati ia tak habis pikir bagaimana bisa Aleksis terlibat dengan pimpinan organisasi pembunuh terbaik dunia.     

Terry dan Nicolae akhirnya hanya bisa menyimak percakapan 'orang-orang dewasa' di meja makan, mereka tidak mau dianggap lancang. Caspar membuat rencana bersama Lauriel untuk memburu Rhionen Asassins dan mencari tahu kenapa mereka mencari Aleksis.     

Caspar yang harus menggantikan Kurt untuk mengurusi grup perusahaannya terpaksa kembali ke Berlin dan mengatur Grup agar dapat kembali berjalan dengan baik sepeninggal Kurt. Ia meminta bantuan Jean yang menyatakan sudah mundur dari dunia akting untuk tinggal sementara di Swiss mengawasi anak-anaknya, selama beberapa bulan sementara ia mengatur kondisi perusahaan. Finland akan tinggal di Swiss selama seminggu dan seminggu di Berlin menemaninya, demikian secara bergantian.     

Nicolae merasa sangat tersanjung ketika Caspar meminta bantuannya untuk sementara tinggal di Swiss mengawasi perawatan Aleksis. Ia tidak menyangka Caspar memberinya kepercayaan demikian besar dalam waktu yang demikian singkat.     

"Aku sudah menyelesaikan misiku di Singapura, jadi aku bisa tinggal di sini. Dengan senang hati aku akan membantu observasi dan mengawasi perawatan Aleksis," kata Nicolae. Ia hanya perlu meminta maaf kepada Profesor Tillman karena tidak lagi bisa menjadi asistennya mengasuh mata kuliah umum di hari Selasa. Tetapi baginya hidup sebagai mahasiswa di Singapura sudah tidak menarik lagi, karena tidak ada Aleksis di sana.     

"Terima kasih," kata Caspar sambil mengangguk ke arah Nicolae. Ia lalu beralih kepada Terry, "Kau sudah selesai kuliah?"     

"Sudah, aku hanya tinggal menyusun tugas akhir, bisa dilakukan dari mana saja," kata Terry cepat.     

"Bagus. Kapan pun kau bisa bergabung denganku di Berlin, aku akan sangat menghargai bantuanmu untuk mengurusi perusahaan. Sementara Aleksis belum sembuh, aku berharap kau nantinya bisa mengambil alih."     

Terry tak dapat menahan rasa terkejutnya. Ia... diminta oleh Caspar untuk ... suatu hari nanti ... mengambil alih grup perusahaannya? Astaga benarkah ini? Ia tidak salah dengar?     

Dalam hati ia seketika menjadi terharu. Ia tidak mengira Caspar sekarang benar-benar sudah menganggapnya sama seperti anaknya sendiri, hingga dengan mudah memintanya untuk mengurusi bisnis keluarganya seperti salah satu anaknya. Ia mendengar dulu betapa Caspar sangat cemburu kepada Jean, apalagi setelah mengetahui Finland memiliki anak bersama Jean, yaitu Terry.     

Kini rupanya Caspar sudah tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.