The Alchemists: Cinta Abadi

London dan Rune bertemu Nicolae



London dan Rune bertemu Nicolae

0Suasana di ruangan itu terasa hening selama beberapa menit. Mischa adalah satu-satunya yang berani bertanya kepada Alaric mengapa ia membubarkan kelompoknya, tetapi pertanyaannya tidak dijawab oleh Alaric.     

"Aku berterima kasih atas kesetiaan kalian selama ini. Sekarang yang terbaik adalah bagi kalian untuk hidup masing-masing dan menjauhkan diri dari nama Rhionen. Kematian Kurt Van Der Ven adalah suatu peristiwa yang tidak terduga, dan aku tak ingin kalian ikut menanggung akibatnya. Itu semua seratus persen kesalahanku, jadi biarkan aku yang menghadapi pembalasan dari Group Schneider sendiri."     

"Tuan... " Satu persatu anak buahnya hendak menyuarakan protes mereka, tetapi Alaric hanya melambaikan tangannya dan tersenyum.     

"Baiklah. Aku harap kalian semua akan hidup dengan baik. Sampai jumpa."     

Alaric memberi tanda kepada Pavel dan asistennya yang setia itu segera berdiri dan mengikutinya keluar, meninggalkan anak buahnya yang lain berdiri terpaku di perpustakaan. Ini semua sama sekali tidak diduga oleh mereka.     

***     

Caspar merasa sangat murka saat mendengar dari Ilsa Van Der Ven, istri Kurt, tentang apa yang terjadi. Ia bisa menduga Kurt diculik untuk mencari informasi tentang Aleksis dan semuanya berakhir buruk. Ia hanya bisa merangkul Stanis yang sangat berduka atas kematian anak tunggalnya, tak mampu berbuat apa-apa.     

Stanis yang sudah berumur 70 tahun, terlihat tua sekali saat wajahnya diselubungi kesedihan. Istrinya telah meninggal dan ia hanya memiliki seorang putra yang kini telah mati meninggalkannya terlebih dulu. Tidak satu pun orang tua seharusnya menghadapi situasi di mana mereka harus menguburkan anaknya, dan ini membuat hatinya hancur.     

Ben yang tiba kemudian segera mewakili segenap keluarga besar Van Der Ven untuk mengurusi pemakaman dan upacara di rumah duka. Sangat banyak tamu yang hadir dari pejabat grup perusahaan, rekanan bisnis, serta pejabat pemerintah di Jerman.     

Kurt meninggal terlalu cepat dan Caspar belum menyiapkan penggantinya di perusahaan. Ia tak tega hendak meminta Stanis yang sudah pensiun untuk kembali. Ini membuatnya menjadi resah, karena sesungguhnya saat ini Caspar ingin berfokus pada keluarganya saja, ia tak ingin kembali memimpin grup perusahaannya yang demikian besar dan pasti memerlukan banyak perhatian. Dalam hati ia merasa bersalah karena memikirkan hal semacam ini di saat keluarga Van Der Ven sedang berduka.     

Setelah pemakaman usai, ia duduk merenung di ruang kerja Kurt sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ben dan Stanis yang sudah lelah menghadapi tamu-tamu yang datang mengucapkan bela sungkawa kemudian menyusulnya dan mereka bertiga duduk diam sibuk dengan pikiran masing-masing.     

"Wiski?" tanya Ben kemudian memecah keheningan. Ia tak tahan lagi dan mengeluarkan sebotol wiski dari kabinet dan tiga buah gelas. Caspar dan Stanis mengangguk.     

Dengan gelas di tangan ketiganya kembali duduk terdiam. Setelah menghabiskan isi gelasnya, akhirnya Caspar buka suara.     

"Maafkan aku, Stanis ... Kurt meninggal karena melindungi anakku. Aku akan memastikan siapa pun yang bertanggung jawab untuk menerima hukumannya."     

Stanis mengangguk lemah. "Terima kasih, Tuan."     

"Apakah Tuan sudah tahu siapa pelakunya?" tanya Ben.     

"Aku tidak tahu pasti, tetapi aku punya dugaan," Caspar menuang wiski kembali ke gelasnya, "Kalian pasti tidak pernah mendengar nama mereka karena organisasi ini sangat misterius. Tetapi mereka sudah ada selama puluhan tahun. Dua puluh tahun lalu mereka juga pernah mengejar untuk membunuhku. Mereka membuatku cukup kesulitan waktu itu."     

"Berarti mereka sangat berbahaya!" cetus Ben kuatir. "Bagaimana Tuan akan menghadapi mereka?"     

"Aku akan meminta bantuan The Wolf Pack dan para pengawal Aldebar. Ini masalah yang sangat serius, aku tidak akan menghadapi mereka sendirian."     

Ben terkesima. Kalau sampai orang-orang yang dimaksud Caspar turun tangan, tentu siapa pun itu, tidak akan ada yang dapat lolos. Manusia biasa, sehebat apa pun mereka, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan 6 orang petualang abadi anak buah Lauriel dan 20 pengawal Aldebar yang dipilihnya sendiri dari orang-orang paling tangguh di dunia yang diberinya ramuan abadi.     

Ia bersyukur karena Caspar menganggap serius kematian keponakannya dan akan membalaskan dendam mereka.     

Kemudian timbullah pertanyaan yang sedari tadi juga diajukan Caspar kepada dirinya sendiri...     

"Tuan, bagaimana dengan Group Schneider? Apakah Tuan akan kembali?" tanya Stanis kemudian.     

Caspar hanya bisa mendesah. "Aku tidak punya pilihan lain. Sampai Aleksis sembuh atau London dewasa, aku harus mengurusinya sendiri."     

Ia sudah banyak mendengar tentang sepak terjang Group perusahaan baru yang sekarang mulai menggurita dan banyak menimbulkan kontroversi, Rhionen Industries. Dalam banyak hal ia merasa Group Schneider harus berhati-hati terhadap perusahaan satu itu. Banyak proyek yang mereka miliki berseberangan dengan proyek-proyek Group Schneider. Caspar tahu ia tidak bisa berpangku tangan dan melepaskan tanggung jawabnya atas hajat hidup begitu banyak orang.     

***     

Aleksis dibaringkan di kamar besar yang memiliki jendela besar dari lantai ke langit-langit. Saat tirai jendela dibuka mereka dapat melihat pegunungan biru dengan salju di puncaknya dan lapangan rumput yang indah ditumbuhi berbagai bunga. Cuaca di musim gugur sudah mulai dingin, maka jendela itu tidak pernah dibuka, hanya tirainya saja,     

Nicolae memastikan semua peralatan bekerja dengan semestinya dan staf di rumah mengerti apa yang harus dilakukan. Ia belum pernah melihat orang dengan kondisi seperti Aleksis dapat sembuh, tetapi ia masih berpikiran positif bahwa sebagai seorang Alchemist gadis itu memiliki tubuh yang berbeda dari manusia biasa dan dapat pelan-pelan pulih.     

Lauriel sudah menyiapkan berbagai ramuan khusus yang menurutnya dapat mempercepat pemulihan tubuh. Finland akan memberikan ramuan tersebut setiap hari kepada anaknya. Beberapa orang perawat ikut tinggal di mansion itu untuk memberikan fisioterapi agar tubuh Aleksis tetap sehat selama ia dirawat dan tidak menjadi lumpuh saat ia bangun nanti.     

Keesokan harinya Aldebar tiba bersama London dan Rune dan untuk pertama kalinya Nicolae bertemu seisi keluarga Aleksis. Ia terkesan melihat kedekatan dan kehangatan keluarga Schneider dan segera menyadari mengapa Aleksis menjadi seorang gadis yang sangat menyenangkan, gadis itu memiliki keluarga yang penuh kasih sayang dan hangat.     

"Aku London, adik Aleksis," kata London memperkenalkan diri saat pertama kali masuk ke kamar Aleksis dan melihat Nicolae duduk memperhatikan hasil pindaian CT terbaru.     

Nicolae langsung mengenali remaja laki-laki berusia 17 tahun itu sebagai adik Aleksis karena wajahnya yang sangat mirip dengan Caspar. Rambutnya hitam legam dengan sepasang mata biru cemerlang dan lesung pipi yang manis. Tubuhnya tinggi ramping dan terlihat sangat kasual dengan kemeja biru tipis dan celana kapri di bawah lutut.     

"Hallo, London. Namaku Nicolae, aku teman kakakmu," sapa Nicolae ramah. Ia menolehkan wajahnya ke samping ketika melihat seorang remaja lain berusia 15 tahun datang dari balik pintu yang sama. "Hallo, kau pasti Rune."     

Rune mengangguk. Anak itu berwajah mirip London tetapi rambutnya berwarna pirang terang dan matanya berwarna biru gelap. Pakaiannya terlihat lebih serius dengan jeans dan sweater yang disampirkan ke pundaknya.     

"Hallo," Rune berjalan ke tempat tidur Aleksis dan duduk di tepi tempat tidur. "Menurutmu berapa lama Aleksis akan koma?"     

Nicolae menggeleng, "Aku tidak tahu. Bisa berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Aku harus melakukan observasi beberapa minggu untuk mengetahui kemajuan pemulihannya lalu membuat perkiraan."     

"Jadi kau akan tinggal di sini untuk melakukan observasinya?" tanya Rune dengan nada menyelidik.     

Nicolae merasa adik-adik Aleksis sama blak-blakan dengan kakaknya, dan untuk sesaat ia tak tahu harus menjawab apa. Tentu saja ia ingin tinggal di situ untuk melakukan observasi, tetapi ia tak mau menawarkan diri tanpa diundang oleh tuan rumah.     

"Aku tidak tahu," jawabnya akhirnya. "Kalau kalian tidak keberatan, mungkin saja."     

London dan Rune saling pandang, dan tanpa dikomando keduanya bersama-sama mengamati Nicolae.     

"Orangnya pintar," kata London kepada Rune.     

"Kelihatannya baik juga," balas Rune.     

"Dia sangat mirip Paman Lauriel," kata London lagi.     

"Paman Lauriel itu keren. Seharusnya anaknya juga keren," Rune mengangguk.     

Nicolae membelalakkan matanya mendengar kedua remaja itu membicarakan dirinya seolah ia tidak ada di ruangan. Walaupun kata-kata mereka terdengar positif dan memujinya, ia tetap merasa canggung diperlakukan seperti itu.     

"Menurutmu dia menyukai Aleksis?" tanya London.     

"Orang buta saja bisa melihatnya," komentar Rune.     

"Uhm... aku ada di sini." kata Nicolae kemudian. "Kalian sedang membicarakan aku..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.